Numpang LEWAT
Catatan ini bercerita mengenai kebiasaan saya numpang lewat, potong kompas mencari jalan pintas yang mudah dan menyenangkan. Anda bisa berpikir positif juga negatif mengenai kebiasaan ini. Tapi daripada bingung, mendingan saya beri contoh kasus saja.
Dulu, dulu sekali saya pernah tinggal selama 3 tahun kurang 10 hari di kota Melbourne, Australia. Status saya waktu itu buruh migran yang melayani para migran dari Indonesia. Mereka, hampir semuanya migran profesional. Pindah ke sana untuk belajar atau memang mencari kehidupan yang lebih baik. Entah ekonomi yang lebih baik atau suasana batin yang lebih baik. Saya melayani komunitas tersebut sebagai chaplain.
Selama keluyuran di kota tersebut hampir tiga tahun lamanya, ada kebiasaan yang kalau mengingatnya saya merasa sedikit geli. Yaitu kebiasaan mencari jalan pintas tadi. Aduh, kok malah mbulet nggak jelas jalan pintas apa yang dimaksud? Misalnya sewaktu saya jalan-jalan di CBD, saya suka keluar masuk toko yang sambung menyambung menjadi satu seperti kepulauan Indonesia itu hanya untuk sampai di ujung satunya. Saya paling suka berkelok-kelok di tempat orang-orang berjualan parfum atau alat kosmetik. Pertama, yang berjualan biasanya cantik-cantik. Kedua, aromanya harum. Lumayan menghirup yang harum-harum.
Atau keluar masuk toko-toko baju sekadar melihat-lihat memuaskan mata karena nggak mungkin membelinya. Secara harganya berada di luar hitungan kantong.
Atau melewati gang-gang sempit yang banyak banyak gerai makanannya. sembari melihat menu-menu dan menghirup aroma sedap makanan, melintas mencari jalan.
Kerap kali, acara mencari jalan pintas ini menajdi lebih lama dari yang seharusnya karena kebanyakan mampir dan berkelok. Namun tetap ada keuntungan yang diraih, saya jadi mengerti banyak hal. Kalau ada orang bercerita mengenai tempat tersebut, saya bisa nyambung. Minimal ngerti daerahnay ada di mana.
Acara mencari jalan pintas yang kerap tidak pintas itu menjadi satu cara 'numpang lewat' dalam rutinitas hidup. Dan ternyata, acara numpang lewat itu terus terjadi dan terjadi lagi. Boleh dikatakan, pelayanan saya selama tiga tahun kurang beberapa hari itu juga acara numpang lewat dalam sebuah perjalanan panjang hidup saya yang sayangnya belum saya ketahui akan berakhir di mana. Tentu saja saya memiliki keinginan untuk bisa berakhir di mana, namun kerap kali jalur kereta yang harus saya tumpangi bukanlah kuasa saya untuk menentukan arah dan tujuannya.
Sekarang saya numpang lewat di Hong Kong. Perjalanan berkelok-kelok, singgah sana singgah sini sudah berjalan sekitar dua tahun setengah. Sampai sekarang sudah ada empat kamar yang saya singgahi. Mulai dari kamar di Maryknoll House, St. Anne Parish, Shek O Retreat Centre, dan kini kamar di lantai 6 paroki St. Teresa Kowloon. Pindah ke sana ke mari itu capek. Dan semuanya hanyalah acara numpang lewat.
Tentu lebih menyenangkan kalau bisa menentukan akan numpang lewat di mana. Namun amat sayang, karena kuasa untuk memilih itu bukan ada padaku. Saya hanya bagian menjalani saja. Dan berharap bahwa ini juga menjadi bagian dari menjalani skenario drama hebat yang dibuat oleh Sang Khalik.
Hari ini, baru seminggu di tempat baru. Inipun hanya akan sekadar numpang lewat, entah berapa lama pun tetap numpang lewat untuk nanti pindah ke tempat lain lagi. Posisi duduk saya belum sepenuhnya mantap, masih sedikit di pinggir. Tandanya belum sepenuhnya masuk, masih ukur-ukur.
Oh iya, dari sekian banyak tempat di mana saya pernah numpang lewat, semuanya memiliki cerita dan kisah sendiri yang tidak bisa disamakan begitu saja. Ya jelas donggg, kan lain ladang lain belalang, lain kota lain yang jual rujaknya. Bahkan banyak yang nggak jual rujak. halah malah ngomong jualan rujak.
tetapi ngomong soal rujak ini juga menarik. sama menariknya dengan ngomong soal tutti frutti. rujak itu paduan macam-macam buah dan sayur dan bumbu-bumbu. Ada manisnya, ada kecutnya, ada sedapnya, semua berbaur menjadi satu menciptakan kenikmatan yang semakin nikmat kalau dinikmati sembari melahap kerupuk, kriukkkk.
Itulah perjalanan numpang lewat. Terkadang semua berlalu begitu saja. Dan akan memiliki makna ketika duduk sebentar dan melihat-lihat kembali. terkadang semua berlalu tanpa makna karena sedang dikejar waktu, maka meski ada yang berteriak-teriak menawarkan barang meski gratis, saya juga tidak tertarik karena sedang dikejar waktu pada sebauh janji yang kerap kali meleset untuk ditepati.
sebelum catatan ini berlalu tanpa jelas arah dan tujuannya, lebih baiklah kalau saya akhiri sampai di sini. kalau Anda sedang dalam perjalanan, dan mungkin kebetulan numpang lewat di mana gitu, usahakan untuk tidak terburu-buru, tetapi kalau jalan anda menghalangi orang lain, sebaiknya minggir sebentar memberi eksempatan mereka lewat lebh dulu, karena mungkin mereka tergesa untuk segera mencari WC, atau sedang diklakson mikrolet, sabarlah Anda sedang tidak mengejar setoran, sedang mereka sedang mengejar setoran. Nikmatilah jalan Anda, karena belum tentu Anda akan lewat di jalan yang sama. Dan kalau nanti menjumpai tempat baru lagi, jangan lupa berbagi cerita dengan saya, agar siapa tahu, suatu waktu nanti saya bisa mampir di sana.
sudahlah...
Comments