Peace be with you!

Setelah bangkit dari kubur, Yesus memiliki satu kata favourite. Yaitu "damai" / "peace" / "平安". Biasanya kata damai itu dirangkai dalam sapaan, "damai bersamamu" / "peace be with you" / 願你們平安。
Kata sangat sering kita dengar, apalagi kalau kita rajin ikut perayaan Ekaristi. Imam selalu mengulang-ulang perkataan Yesus, "damai-Ku kuberikan kepadamu, damai-Ku kutinggalkan bagimu."
Damai itu bukan hanya diucapkan, tetapi juga diberikan dan ditinggalkan.

Ada satu pertanyaan, mengapa Yesus baru memberikan damai itu setelah Dia bangkit? Mengapa tidak sebelum Dia bangkit?

Jawabannya sederhana. Ketika Yesus masih ada, para murid tidak memerlukan damai yang lain, karena Yesus-lah damai itu. 

Damai yg diberikan oleh Yesus ini, bagi kita sekarang bisa menjadi satu obat atau antivirus bagi penyakit dunia modern.

Apa saja penyakit dunia modern itu? Ada banyak. Tetapi kita bisa menyebut beberapa, misalnya: stress, takut, depresi, benci, dll.

Damai yg diberikan oleh Yesus ini bisa menjadi antivirus bagi berbagai penyakit di atas.

Harus kita pahami bahwa DAMAI yg diberikan oleh Yesus itu berkaitan dengan: damai bagi akal budi kita/ pemikiran, damai bagi hati kita dan damai bagi jiwa kita.

Damai bagi akal budi kita itu seperti Ini:
Kalau kita memandang luka-luka pada tubuh Yesus, pada lambung, tangan, kaki, dan lainnya, kita akan memahami bahwa pengampunan dari Allah itu kekal adanya. Luka yang masih nampak meski Yesus sudah mulai adalah sebuah tanda bahwa kita semua sudah diampuni.

Damai bagi hati kita itu seperti ini :
Kalau kita memandang lubang paku pada tangan dan kaki Yesus, kita akan merasakan bahwa CINTA Yesus pada kita adalah sebuah cinta tak bersyarat.

Damai bagi jiwa kita itu seperti ini :
Yesus Kristus tetap hidup. Dan DIA meraja selamanya. Sedangkan kita diundang untuk ikut dalam kerajaan-Nya yang kekal itu. 

PERTANYAAN:
Kalau damai yang diberikan oleh Yesus adalah seumpama obat / antidote bagi penyakit modern seperti kekhawatiran, depresi, stress, iri, benci, dll; mengapa kita masih mengalaminya?

Karena ada penghalang di antara kita dan Yesus. Penghalang yang membuat damai itu tidak benar2 bisa masuk ke dalam diri kita.
Penghalang itu tercipta karena kebiasaan buruk kita. Mari kita lihat kebiasaan kita.
Kebanyakan dari kita memiliki account media sosial, FB, Twitter, Path, Blog, Instagram, dll.
Di sana kita biasa menulis atau memposting apa saja. Kalau kita telaah dengan seksama, 90%postingan adalah keluhan, curhat dari hati yang galau atau komplain akan sesuatu. Kerap juga berupa pengadilan, penghakiman, dan kritik tajam terhadap seseorang atau kelompok.
Kebiasaan ini lama2 membuat kita berat untuk bisa menerima orang lain apa adanya. Karena kita merasa selalu benar. Maka perintah Yesus, cintailah sesamamu, sungguh amat berat untuk dilaksanakan. Yang mudah adalah, hakimilah sesamamu, makilah sesamamu, hujatlah sesamamu, dll.

TETAPI, panggilan kita adalah mencintai sesama. Bagimana ini bisa dilakukan?
1). Berlatih memaafkan. 
Dalam berelasi, akan selalu ada salah paham, ketidakcocokan, dll. Meminta maaf itu gampang, yang berat adalah memaafkan. Karena berat, maka perlu latihan. Latihan tidak menyimpan dendam, latihan menerima apa adanya. Latihan menerima kekurangan,mdan bersama-sama melangkah ke depan.
2). Berlatih membantu sesama.
Ada banyak orang yang membutuhkan bantuan. Ada banyak ragam bantuan; ada yang butuh barang, ada yang butuh maaf, ada yang butuh peneguhan, ada yang butuh didengarkan, dll. Kita bisa berlatih dari hal yang paling kecil.

Latihan ini akan membawa kita mampu mencintai sesama. 
Latihan ini akan membuat penghalang antara Damai yang ditawarkan dengan Allah dan diri kita makin tipis.

Jika damai itu telah tinggal dalam diri kita, kita akan mampu juga menjadi damai bagi sesama.

Tuhan memberkati.

Hong Kong
19/04/2015

Comments

Unknown said…
met pagi moris .....

Amin

dan makasih mo

Popular Posts