MURAH HATI
Hari ini saya sedang merenungkan makna dari murah hati. Kerap terucap, namun secara sungguh-sungguh kurang jelas memaknainya. Tiba-tiba ingatan saya melayang pada sosok perempuan 50 tahunan. Berjalan melintasi lorong-lorong kumuh di kota. Memeriksa tiap kolong jembatan, juga di bawah-bawah gerbong kereta yang sudah tak beroperasi lagi.
Perempuan itu membawa tak plastic cukup besar. Di tiap lorong, di tiap kolong jembatan dan gerbong kereta yang telah rusak, dia berhenti. Dia menemukan sesosol manusia yang oleh kebanyakn manusia yang lain tidak dianggap. Mereka adalah orang-orang gila, yang bahkan hampir selalu dihindari. Perempuan itu menemui mereka, membawakan mereka makanan, terkadang obat-obatan. Kisah cukup lengkap dari perempuan yang mengagumkan ini akan saya catat nanti.
Sekarang saya ingin menukil sedikit saja hal yang menancap dalam hati saya. Ibu ituadalah perempuan yang murah hati. Ia memberikan sesuatu yang oleh orang lain tidak diberikan. Ia memberikan perhatian, ia memberikan cinta. Suatu ketika dia berkata, “jangan lihat seberapa besar atau seberapa hebat apa yang telah kami lakukan, tetapi lihatlah betapa besar cinta yang telah kami berikan.”
Ia memberikan cinta. Ia memberikan waktunya, sebagian hartanya, hatinya, dan terlebih hatinya. Sungguh bagi saya ia adalah gambaran orang yang murah hati. Ia memebri tanpa pernah mengharapkan balasan. Karena orang-orang gila yang ia kunjungi, yang ia kirim makan, tidak akan membalasnya. Tetapi, mereka menerima perempuan itu. Kemurahatiannya dan ketulusan cintanya mereka terima.
Kalau Yesus hari ini berkata, “hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati,” saya kira, ibu tersebut telah melaksanakannya. Saya hanya berharap, dan siapa tahu kalian, kawanku semua, juga mau bermurah hati kepada sesame, karena Bapa kita sungguh murah hati.
Tuhan memberkati.
Comments