We remember…

(rengeng-rengeng……)
We remember how you loved us…
to your death…
and still we celebrate
for you are with us here….
And we believe that we will see you…
When you come
In your glory God
We remember, we celebrate, we believe…

Perayaan meriah mengenangkan Yesus menginisiasi Ekaristi sudah selesai beberapa waktu yang lalu. Namun melodi lagu “we remember” yang dinyanyikan paduan suara masih mendenting-denting di kepala. Bukan karena memang saya suka banget dengan lagu ini, tetapi karena maknanya memang dalam pakai banget.
We remember how you loved us…
Perayaan malam ini memang mengenangkan bagaimana Yesus mencintai kita sampai wafat. Pengenangan ini bukan sekadar pengenangan yang biasa. Karena cinta adalah kebutuhan mendasar manusia. Kalau tidak percaya, tanyalah hatimu sendiri, bukankah kebutuhan mendasar kita adalah “dicintai” dan “mencintai”.
Mungkin kita sering mendengar berita ada orang yang sangat kaya, sangat terkenal, tetapi hidupnya (kelihatan) kurang bahagia bahkan berakhir mengenaskan dengan bunuh diri. Hal ini bagi saya memberi gambaran bahwa ada sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang maupun kepopuleran. Dan itu adalah cinta.

Now we recreate your love, we bring the bread and to share a meal..
Sign of grace and mercy, the presence of the Lord…
Pengenangan malam ini memang bukan pengenangan biasa. Mengenangkan bagaimana seseorang memberikan diri sampai wafat, dan kami diijinkan untuk mengulang kembali kasih cintanya yang tiada terkira.
Dan malam ini, kami tidak sekadar mengenangkan, tetapi kami merayakan, merayakan karena menerima rahmat yang begitu besar dari-Nya. Malam ini bukan sekadar pengenangan, tetapi sebuah perayaan menerima tiga hadiah tak terkira dari-Nya.

Pertama, hadiah Ekaristi.
Kedua, hadiah imamat.
Ketiga, perintah untuk saling mencintai.

Siang tadi bersama seluruh imam, di seluruh Gereja, kami memperbaharui janji imamat yang adalah hadiah istimewa dari-Nya. Imamat bukan untuk gagah-gagahan, tetapi sungguh untuk bersama-sama dengan Yesus menjadi pelayan. Seperti yang dikatakan-Nya sendiri, “If I, then, the Lord and Master, have washed your feet, you should wash each other’s feet.”
Dan pengalaman harian saya: melayani pengakuan dosa, merayakan Ekaristi, melayani sakramen perminyakan di rumah sakit, melayani pemakaman; membuat hadiah imamat ini sungguh sangat bermakna. Hadeh, kok mata saya susah melihat….

Lalu malam ini, saat upacara pembasuhan kaki, umat yang saya basuh kakinya tiba-tiba menangis. Saya tidak memandang wajahnya, saya hanya membasuh kakinya dan mengelapnya. Terlepas dari itu, saya membayangkan sedang membasuh kaki orang-orang yang saya lukai hatinya, yang saya kecewakan, de el el….

And we believe that we will see you…
When you come
In your glory God
We remember, we celebrate, we believe…
Mumpung masih ada kesempatan berbagi kasih, maka saya berusaha membaginya. Agar nanti kalau saat itu tiba, saya bisa berjumpa dengan-Nya yang sangat saya kasihi, yang memberi contoh bagaimana mengasihi.
Malam ini saya mengenangkan, merayakan, dan kami percaya pada akhirnya kami akan hidup bersama dengan-Nya.
Malam ini, dalam ketenangan dan keheningan, berjaga bersama Dia. Mumpung masih ada kesempatan, ada baiknya untuk mengurai isi hati dan menatanya kembali pelan-pelan…

We remember, we celebrate, we believe….


* jika ingin mendengarkan lagu "we remember", cari saja di yutup....


Comments

Popular Posts