Talk show di pinggir sumur

Sahabat, dalam hidup kita telah melakukan banyak percakapan/obrolan. Juga banyak percakapan atau obrolan (talk show) yang sudah kita dengan. Ada banyak kisah talk show yang menggugah semangat, mengaduk-aduk emosi, dll. 

Kali ini saya mengajak untuk 'memerhatikan' sebuah talk show atau obrolan yang  sangat hebat, yang terus diperbicangkan orang. Sebuah talk show antara Yesus dengan perempuan Samaria. 

Baiklah talk show tersebut saya beri judul "obrolan di pinggir sumur." Obrolan ini begitu membekas karena memiliki banyak faktor. Pertama yang terlibat di dalamnya. Kedua materi obrolan, dan yang ketiga adalah efek obrolan tersebut. 

Mari kita lihat obrolan itu bagian per bagian. Oh iya, harus kita pahami per bagian agar tiap detailnya bisa kita maknai. Sebelumnya saya harus memohon maaf jika saya kurang berhasil membuat catatan yang baik, yang mudah dipahami. Karena membuat reportase acara talk show memang tidak mudah. Apalagi talk show yang dilakukan oleh Yesus ini. Maka jika Anda tidak mampu memahami semuanya, itu bukan kesalahan anda, tetapi mutlak kesalahan saya yang kurang cerdas membuat reportase. Toh saya tetap berharap Anda  tetap mampu mendapatkan sesuatu, meskipun itu sedikit. Dari pada tidak sama sekali khan?

Tempat

Talk show tersebut terjadi di pinggir sumur, tepatnya sumur Yakub. Berada di sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar. Sumur tersebut berada dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Sumur atau sumber pada waktu itu biasa menjadi tempat berkumpul di mana orang bisa berinteraksi.

Samaria, ya termpat percakapan itu di Samaria. Pada waktu itu Israel di bagi menjadi tiga wilayah yang besar. Di bagian Selatan dis ebut Yudea, di situ ada Kota Yerusalem. Di bagian utara di sebut Galilea, di sana ada kota Nazareth. Di antara yudea dan Galilea disebut daerah Samaria.

Orang Yudea dan Galilea merasa diri sebagai orang Yahudi asli. Meskipun keduanya memiliki perbedaan. Orang Yudea, dekat dengan Bait Allah, sebagai pusat peribadahan merasa diri sebagai orang Yahudi tulen. Sedangkan orang Yahudi Galilea, dianggap sudah lebih bebas. Mungkin mereka ini lebih liberal karena jauh dari pusat peribadatan. Yesus berasal dari Galilea ini. Maka bisa dimengerti kalau Yesus hampir selalu tidak disukai oleh orang-orang Yudea, karena dianggap terlalu liberal.

Sedangkan Samaria dianggap sudah bukan Yahudi murni. Mereka ini sudah tercampur. Artinya tercampur adalah darah Yahudi dalam diri mereka sudah bercampur dengan darah bangsa lain akibat pernikahan. Mereka juga memiliki pusat peribadatan sendiri. orang-orang Samaria dan Yahudi entah Galilea atau Yudea tidak bertegur sapa. Biasanya orang Yahudi merasa diri lebih tinggi derajatnya.

Waktu

Hari kira-kira pukul dua belas. Waktu pertemuan itu kira-kira pukul 12. Mengapa percakapan itu harus dikatakan dengan detail waktunya? Sebenarnya kurang lazim perempuan pergi ke sumur siang hari. Di manapun tempatnya, orang pergi ke sumur atau ke sumber itu pagi hari atau sore hari, hampir tidak pernah orang pergi mengambil air pada tengah hari.

Hal ini berkaitan dengan status perempuan itu. Nanti kalau kita ikuti, kita akan mengerti mengapa demikian. Yang pasti siang hari itu sepi, sehingga kemungkinan berjumpa dengan orang lain kecil sekali. Tetapi kali ini perempuan ini berjumpa dengan Yesus.

Obrolan

Obrolan atau percakapan antara Yessu dengan perempuan tadi bisa dibagi menjadi tiga topik yang besar. Ada beberapa bagian perbincangan yang mungkin agak susah dimengerti, namun ada yang dengan mudah bisa dimengerti. Yaitu soal Air, soal suami dan keluarga, kemudian soal tempat menyembah Allah. Selain itu juga akan kita lihat dampak dari obrolan tersebut. Mari kita cermati bagian per bagian.


 A:Obrolan  Air dan Haus

Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-muridNya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepadaNya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
Kata perempuan itu kepadaNya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepadaNya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."

Air. Ya, persoalan air yang diungkapkan di sini. Harap dicatat bahwa persoalan air ini memiliki dua makna. Pertama makna harafiah dan yang kedua air sebagai sebuah simbol. Air sebagai makna harafiah berarti ya air yang basah, yang menyegarkan, yang diminum ketika seseorang haus. Seperti halnya yang diminta oleh Yesus, dia meminta air kepada perempuan itu untuk menyegarkan kehausan-Nya.

