Dua janda

Hari ini ada kisah mengenai dua janda. Janda pertama memiliki seorang anak (gadis). Janda yang lain tidak diketahui dengan jelas situasinya, yang jelas janda.
Janda pertama kita sebut saja Janda Sarfat. Artinya janda dari kampong Sarfat. Apakah di sana hanya ada seorang janda atau lebih tidak penting. Dia tinggal bersama anak perempuannya. Waktu itu hidup sangat sulit, akibat perbuatan Elia.
Hanya untuk diketahui, Elia adalah seorang nabi utusan Allah. Dalam salah satu tugasnya ia pernah berselisih dengan raja Ahab dan istrinya Izebel. Waktu itu Elia berdoa kepada Tuhan supya hujan tidak turun, dan kekeringan pun terjadi.

Kekeringan itu sungguh menyengsarakan semua masyarakat, termasuk Elia sendiri. Atas perkenanan Allah, Elia ‘disembunyikan’ di tepi sungai Kerit. Tatkala sungai pun nyaris kering, Elia ‘dititipkan’ kepda seorang janda miskin di Sarfat.
Janda itu sungguh miskin. Ia tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak untuk mengolahnya menjadi roti. Itu persediaan makanan terakhir, setelah memakannya mereka akan mati, karena tidak memiliki persediaan makanan lagi.
Toh janda itu masih mau berbagi sedikit makanan dengan Elia. Atas permintaan Elia, ia membuat satu buah roti bundar dan diberikan kepada Elia, setelah itu baru membuat roti untuk dirinya sendiri. Karena janda itu rela berbagi apa yang sangat ia butuhkan sendiri ia mendapatkan imbalannya. Karena ia percaya kepada Allah melalui Elia, janda itu tidak kehilangan hidupnya. Tepung dalam tempayan tidak pernah habis dan minyak dalam buli-buli tidak pernah kering.
Janda kedua tidak kita kenal namanya juga situasi sosialnya, hanya kita ketahui ia janda. Ia hadir di bait Allah, tentu untuk mengikuti peribadatan. Ia menjadi sosok penting karena dijadikan oleh Yesus dalam memberi persembahan kepada Allah.
Dalam Kitab Suci, Markus memberi tekanan bahwa janda itu memberikan seluruh uangnya, seluruh nafkah hidupnya. Saya tidak ingin berpolemik mengenai berapa besarnya nafkah seorang janda, apakah ia tidak mendapat jaminan social dari pemerintah/dewan agama saat itu. Saya hanya ingin mengambil satu tekanan yang dibuat oleh Markus, ia memberikan seluruh nafkahnya.
Seluruh nafkah bagi saya seluruh penopang hidupnya. Hal ini sangat menarik, karena kalau ia menyerahkan seluruh nafkah hidupnya dari mana ia bias hidup? Sangat luar biasa ketika seseorang menyerahkan penopang hidupnya kepada Tuhan.
Tidak masuk akal, menurut sebagian orang tetapi dipuji oleh Yesus. Seseorang yang menyerahkan seluruh penopang hidupnya kepada Tuhan adalah orang yang berserah kepada Tuhan. Tuhanlah yang akan menjadi penopang hidup. Bukankah luar biasa jika Tuhan menjadi penopang hidup?
Dua janda yang kutemui hari ini sungguh luar biasa. Mereka mengajar bukan dnegan kata-kata, bukan dengan tindakan heroic, tetapi dengan satu tindakan nyata. Memercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan.

Comments

Popular Posts