Kebenaran itu terkadang menyakitkan

Menerima sebuah kebenaran, kenyataan, terkadang tidaklah mudah. Apalagi jika kenyataan itu begitu pahit. Sebisa mungkin dihindari. Kenyataan bahwa persediaan bahan bakar sudah menipis adalalah kenyataan pahit yang harus diterima. Gebetan dipinang orang lain adalah kenyataan yang menyakitkan (sambil memegang ulu hati). Masih banyak kenyataan, atau kebenaran yang menyakitkan. Misalnya, meninggalnya orang-orang terkasih; kegagalan sebuah proyek, kabar yang buruk, dll. 

Memberitahukan sebuah kebenaran, kenyataan, terkadang tidaklah mudah. Apalagi jika kenyataan itu begitu pahit. Sebisa mungkin mengelak untuk menceritakan. Kenyataan bahwa persediaan bahan bakar sudah menipis adalah kenyataan yang pahit yang sebisa mungkin ditutup-tutupi. Memberitahu sahabat bahwa gebetannya sudah dipinang orang, adalah sesuatu yang sulit. Seorang dokter yang harus memberitahu keluarga pasien mengenai kondisi yang sebenarnya adalah hal yang sulit. Seorang suami yang baru di-PHK akan sangat berat memberitahukannya kepada keluarga.

Mengapa harus menyampaikan sebuah kebenaran, kalau kebenaran itu menyakitkan untuk didengar? Mengapa harus menyakiti? Mengapa tidak kita bungkus kebenaran itu menjadi ssuatu yang manis, tetapi tidak menyakitkan. Kata orang bohong putih. Mengapa tidak kita lakukan seperti itu saja?

Karena kita mencintai. Karena kita mencintai keluarga kita, maka kita menyampaikan kebenaran kepada mereka. Karena orangtua mencintai anak-anaknya maka dia menyampaikan kebenaran tentang anak-anaknya. Walau itu menyakitkan. Walau itu tidak enak didengarkan.

Yesus juga mencintai kita. Maka Dia juga tidak ragu menyampaikan kebenaran kepada kita. Dia mengungkapkan bahwa Dia akan menderita dan bahkan mati. Petrus menolak kebenaran ini. Petrus tidak memahami kebenaran ini. Tetapi Yesus tetap menyampaikan apa yang harus disampaikan. 

Dengan sangat keras Yesus menegur Petrus dengan kata 'setan'. Teguran ini memiliki risiko bahwa Petrus akan meninggalkan Yesus. Tetapi Yesus tidak takut ditinggalkan. Dia sudah sering melakukan, mengatakan kebenaran dengan risiko ditinggalkan, risiko tidak populer.

Yesus adalah sahabat terbaik, yang menginginkan yang terbaik juga dari kita. Dia menegur kita agar kita menajdi lebih baik. Dia memberitahu yang sebenarnya agar kita menjadi lebih baik. 

Mengatakan kebenaran itu memang tidak mudah. Banyak orang menghindar untuk melakukan, karena berisiko tidak populer. Banyak pemimpin tidak berani mengambil keputusan yang berat, karena takut tidak populer.

Yesus sudah bersedia menjadi sahabat yang baik bagi kita, apakah yang mesti kita buat? Tentu saja dengan menjadi sahabat yang baik juga bagi Yesus. Bagaimana caranya? Setidaknya ada dua.

Pertama, jujur terhadap Yesus dalam hidup doa kita. Doa bukan sekadar aktivitas yang saleh yang dipertontonkan kepada orang lain. Tetapi sebuah percakapan dari hati ke hati. Percakapan dan relasi seperti ini, hanya kita yang mengerti.

Kedua, apakah kita berani berkata jujur tentang sebuah kebenaran kepada orang lain, walau itu menyakitkan? Yesus sudah mati untuk kita, demi dosa-dosa kita. Tentu kita tidak ingin menyakiti Dia lagi, tetapi berusaha menjadi alatnya. Menjadi pembawa pesan kasih.

Tentu saja, menyampaikan kebenaran yang menyakitkan ini tidak harus di depan umum, yang akan makin menyakitkan. Kita bisa melakukan dalam empat mata. Dalam kasih persaudaraan, tanpa kebencaian, tanpa kemarahan, untuk membantu saudara kita menemukan kebenaran. Ada risiko ditolak dan tidak diterima. Hal itu harus siap kita terima tanpa kebencian dan kemarahan. 

Dua hal ini mungkin bisa membantu kita untuk menajdi sahabat yang baik bagi Yesus yang telah menajdi sahabat yang baik bagi kita.

Hong Kong, 31 Agustus 2014 

 

Comments

Popular Posts