Journal harian

Banyak orang memiliki kebiasaan menulis buku harian. Mereka menyimpan buku tersebut dari tahun ke tahun. Banyak tokoh besar, diketahui kebesarannya karena buku harian yang mereka tulis. Saya suka menulis, tetapi menulis buku harian adalah hal yang berbeda. 
Ada masa di mana saya rajin menulis buku harian. Ada masa di mana saya malas melakukannya. Saat ini saya sedang memulai lagi menulis buku harian. Pada awalnya saya ingin membuat catatan harian ini di komputer, menggunakan laptop atau tablet atau hp. Tetapi ada kesadaran bahwa catatan harian tersebut, atau journal harian itu harus ditulis menggunakan buku tulis biasa, menggunakan pena biasa.
Ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh komputer, yaitu mengalirkan emosi. Tulisan tangan bisa menggambarkan emosi dengan baik. Cengkeraman jari jemari pada pena, cara menekan tulisan pada kertas, atau membuat berbagai kesalahan dalam mengeja, bentuk tulisan yang tidak karu-karuan adalah gambaran jiwa saat itu. Hal tersebut tidak bisa digambarkan oleh komputer.
Catatan kecil ini saya maksudkan sebagai ajakan dan tuntunan kalau kalian ingin membuat journal harian (juga). Sebelum memulai dengan cara dan tahap, ada baiknya saya berikan satu keuntungan membuat journal harian. Yaitu penyembuhan batin. Mencatat dan menulis journal harian adalah salah satu cara melepaskan energi negatif dalam tubuh yang terbentuk karena relasi dan pergesekan emosi. Menuliskannya, menggambarkannya, dan mencurahkannya menjadi sarana melepaskan beban. Kemudian dengan melepaskannya, kita akan terbantu mengenali dan menganalisanya. Tujuannya untuk menemukan sumber energi negatif dan perlahan menggantinya dengan daya positif.

Langkah pertama
Siapkan buku dan pena serta sediakan waktu 20-30 menit setiap hari. Usahakan buku ini cukup tebal sehingga bisa tahan cukup lama. Tidak perlu mahal. Yang penting bisa ditulisi. Pena yang digunakan juga tidak perlu yang mahal, asal bisa dipakai untuk menulis. 

Langkah kedua
Mulailah menulis. Apa yang ditulis? Bagaimana menuliskannya? Itu adalah pertanyaan yang biasa muncul. Tulislah apa yang kalian alami sehari itu. Pasti ada kejadian-kejadian menarik yang kita alami. Perjumpaan-perjumpaan dengan pribadi-pribadi. Percakapan-percakapan yang kita buat. Juga emosi yang menyertai perjumpaan dan percakapan.
Ada kegembiraan saat berjumpa dan bercakap dengan si A. Sebaliknya ada kemarahan saat bertemu dan berfakap dengan si B. Atau juga muncul kesedihan saat bertemu dan ngobrol dengan si C. 
Emosi-emosi semacam ini sebaiknya dicatat. Kalau diketahui penyebabnya, akan sangat baik kalau dicantumkan.
Ada berbagai bentuk dan variasi dalam mengungkapkan dan menuliskan kejadian. Bisa dalam paparan, bisa dengan gambar, bisa dengan puisi, bisa perpaduan dari semuanya. Terkadang ungkapan-ungkapan yang tersaji tidak bisa kita pahami saat itu, biarkanlah. Jangan berhenti karena hal tersebut.
Ada kalanya kita tidak tahu harus menulis apa. Pena sudah menempel di kertas dan tidak satunkatapun kita goreskan. Mungkin hanya berusa titik besar dan tebal serta dalam, bahkan bisa jari menrobek dan menembus kertas. Biarkan saja. Atau hanya berupa coretan-cotetan acak kadut tidak jelas. Biarkan saja. 

Langkah ketiga
Melihat kembali. Catatan yang sudah kita buat itu kita lihat kembali pada akhir pekan. Sebaiknya sebelum mengikuti Ekaristi. Catatan itu kita baca kembali. Kita lihat kembali kejadian-kejadian sepanjang minggu yang tergambar dari catatan atau goresan harian. Emosi yang mengalir juga akan dengan mudah kita kenali.
Setelah membacanya dan melihat kembali, sekarang saatnya membawanya dalam doa dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Peristiwa sedih dan gembira, pribadi-pribadi yang kita jumpai, kita persembahkan kepada Tuhan. Kapan mempersembahkannya? Pada saat persembahan. Pada saat imam berkata, "berdoalah saudara-saudari terkasih, supaya persembahanku dan doaku berkenan pada Allah yang mahakuasa."
Pada saat itulah, di dalam hati, kalian mempersembahkan seluruh pengalaman hidup selama seminggu kepada Tuhan.

Selamat mencoba dan bertekun. Selamat menikmati proses penyembuhan batin dan hidup baru.

Hong Kong, 19 Mei 2014

Comments

Popular Posts