Makna kedua adalah makna simbol. Air yang dimaksudkan harus dipahami sebagai sesuatu yang berbeda. Meski demikian, tidak juga bisa dilepaskan begitu saja. Kalau air dalam arti harafiah menyegarkan, air sebagai simbol juga menyegarkan. Kalau air bisa memberi kehidupan, air sebagai simbol juga demikian adanya. Di sini Yesus menyebut air yang selalu mengalir, senantiasa memancar. Air hidup yang kekal.

Air dan rasa haus adalah topik yang diperbincangkan oleh Yesus dan perempuan Samaria tersebut. Perbincangan ini juga harus dilihat dalam dua segi. Segi yang pertama adalah perbincangan biasa, sedangkan yang kedua adalah makna yang lebih dalam dari pada sekadar obrolan biasa.

Sebagai obrolan biasa, pembicaraan antara Yesus dan perempuan Samaria itu hanyalah obrolan soal orang yang minta air karena kehausan. Permintaan itu tidak segera dipenuhi karena yang meminta adalah orang asing. Kemudian si orang asing malah 'belagu' dengan menyebut 'seandainya kamu tahu'. Ternyata obrolan ini tidak bisa dilihat secara sederhana seperti itu. 

Makna yang lebih dalam harus dipahami. Perbincangan itu memang memeprsoalkan air dan kehausan, Namun yang ada di balik itu adalah sebuah perbincangan mengenai hidup baru. Air yang akan memancar yang tidak akan pernah berhenti. Air secara sederhana berarti kesegaran, dia memberi kehidupan. Jika air itu tidak berhenti mengalir dan terus memancar berarti sebuah kehidupan yang terus bertumbuh. 

Ketika air itu ditawarkan kepada perempuan itu, berarti ada sebuah kehidupan yang ditawarkan. Secara spontan perempuan itu mengiyakan dan setuju untuk menerima air itu. Alasannya sederhana, agar dia tidak capek-capek lagi mengambil air. Dan di sinilah permulaan semua perubahan itu. Perubahan dari dalam, perubahan yang akan masuk dari keluarga. Pada bagian berikutnya akan kita simak persoalan itu. Persoalan yang membuat perempuan ini harus mencari air pada tengah hari bolong, demi menghindari bertemu dengan orang, demi menghindari rasa malu. 

 B: Obrolan tentang Suami dan Keluarga

Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."
Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." 
Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."

Perempuan itu memiliki 'cacat moral' di hadapan masyarakat. Dia seringkali kawn cerai, dan lelaki yang sekarang tinggal bersama dia bukanlah suaminya. Dia telah menikah dengan lima laki-laki dan sekarang tinggal dengan lelaki keenam, tetapi dia tidak menyebutnya sebagai suami. Padahal, padahal lho ya, dia masih merindukan suami yang sesungguhnya.

Suami di sini harus juga dipahami dalam dua macam seperti halnya air. Dalam Perjanjian Lama, suami berarti lambing persatuan dengan Allah. Maka, kalau perempuan tadi digambarkan ‘merindukan suami’, bisa dikatakan bahwa dia merindukan sebuah persatuan dengan Allah. Mengapa disebut bahwa perempuan itu sudah pernah memiliki 5 suami dan yang sekarangpun bukan suaminya?

Suami, telah memiliki 5 suami dan yang sekarang ini bukan suami, ini harus dilihat lebih dalam lagi. Hal ini untuk mengingatkan perempuan tersebut bahwa orang Samaria dahulu pernah ‘berselingkuh’ dengan menyembah 5 dewa, bahkan kemudian juga menyembah ‘dewa’ tetapi bukan Tuhan (bdk. 2 Raj 17, 30-31). Maka mereka membutuhkan suami ke-7, yang akan datang. Suami ketujuh itu adalah Yesus.

Yesuslah suami sejati yang selama ini dicari oleh perempuan tersebut. Ingat pencarian suami adalah bentuk atau gambaran akan sebuah kerinduan untuk mengalami persatuan dengan Allah. Nanti, dalam banyak kesempatan, banyak santo-santa membicarakan soal pernikahan rohani, di mana Allah sebagai mempelai.

Kembali kepada Yesus dan perempuan Samaria tersebut, bahwa Yesus menyatakan diri kepada perempuan tersebut bahwa Dia haus. Akan tetapi Dia tidak meminum air yang ditimba oleh perempuan itu, maka boleh dikatakan bahwa kehausan Yesus adalah ‘kehausan simbolik’. Kehausan Yesus adalah menjalankan kehendak Bapa-Nya. Kehausan ini akan terus diemban oleh Yesus sampai mati, sampai di kayu salib ketika Dia berkata, “Aku haus” (Yoh 19:28). Setelah itu Dia tidak haus lagi, karena tugas-Nya sudah selesai.

