KOALISI

Dunia politik mengenal istilah koalisi. Yaitu bersekutu dengan kelompok lain agar kelompok itu menjadi lebih besar. Dalam pemilihan presiden kali lalu, partai Demokrat, pemenang Pemilihan Legislatif, berkoalisi dengan banyak partai. Hasilnya kelompok itu menjadi sangat besar, sedangkan yang lain hanya berkoalisi dengan beberapa partai saja, hasilnya kelompoknya menjadi tidak besar.
Apakah dalam hidup beriman juga dikenal istilah koalisi. Mungkin istilah itu kurang tepat namun cukup untuk menggambarkan persekutuan. Pilihannya hanya ada dua, ikut Yesus atau tidak. Kalau kita tidak ikut kelompok Yesus maka kita akan menjadi lawan Yesus. Kalau kita ikut Yesus maka kita harus berperang melawan setan dan teman-temannya.
Tidak ada pilihan ‘ya ikut Yesus, tetapi ya ikut juga yang bukan Yesus’. Apakah praktik hidup seperti itu ada? Mestinya tidak ada, tetapi nyatanya ada. Kita lihat contoh di bawah ini.
Seseorang mengaku dirinya katolik, dan memang dia katolik. Tiap minggu pergi ke gereja. Ia juga aktif dalam kegiatan lingkungan dan persekutuan di kantornya. Tetapi ia juga percaya kepada ramalan-ramalan, minta pendapat ‘orang pandai’, menyimpan barang-barang yang ia percayai memiliki kekuatan lebih, dan masih banyak lagi yang lain.
Jelas sekali bahwa orang tersebut sangat plin-plan. Ia mengaku diri pengikut Yesus tetapi tidak berlaku sungguh sebagai seorang pengikut Yesus. Ia tidak berani menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Yesus, melainkan menyerahkan sebagian dirinya kepada yang bukan Yesus.
Sejatinya, ketika diajukan pilihan untuk berkoalisi, kita tidak memiliki pilihan. Pilihannya hanya satu. Berkoalisi dengan Yesus. Itu saja sudah lebih dari segala-galanya. Ia mampu memberikan apa saja yang tidak bisa diberikan oleh dunia dan sekutu-sekutunya.
Yesus saja cukup. Ia lebih besar dari segala kekuatan yang ada di dunia ini. Mengapa kita mesti berkoalisi dengan yang lain, yang bukan Yesus? Mengapa kita rela menyerahkan segala kebahagiaan kekal demi kesenangan sesaat? Ingat saja, kerajaan yang terpecah-pecah akan hancur, keluarga yang tercerai berai juga akan hancur.
Yang tidak mengikuti Yesus berarti melawan Yesus. Apa kita berani melawan Yesus? Satukan saja pilihanmu pada Yesus. Itu cukup.(9 okt)


Comments

Popular Posts