Call of Heroes

Hari datang tak berbilang kapan. Ia pergi tak menanti dicari. Sepanjang jalan ia mendapati banyak serakan parodi. Ada yang segar ada yang hambar. Ada yang manis tak berbilang yang pias. Terkadang juga bersua aneka rasa getar di tengah nuansa getir. Mengingatkan pada sepiring tutti frutti. Di tengah piring pualam lebar terhampar selembar wafel hangat nan kenyal. Dua sendok besar ice cream rasa coklat dan vanili menumbukkan paduan dingin dan manis. Masih bersandingkan beberapa potong strawberry yang merah namun kecut dan pisang yang nampak lembut namun sepat.
Itulah perjalanan hari-hari. Yang mesti dinikmati, bergantian, atau kalau kreatif suapkan bersamaan. Paduan manis, kecut, sepat, lembut, hangat dan dingin.. Meruarkan desah, hmmm enakkk. Katanya, itulah hidup yang jejaknya dibiaskan oleh bilangan hari. Atau ketika kau dapati sepiring penuh rujak petis. Mari kita hitung apa saja yang ada di sana. Pastilah ada petis yang hitam. Mampu kau makan petis itu sendirian? Pastilah tidak. Tetapi ketika kau padukan dengan cabai merah keriting, kacang tanah goreng, sedikit garam, kau basahi dengan air asam jawa, lantas kau taburkan kacang panjang yang sudah kau rebus, sedikit irisan pisang kepok, juga mentimun kau iris-iris dan kau campur dengan sayur hijau di sana, juga tempe goreng, tahu goreng, sedikit tauge, terkadang kalau suka tambahkan beberapa iris ‘cingur’ alias bibir sapi. Hmmm, nikmatnya hanya bisa dirasa karena amat sulit dieja.
Dari yang terdaftar di sana, hanya petis yang tak mampu kau makan sendiri. Tetapi mengapa dia menjadi nama dari rujak itu? Padahal dia yang paling tidak enak. Karena begitu dia bercampur dengan bumbu yang lain dalam takaran yang pas, semuanya membaurkan rasa yang pantas. Itu juga disebut hidup. Ada pedas ada getas. Ada asin, ada kecut. Ada gurih, dan ada yang masai. Ketika semua berpadu menjadi satu, hanya ada satu ungkapan yang pantas disematkan, sedap!
Perjalanan parodi membawa kepada pertemuan dengan sahabat lama. Dia bercerita perihal kegelisahannya berjumpa dengan banyak orang yang berkelebihan uang namun selalu kekurangan harapan. Mereka berusaha selalu mencari celah agar bisa membayar sedikit demi mendapatkan hasil yang melimpah. Bahkan tidak peduli jika harus memanipulasi demi tidak berkurangnya uang yang ia simpan hingga turunan berikut dan berikutnya berlanjut. Teman saya mengatakan muak. Melihat muka-muka yang seperti kerak. Tidak pernah sadar bahwa uang sudah membengkak. Mengapa mereka tidak jujur saja. Bahkan kalau mereka harus membayar sesuai dengan yang seharusnya, tak berkurang uang yang ia simpan dengan rapi di lemari besi bank-bank luar negeri.
Hingga akhirnya perjalanan bulan Agustus berakhir di gedung bioskop. Call of Heroes mengundangku untuk masuk. Ternyata sebuah film laga. Mengisahkan sosok Kenan dan Mafung. Kenan adalah sherif di kota Pucheng. Dia menjadi pemimpin kota tersebut setelah gubernur kota melarikan diri. Mafung adalah seorang pengelana. Yang menutup matanya ketika dia berkuda. Dia memercayakan arah tujuannya pada Taiping kuda tunggangannya. Maka dia tidak menolak ketika Taiping berhenti di kota Pucheng.
Ternyata Pucheng sedang digenggam ketakutan yang akut. Putera panglima raja sedang bermain perasaan. Bukan soal cinta. Karena kesenangannya adalah membunuh. Dia bermain untuk menciptakan ketakutan pada diri seluruh penduduk Pucheng. Pilihan-pilihan sulit berhasil dia hadirkan pada warga kota, juga pada kenan. Pada titik akhir Mafung bertanya kepada Kenan.
Mengapa kamu tetap bertahan walau kamu tahu akan kalah dan mati?
Kenan diam. Memandang Mafung sejurus baru menjawab lurus.
Aku tidak kalah, karena aku tidak melakukan sesuatu yang salah. Kalaupun aku harus mati, karena memang pada akhirnya aku akan mati.
Kenan memiliki satu nilai yang dia hidupi dan dia pertahankan walau dihadapkan pada berbagai pilihan sulit. Mengikuti nilai atau berkianat demi mencari selamat.
Pada akhirnya Mafung bergabung bersama Kenan, memperjuangkan satu nilai yang memang pantas diperjuangkan. Melakukan yang benar, menegakkan keadilan, karena pada saatnya, keadilan bukan ditemukan, tetapi diperjuangkan.
Oh iya, ketika pintu bioskop saya tinggalkan dan kaki melangkah kembali pulang, ada satu gelayutan yang tak kuasa untuk terus kutahan. Memiliki nilai yang pantas diperjuangkan seharga mati. Bukan sekadar ucapan selamat murah meriah seribu tiga. Kebanggaan hati bukan sekadar polesan bibir yang hilang disapu kertas basah.
Orang Cina menyebutnya 吉人自有天相 . Tuhan akan membantu orang yang pantas! Siapakah yang pantas disebut pantas? Bukan dia yang menggelembungkan kantong-kantong kulit berisi uang hasil membelit pajak-pajak selangit. Namun dia yang bergulat hingga badan terlipat demi nilai yang mengangkat setinggi-tingginya derajat.
Semoga kamu tahu nilai yang sedang kamu perjuangkan.
Sebelum lupa. Hari ini 1 September 2016. Hari pasarannya Kamis Wage. Besok adalah Jum’at Kliwon. 39 tahun yang silam, 1 September 1977, hari dan penanggalan Jawa memuatkan data weton Kamis Wage. Sama! Maka bisa kupahami ketika orang berkata, life begin at fourties! Karena hari ini aku baru lahir. Semoga lahir baru.
Tidak setiap tahun bisa begini. Dan kalau harus aku untaikan satu kalimat. Hanya rasa syukur yang hendak aku ulurkan hingga melebur bersama denyutan madah dan mazmur. Cinta-Nya yang ia pilin dalam kasih bapak dan simbokku, telah membawaku hingga diriku yang sekarang. Ada rencana-rencana yang tak pernah mampu aku mengerti. Hingga Simon Petrus mengatakannya dengan lugas dalam Injil Lukas 5 ayat lima, “tetapi karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga. Mengapa Lukas harus mengatakannya pada hari ini? aku tidak tahu. Sahabat-sahabat saya orang Cina berkata: 人算不如天算; manusia memiliki rencana, tetapi rencana Tuhan selalu lebih hebat, senantiasa lebih indah.
Waduh, kok panjang sekali tulisan ini. Baiklah saya akhiri dengan kata-kata yang dinyanyikan oleh Don Moen; God will make a way, where there seem to be no way.....
Terimakasih...

Comments

Popular Posts