Kematian yang indah
Sahabat, salah satu keindahan musim gugur adalah melihat dedaunan berunah warna. Dari hijau kemudian kuning, sebentar lagi merah, lalu coklat dan akhirnya rontoh. Banyak orang pergi ke daerah-daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan khas Eropa itu. Ada yang pergi jauh ke Bright, atau ke tempat yang dekat-dekat saja. Hanya untuk melihat indahnya warna daun di musim gugur.
Sebuah keindahan yang menyimpan ironi tinggi. Sebuah keindahan di awal kematian. Keindahan daun-daun sebelum habis hidupnya dan gugur sebagai sampah. Keindahan yang terpancar dari badan yang meregang nyawa sebelum putus dan terjungkal ke tanah. Sebuah ironi ataukah sebuah pemberian diri? Bahkan di saat terakhir hiduppun masih memberikan keindahan.
Kematian dan Kehidupan
Sahabat, baru saja kita merayakan Paskah. Sisa-sisa perayaannya mungkin masih ada. Telor coklat, atau coklat kelinci, mungkin masih tersimpan di laci. Atau sebaliknya, perayaan Paskah dengan segala keagungannya tak sedikitpun meninggalkan bekas. Entah apapun yang kalian rasakan, saya ingin meningatkan sejenak kisah yang mahahebat itu.
Inti dari perayaan Paskah adalah kebangkitan Yesus. Dia menebus manusia yang dikungkung maut. Bagaimana memahaminya? Baik kalau kita pakai gambaran peperangan. Bayangkan ada peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan berasal dari Allah. Kejahatan berasal dari mereka semua yang melawan Allah. Pada awalnya manusia berada di pihak kebaikan. Ia mengikut Allah. Namun manusia berhasil dibujuk dan ditawan oleh kejahatan. Allah tentu tidak tinggal diam melihat hal ini. Dia ingin membebaskan manusia dari tawanan kejahatan dan kematian. Caranya adalah masuk ke dalam sarang si jahat, yaitu alam kematian. Allah berperang di sana dan akhirnya menang. Dia bangkit.
Apakah dengan demikian semua manusia yang ditawan oleh si jahat (setan dan para pengikutnya) bisa dibebaskan? Ternyata tidak. Ada manusia-manusia yang tidak mau dibebaskan. Ada yang tetap ingin tinggal bersama si jahat. Mereka merasa nyaman tinggal bersama si jahat dan berpikir untuk terus tinggal bersamanya. Tentu saja mereka ini tidak akan menikmati pembebasan. Namun bagi mereka yang merindukan kebebasan, pasti akan mengikuti Yesus sang pembebas. Pasti akan meninggalkan si jahat dan gembira menyambut datangnya penebus.
Di sini kita melihat sebuah kematian yang membawa kepada kehidupan. Kematian Yesus yang membawa keselamatan bagi manusia. Kematian yang menjadi awal sebuah kehidupan baru. Kematian yang bukan sebuah kekalahan, namun sebuah jalan untuk mencapai kemenangan. Kematian yang harus dilalui agar bisa sampai di tempat si jahat bersarang. Kematian yang harus dilewati agar bisa mengambil manusia yang ditawan si setan. Tanpa mati dan masuk ke dalam alam kematian, tidak aka nada kemenangan. Dan kemenangan itu nyata dalam kebangkitan. Tanpa kematian, tidak akan ada kebangkitan. Dan kebangkitan itulah yang menjadi dasar dari iman kita. Tanpa kebangkitan sia-sialah iman kita. Maka, kematian ini menjadi sumber kehidupan baru karena ada kebangkitan di sana, ada kemenangan.
Keindahan kematian
Sahabat, banyak orang merasa takut jika ditanya mengenai kematian. Banyak yang memilih untuk tidak membicarakannya. Namun jika dipikirkan dengan sedikit tenang, kematian adalah salah satu hal yang pasti yang akan dialami manusia. Jika banyak hal dalam hidup manusia itu sifatnya tidak pasti, tidak demikian dengan kematian. Ia adalah sesuatu yang pasti yang akan terjadi. Meskipun saat dan harinya tidak pasti.
Sekali lagi, jika dipikirkan dengan sedikit tenang, kematian itu adalah sesuatu yang indah. Dimanakah letak keindahannya? Apakah ini bukan sesuatu yang aneh dan “sakit”? Bukan! Kematian adalah sesuatu yang indah jika dilihat dalam kerangka berpikir kehidupan kekal. Kematian adalah pintu yang menghubungkan kehidupan sementara ini dengan kehidupan kekal. Dengan melalui pintu itu, seseorang akan diantar masuk ke dalam ruang kehidupan tanpa batass.
Bukankah ini sebuah keindahan? Karena ternyata kematian bukanlah sebuah akhir perjalanan. Kematian adalah sebuah jembatan penghubung, sebuah linking-word yang menghubungkan dua buah kehidupan. Kehidupan sementara di dunia dengan kehidupan kekal di alam sana. Kematian adalah pintu bersatunya manusia dengan Dia yang selama ini dicintai dan dipuja.
Hidup manusia itu seperti perlombaan lari. Kita semua berada di jalur lari, dengan harapan kita semua sampai di garis finish. Garis finish itu bukanlah kematian. Garis finish itu adalah tinggal bersama dengan Allah yang kita puja dan cinta sepanjang hidup. Kita harus terus berlari hingga garis akhir, sedangkan kematian hanyalah pintu gerbang untuk masuk ke dalam rumah kediaman Allah yang kekal. Kematian bukan sesuatu yang menakutkan atau menyakitkan. Dia hanyalah penanda bagis eseorang yang beralih dari kehidupan yang fana kepada kehidupan yang baka.
Penutup
Sahabat, setiap kali saya melihat daun-daun yang berubah warna di musim gugur ini, pikiran saya otomatis melayang kepada kematian. Sebuah kematian yang indah. Sebuah kematian yang memberi kegembiraan dan suka-cita bagi yang lain. Sebuah kematian yang tidak meninggalkan jejak ketakutan.
Tentu bukan sesuatu yang mudah mengambil sikap yang seperti itu. Kematian akan menjadi indah jika dipersiapkan, jika dipahami dengan benar makna dan artinya. Kematian menjadi sesuatu yang menakutkan jika dilihat sebagai akhir dari segala-galanya. Kematian menajdi sesuatu yang membahagiakan jika dipahami sebagai jalan persatuan manusia dengan Tuhan yang dicintai.
Maka mempersiapkan diri sebaik-baiknya adalah sesuatu yang niscaya. Sekecil apapun persiapan kita, akan membuat langkah kita makin terarah lurus kepada Sang Cinta, dan kematian bukan sesuatu yang menakutkan lagi. Itu adalah sesuatu yang indah.
Tuhan memberkati.
Fr. Paulus Waris Santoso, O.Carm
Chaplain Umat Katolik Indonesia di Melbourne
95 Stokes Street, Port Melbourne, Vic, 3207, romowaris@gmail.com
(tulisan ini pernah penulis muat di majalah OZIP di melbourne)
Comments