Hanya ada Ya.

Beberapa waktu saya menyaksikan sebuah klip mengenai cinta ayah kepada anaknya. Si anak mengalami kelainan sejak lahir. Ada bagian dari lehernya yang menghambat penyaluran oksigen ke otak, akibatnya seluruh perkembangan fisiknya terhambat. Si anak tidak bisa berjalan, bahkan badannya cenderung kaku.
Suatu saat si anak mengajak ayahnya untuk ikut lomba lari marathon bersama. Ayahnya yang sudah berusia 65 tahun dan menderita sakit lever, menjawab Ya. Hal itu telah dilakukannya sejak ia muda, sejak Rick Hoyt masih kecil. Puncaknya ketika Rick mengajak Dick untuk mengikuti kejuaraan Ironman, ketahan bagi lelaki. Renang di lautan sejauh 4 km, berlari sejauh 42 km dan berlari sejauh 180 km. Dick hanya menjawab YA.

Dick kuat karena sangat mencintai Rick. Ia tidak pernah berkata tidak, ia hanya berkata YA.
Aku membayangkan diriku sendiri seperti Rick Hoyt yang ‘terpasung’ di kursi roda dan Tuhan adalah Dick yang selalu menjawab YA atas semua permintaanku. Mungkin bedanya, aku tidak pernah meminta. Aku tidak pernah secara penuh ada bersama Tuhan, menikmati kebersamaan bersama-Nya.
Kerapkali aku menjauh, menghindar, dan kalau bisa tidak pernah bertemu. Aku takut kalau bertemu akan ketahuan segala borokku, semua salah dan dosaku. Padahal Tuhan adalah Bapak yang begitu sayang, IA sangat suka bermain, DIA gemar berpetualang bersama anak-anak-Nya.
Tuhan selalu menjawab YA terhadap semua permintaan anak-anak-Nya. Mestinya aku juga selalu menjawab ya terhadap semua kehendak-Nya. Menjawab YA akan lebih ringan, lebih bebas, sayang, bahwa aku kerap menjawab Tidak, atau tunggu dulu.
Berikut adalah video kisah heroik Dick Hoyt.
http://www.youtube.com/watch?v=flRvsO8m_KI

Comments

Kalau Tuhan selalu mengatakan YA, berarti mungkin aku saja yg tidak mendengarkanNya. Aku sibuk dgn keinginanku sendiri, hingga saat aku tak mendapatkannya, aku berpikir 'mengapa Tuhan tidak mengabulkan?'

Padahal mungkin caraku memohon lah yg salah. Harusnya aku meminta hal yg benar2 baik bagiku, dan sesuai kehendakNya.

Thanks for sharing, Romo!
MoRis HK said…
Mbak atau Bu, hahahaha
kerapkali kita mendengarkan diri kita sendiri, nggak benar-benar berani mendengarkan suara-Nya.
Kita mengharapkan suara Tuhan itu seperti A atau B, bisa jadi suara Tuhan itu C atau D.
mari kita belajar mendengarkan suara-Nya apa adanya.

Popular Posts