C: Obrolan tentang Hidup keagamaan

Kata perempuan itu kepadaNya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran."
Jawab perempuan itu kepadaNya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Perbincangan selanjutnya mengenai hidup keagamaan. Mengenai di mana manusia harus menyembah Allah. Pada waktu itu, dipengaruhi oleh situasi politik, mereka menekankan tempat di mana harus beribadah. Orang Yudea, mewakili kelompok Yahudi melihat Yerusalem adalah tempat menyembah Tuhan. Yerusalem adalah gunung Sion, gunung di mana Allah boleh disembah. Sementara bagi orang Samaria memiliki tempat sendiri.

Yesus mengatakan bahwa akan datang saatnya, di mana tempat terindah untuk menyembah Allah adalah hati yang murni. Percuma seseorang pergi ke berbagai tempat, berziarah sampai menghabiskan banyak uang jika tidak disertai hati yang murni. Di dalam hati yang murnilah seseorang bisa menyembah Allah, dalam Roh dan kebenaran. 

D: Dampak obrolan terhadap perempuan

Pada waktu itu datanglah murid-muridNya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"
Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"
Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.

Dampak pembicaraan antara perempuan dan Yesus sangat jelas. Perempuan tersebut tidak malu lagi. Dia segera pergi ke kota dan memberitahu seisi kota bahwa dia telah berjumpa dengan Mesias. Kalau sebelumnya perempuan tersebut masih malu dan takut berjumpa dengan banyak orang, sekarang dia malah menemui mereka.

Sebuah pertobatan adalah buah yang normal ketika seseorang berjumpa dengan Yesus. Perempuan tersebut juga telah menemukan ‘suami’ sejati yang dia cari selama ini, maka dia sekarang penuh suka cita. Sukacita seseorang yang telah mengalami persatuan dengan Allah biasanya tidak bisa disembunyikan. Orang-orang yang sungguh mengalami kasih Allah akan sungguh bekerja membawa semakin banyak orang mengalami kasih Allah juga. Seperti perempuan tadi yang membawa orang-orang di kotanya kepada Yesus.

E: Dampak obrolan terhadap Yesus

Sementara itu murid-muridNya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah."
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal."
Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepadaNya untuk dimakan?"
Kata Yesus kepada mereka: "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Dampak yang nyata percakapan Yesus dengan perempuan tadi adalah bahwa Yesus tidak lapar dan haus lagi. Bukan karena Dia telah mendapat makanan dan minuman seperti yang dipikirkan oleh para murid. Akan tetapi Yesus makin menyadari perutusan-Nya. Bahwa satu-satunya yang boleh dirindukan, yang harus tetap dirasakan sebagai lapar dan haus adalah menjalankan kehendak Bapa. Sebaliknya Yesus juga semakin menyadari peran-Nya sebagai sumber hidup bagi banyak orang. Bahwa Dia adalah makanan dan minuman yang memberi kehidupan. Siapa yang makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya akan memperoleh hidup yang kekal.

F: Dampak percakapan terhadap penduduk kota

Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."
Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepadaNya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataanNya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Dampak nyata dari obrolan yesus dan perempuan tadi bagi warga kota adalah sebuah pernyataan iman. Mereka melihat Yesus sebagai seorang Juruselamat dunia. Mereka mengakui tersebut bukan hanya karena telah mendnegar apa yang disampaikan oleh perempaun, tetapi mereka sendiri telah mengalami.

Penutup : Bagaimana dengan kita?

Kita telah melihat/mendengar sebuah obrolan antara Yesus dengan seorang perempuan. Kita bisa saja membandingkan ‘obrolan’ Yesus dengan perempuan Samaria ini seperti talk show Mata Najwa, atau Kick Andy, atau Hitam Putih, atau yang lain. Kalau setelah melihat talk show tersbut kita biasa menarik sebuah pesan, atau sesuatu yang positif untuk hidup kita, bagaimana dengan ‘obrolan’ di pinggir sumur ini. Pesan apakah yang bisa kita raih. Anda bisa memetik nilai atau pesan sesuai dengan kebutuhan Anda, tetapi inilah yang saya dapatkan.

Bersatu dengan Allah adalah kehausan yang sejati. Allahlah yang akan sungguh-sungguh mampu menyegarkan hidup kita. Kita bisa membaca sekian banyak buku, mendengarkan berbagai seminar, mengikuti retret, dll, kalau belum ‘minum’ air dari sumber sejati, kita masih akan terus lapar dan haus. Yesuslah air sejati yang akan membuat kita tidak akan hasu lagi. Yesus juga ‘Kekasih Sejati’ yang akan melengkapi kehidupan. Hanya dengan menikah dengan-Nyalah hidup kita akan sempurna. Yang terakhir, menjaga hati agar selalu bersih dan murni. Mengapa demikian, karena dalam hati yang murni inilah kita bisa menyembah Allah dalam Roh dan keberanan.

Hong Kong, 23 Maret 2014, 00:50 am





Comments

Popular Posts