Biasa Saja

“Come and see! ............ You will see much greater things than this!” (Yohanes 1: 47. 50c)
Sesuatu yang hebat dan besar senantiasa membanggakan. Senang rasanya kalau memiliki kesempatan melihat sesuatu yang besar dan hebat, apalagi jika memiliki kesempatan untuk melihat sesuatu yang lebih hebat dari pada itu.
Kebanyakan orang tidak mau melewatkan peristiwa-peristiwa yang hebat. Peristiwa penggerebekan anggota teroris begitu menyedot perhatian banyak orang. Pertandingan final sepak bola piala dunia menyedot animo penonton yang sangat besar.
Hal itu terjadi karena peristiwa itu hebat dan besar. Akan tercatat dalam dokumen sejarah sebagai peristiwa yang akan dikenang sepanjang masa. Tiap orang ingin ambil bagian dalam peristiwa yang hebat itu, dan berharap bisa melihat sesuatu yang lebih hebat dari itu.

Ikut ambil bagian dalam peristiwa hebat akan menaikkan popularitas, akan dianggap sebagai orang penting dan pelaku sejarah. Bartolomeus adalah bagian dari orang-orang seperti itu. “Apakah ada sesuatu yang bagus dari Nazareth?” tanyanya ketika diberitahu Filipus bahwa ia telah bertemu dengan Mesias, yaitu Yesus pemuda Nazareth.
Nazareth adalah kampong kecil saja. Penduduknya kurang terpelajar. Mana mungkin lahir Mesias dari sana. Mestilah Mesias itu datang dari Yerusalem, ibu kota Negara. Tempat segala yang hebat berasal.
Pandangan Bartolomeus atau Natanael berubah tatkala Yesus telah mengetahui siapa dirinya. Yesus bahkan menjanjikan sesuatu yang lebih besar dan hebat yang akan dilihat olehnya. Seperti apakah sesuatu yang lebih hebat dari pada itu?
Ternyata hal yang lebih hebat itu adalah hidup dan tinggal bersama Yesus. Dekat dengan Yesus dalam keseharian bersama dengan Yesus adalah sesuatu yang lebih hebat dari apa pun yang ada di dunia.
Bahkan kelompok murid Yesus pun bisa dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan pengalaman keintiman mereka dengan Yesus. Kelompok pertama, adalah orang-orang yang mau datang kepada Yesus karena membutuhkan sesuatu kelompok ini bisa kita sebut kelompok 5000 orang yang diberi makan oleh Yesus. Mereka datang dan mencari Yesus karena Yesus pernah mengenyangkan perut mereka. Tidak ada sesuatu yang lebih. Mereka ini tidak peduli dengan apa yang dialami oleh Yesus dan apa yang menjadi kehendakNya. Yang penting perut kenyang.
Kelompok kedua adalah kelompok 70 murid. Mereka ini mau mengikuti Yesus. Mereka memperoleh tugas perutusan mewartakan Injil. Mereka juga diberi kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dll. Mereka bangga tatkala berhasil dan menjadi kecewa karena gagal. Mereka datang kepada Yesus karena mereka menjadi bagian yang hebat. Mereka mendapat peran dan tampil ke depan. Jika mara bahaya datang, mereka lari tunggang langgang.
Kelompok ketiga adalah kelompok 12 rasul. Mereka tinggal dekat dengan Yesus. Mereka setia mengikuti ke mana pun Yesus pergi. Mereka meninggalkan segala sesuatu untuk tinggal bersama dengan Yesus. Mereka setia sampai akhir, meski ada yang berkhianat.
Kelompok keempat adalah 3 murid sahabat Yesus; Petrus, Yohanes, dan Yakobus. Mereka memiliki hubungan batin yang dekat dengan Yesus. Mereka berani mendebat, meminta, dan hadir dalam saat-saat penting Yesus.
Kelompok ketiga dan keempat ini setia mengikuti Yesus pertama-tama bukan karena pengalaman hebat yang dan monumental. Mereka setia mengikuti Yesus karena dekat dengan Yesus mendatangkan kebahagiaan yang tak tertandingi. Segala sesuatu yang biasa, yang mereka alami bersama dengan Yesus telah menghadirkan kebahagiaan yang tiada taranya, melebihi kehebatan dunia.
Mestinya kebahagiaan yang dialami kelompok 12 murid itu bisa kita nikmati juga. Setia mengikuti Yesus bukan karena suatu pengalaman hebat, tapi dalam pengalaman hidup sehari-hari yang sangat biasa. Menikmati hadirnya mentari pagi, merasakan semilir hembusan angin sepoi-sepoi, tersengat terik siang yang panas, atau basah karena hujan, semuanya adalah hal yang sangat biasa, namun dari sanalah mengalir pengalaman yang luar biasa.
Dari sesuatu yang biasa, yang hadir setiap hari mengalirlah cinta Allah yang luar biasa. Allah tidak pernah berhenti mengalirkan kasih-Nya. Melalui sinar mentari, udara pagi, juga curah hujan yang member kehidupan. Pengalaman ini membawa kita untuk setia dengan hal-hal yang kecil dan biasa. Biasa menyebut Nama-Nya, memuji-Nya, membawa-Nya dalam seluruh kehidupan kita. Kebiasaan itu akan membawa kita semakin dekat dan dalam masuk ke dalam kehidupan Yesus, seperti para rasul.
TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.(Mazmur 145:18)



Comments

Popular Posts