Amputasi Dosa

Sahabat, saya sering bercanda bahwa saya ini manis. Kalau dibuatkan minuman, biasanya saya akan meminta supaya tidak usah diberi gula, karena saya sudah manis. Mereka biasanyantertawa, karena mengira saya berkelakar saja. 
Sebenarnya saya memilih tidak mengkonsumsi gula terlalu banyak karena sebuah alasan yang jelas. Saya kerap bertemu dengan orang yang sakit diabetes. Ketika sakit itu makin parah, ada organ lain yang terkena dampaknya. Ada yang pandangannya makin tidak jelas, ada yang harus diamputasi kakinya, ada yang rusak ginjalnya, dll. 
Pengalaman menjaga orang sakit, terutama mereka yang sakit terminal. Artinya, sudah tidak mungkin sembuh kecuali kalau ada mukjizat dari Tuhan, juga memberi peran mengapa saya mengurangi manis. Manis itu enak, tetapi dampaknya sangat merusak. Ahaaa..., kalian pasti akan bertanya, "Romo tidak suka manis, tetapi mengapa suka coklat?" Benar sekali, saya suka coklat, tetapi tidak suka coklat yang manis. Saya suka coklat yang pahit. Itupun tidak sering sering. 
Sahabat, saya berbicara soal amputasi, soal jahatnya gula yang mampu merusak organ-organ tubuh, karena saya mendengar Yesus menegaskan dengan sangat keras agar seseorang jangan bermain-main dengan dosa. Yesus mengajar soal amputasi. Kalau tangan yang menyebabkan dosa, amputasi saja! Kalau kaki yang menyebabkan dosa, amputasi saja! Dst.
Dosa itu manis seperti gula. Tidak ada dosa yang pahit, semua dosa terasa manis, begitu menyenangkan dan enak dilakukan. Tetapi akibatnya seperti diabetes, dia akan merusak seluruh tubuh. Masalahnya, dosa itu jauh lebih nikmat dari gula, bahkan gula yang paling nikmat sekalipun.
Jika saya mampu menahan diri untuk tidak mengkonsumsi gula, ternyata saya masih sering jatuh dalam hal dosa. Dia bisa masuk dari berbagai penjuru. Terkadang mata saya. Terkadang kaki saya, terkadang tangan saya. Yang susah, kerap melalui pikiran saya. 
Amputasi memang langkah yang aman untuk mencegah menjalarnya suatu penyakit. Apakah dengan mengamputasi tangan sudah menjadi jaminan bahw kita tidak akan jatuh dalam dosa lagi? Apakah dengan mengamputasi penglihatan, kita akan terbebas dari dosa lagi? Mungkin belum, karena akarnya bukan itu.
Mereka yang menderita diabetes, bisa ditolong dengan menyembuhkan akarnya. Menghentikan konsumsi yang menyebabkan gula darah naik. Memotong atau menginjeksi, adalah pertolongan sementara, dan jika sumbernya tidak disembuhkan, sakit itu akan tetap ada.
Demikian pula dengan dosa. Bukan soal tangan, kaki atau mata yNg diamputasi. Tetapi sumber segalanya, yaitu hati yang harus dibersihkan, hatus dibakar dengan api, agar kembali murni. Hati dan pikiran hatus diamputasi dan diganti dengan hati dan pikiran yang baru. Hati dan pikiran yang bersumber dari Allah sendiri. Karena tangan, kaki dan mata hanya bekerja jika hati dan pikiran menyuruhnya. Kalau hati dan pikiran hanya tertuju kepada Allah, maka anggota badan yang lain juga akan mengikuti.

Hong Kong, 27 Februari 2014, 09:02

Comments

Unknown said…
Pagi mo .....


Amin .....


Makasih renungaanya mo ...

TUHAN MEMBERKATI
Ketut Astiti said…
Wuaaaaah ...., Mo. Terimakasih.Renungannya sangat mengena. Bahwa, kita harus tegas terhadap dosa. Semoga Tuhan masih mau menerima saya dan mengampuni dosa-dosa saya. Dengan sekuat tenaga, saya akan menjauhi dosa.
MoRis HK said…
Ketut dan Yusi, selamat malam, berkah dalem

Popular Posts