Siapa BERTELINGA ...

Ketenangan alam membantu kita untuk mendengarkan Suara Tuhan
Di tempat kost saya ada seorang imam yang menggunakan alat bantu dengar. Pada awalnya Fr. Bill, demikian biasa kami sebut, sempat kurang percaya diri dengan alat bantu dengar tersebut. Beliau sedikit malu karena merasa 'cacat'. Bukan hanya itu saja, sekarang beliau harus menyediakan waktu tambahan untuk merawat alat bantu dengar tersebut.

Dalam perjalanan beliau menemukan keasyikan tersendiri dengan alat bantu dengarnya. Dalam suatu kesempatan beliau mengatakan, "Sekarang kalau saya tidak ingin mendengarkan sesuatu, gossip misalnya, saya tinggal mematikan alat ini dan saya tidak mendengar apa-apa lagi." Sekarang beliau bisa memilih apa yang ingin didengar dan mana yang tidak.
Dengan setangah bercanda tetapi serius saya nyeletuk, "Ada nggak ya alat bantu dengar yang hanya bisa mendengar Sabda Tuhan, atau ada nggak ya alat bantu lihat yang hanya bisa melihat kehendak Tuhan?"
Celetukan saya ini tidak terjawab. Mereka hanya tertawa dan mengira saya sungguh hanya bercanda. Sejatinya saya tidak bercanda. Jika ada alat bantu dengar yang hanya bisa mendengarkan Suara Tuhan, betapa indahnya. Yesus tidak perlu marah, "yang bertelinga hendaknya mendengar." Karena kenyataannya banyak yang memiliki telinga tetapi tidak mampu mendengar, apalagi mendengarkan.
Kalau kita membaca kisah-kisah, ada banyak tokoh yang mampu bercakap-cakap dengan Tuhan. Daud misalnya, dia bisa dengan enaknya mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Dan Tuhan membalasnya. Para nabi semuanya mampu mendengarkan suara Tuhan, dan mereka mampu membedakan mana Suara Tuhan dan mana yang tidak. 
Para nabi juga banyak para kudus mampu mendengarkan Suara Tuhan dengan baik karena mereka ternyata memiliki alat bantu dengar yang baik. Alat bantu dengar yang hanya bisa mendengar suara Tuhan. Jika yang datang adalah suara kesesatan, alat bantu dengar itu akan mati bekerja. Sangat canggih dan katanya biayanya murah.
Alat bantu dengar itu adalah hati yang murni, dan nurani yang bersih. Di sanalah Tuhan sebenarnya sudah meletakkan Sabda-Nya. Dia terus berbicara. Tetapi kalau hati dan nurani itu terus ditimbuni dengan sesuatu yang kotor, maka Suara Tuhan yang bersemayam di sana juga akan semakin pelan terdengar dan lama-lama hilang. Maka hati dan nurani harus terus dijaga kebersihannya. Saya sudah sering menyatakan ini. Terakhir ketika berbicara soal menjadi manusia.
Maka kalau Yesus berbicara soal "Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan" Dia sebenarnya lebih berbicara menganai hati dan nurani kita. Dan suara yang harus didengarkan adalah, "Aku mencintaimu." Ketika itu yang terdengar betapa bahagianya kita. Maka kita juga akan menjawab serentak seperti kalau Injil dibacakan, "Sabda-Mu adalah jalan kebenaran dan hidup kami". Semoga.

Hong Kong, 29 Januari 2014, 21.37

Comments

Popular Posts