AKU mau, atau jika ENGKAU mau

Hari ini, 16 Januari 2014, sepertinya berjalan seperti biasa. Pagi hari bangun jam 6 kemudian bergegas mandi. Membereskan tempat tidur saya lakukan setelah berganti baju. Sambil membereskan tempat tidur saya putar imissal. Saya mendengarkan bacaan Kitab Suci harian.
Bacaan pertama dari kitab Samuel berkisah mengenai kekalahan bangsa Israel, meskipun mereka sudah meneriakan nama Tuhan. Mazmur tanggapan berkisah mengenail mohon belas kasih Allah. Sedangkan bacaan Injil dari Markus berkisah mengenai permintaan orang kusta kepada Yesus. Pernyataan org kusta ini langsung menyentuh hati saya. Dia memulai dengan, "Jika Engkau mau...".
Jam 7.25 saya turun ke kapel untuk ikut perayaan Ekaristi. Setelah perayaan usai, saya masih menyempatkan diri tinggal di kapel untuk mengunyah Sabda lebih dalam lagi. Ada dua atau bahkan tiga hal yang menarik hati saya.
Pertama tentu saja bacaan Injil yg sdh menarik hati sejak pagi. Si kusta menyerahkan seluruh pengharapannya pada Yesus. Dia berkata, "jika Engkau mau." Hal ini berarti bahwa si kusta percaya penuh pada kuasa Yesus. Dan hanya bergantung pada lemauan Yesus. Maka kalau Yesus mau, semuanya akan terjadi dengan baik.
Bacaan pertama juga menggelitik hati saya. Umat Israel percaya kepada Tuhan. Mereka meneriakkan nama Tuhan dengan lantang, bahkan mereka membawa simbol kehadiran Tuhan dalam perang, tetapi mereka kalah. Bahkan anak-anak imam Eli juga terbunuh dalam kesempatan itu.
Mengapa mereka kalah? Mengapa Tuhan membiarkan mereka kalah? Padahal mereka percaya penuh kepada Tuhan, mereka berteriak dan membawa tanda kehadiran Tuhan. Tetapi Tuhan membiarkan mereka kalah. Membiarkan mereka dihancurkan.
Percaya kepada Tuhan dan berserah kepada penyelenggaraan Tuhan adalah dua hal yang berbeda. Percaya kepada Tuhan dan menuntut Tuhan berbuat seperti yang saya kehendaki adalah berneda dengan percaya kepada Tuhan serta membiarkan kehendak Tuhan yang terjadi. Menuntut dan berserah adalah dua hal yang berlawanan.
Kita percaya bahwa Tuhan mahakuasa. Bahwa Dia mampu melakukan banyak perkara. Itu benar. Tetapi menuntut Tuhan melakukan sesuatu, yang sebenarnya adalah kehendak kita adalah kurang benar.
Maka saya bisa memahami, bahwa meskipun saya berdoa dengan sekuat yenaga memohon sesuatu, Tuhan bisa tidak memberi. Dan adalah hak Tuhan untuk tidak memberi. Sekarang saya diajari bagaimana berserah dan menyerahkan semuanya kepada kehendak Tuhan. Saya berusaha semampu saya, dan sisanya saya serahkan kepada kuasa Tuhan.
"Jika Tuhan Mau...".
Saya pasti mau sembuh, tetapi kesembuhan hanya datang dari Tuhan, dan saya percaya bahwa Tuhan mampu melakukan. Tetapi berteriak kepada Tuhan bisa berarti saya kurang percaya akan kuasanya. 
Maka orang kusta ini sungguh menyadarkan saya akan kuasa Tuhan dan bagaimana bersikap di hadapan tuhan yang kuasa. "Jika Tuhan mau, Tuhan dapat menyembuhkan saya...".
Hal lain bisa dimohinkan adalah belas kasih Allah. Tuhan kasihanilah kami orang berdosa ini. Belas kasih Allah jauh melebihi penyembuhan badan atau pertolongan fisik. Belaskasih Allah akan menyembuhkan jiwa.

Hong Kong, 16 Januari 2014

Comments

Ketut Astiti said…
Makasih, Mo. Renungannya sungguh mengena lagi di hati saya. Saya sering memaksa Tuhan untuk mengabulkan apa yang saya inginkan. Saya terlalu ingin membuktikan pada dunia bahwa Tuhan saya adalah Tuhan yang amat baik, yang melimpahkan berkat pada saya, termasuk pada apapun yang saya minta. Memang benar, Tuhan telah mengabulkan semua yang yang saya minta, bahkan yang hanya sekedar saya angankan dan tidak masuk dalam doa permohonan saya. Tapi, sungguh, dalam kesempatan ini, saya sadar, bahwa biarlah kehendak Tuhan yang terjadi. Tuhan tahu jauh lebih tahu dpd saya apa yang terbaik buat saya. Kalaupun keinginan saya selama ini banyak yang dikabulkan, saya yakin, keinginan itu asalnya juga dari bisikan Tuhan.

Kadang, saya seperti ingin mencobai Tuhan. Dengan meminta suatu hal, apakah Tuhan mampu? ahh...saya selalu punya niat buruk. :(... dan inilah sekarang....saya tidak akan mencobai Tuhan lagi. Saya ingin benar-benar pasrah, Tuhan mau berbuat apa pada diri saya ini.

Sekali lagi, terimakasih, Mo. Makin hari, makin merinding jiwa raga ini jika membahas dan memikirkan kekuasaan Tuhan atas manusia, termasuk saya.

Terimakasih, karena melalui tulisan Romo ini, saya makin ingin mengenal Tuhan secara mendalam lagi, membiarkan Dia mengemudikan diri ini.

Oke, Mo. Semangat!!!!
MoRis HK said…
Hallo Ketut, selamat pagi....
Tuhan memberkati

Popular Posts