Karena aku bukan kamu

Sore tadi aku bertemu dengan sahabat yang lama tidak ngobrol. Jarak dan aktivitas yang berbeda membuat komunikasi seraya berhenti. Namun persahabatan kami bukan dibentuk karena seringnya berkomunikasi.
Seperti para sahabat pada umumnya, karena lama tak berjumpa kami saling menanyakan kabar, sharing mengenai suka duka, mengenai tawa dan air mata. Diantara obrolan kami, dia mengatakan hal berikut ini:

Yah.. perjalanan berikutnya (setelah camp) membawaku pada Peace Generation yang sesungguhnya.. komunitas yang berusaha memberi ruang bagi anak muda untuk mengekspresikan diri... untuk tidak takut jadi berbeda (Unik!). Untuk berani mendialogkan perbedaan kita. Untuk tidak "silent for harmony" dan memendam bom waktu. Karena nyatanya, perbedaan begitu mudah memicu konflik. Apalagi kalo sudah jadi bom waktu.... ledakannya bisa gedhe banget.

Konteks pembicaraan kami memang mengenai pilihan hidup yang kerap berbeda dari anggapan khalayak. Hal ini terkadang berat sekali karena khalayak memiliki batasan-batasan tersendiri, terlepas benar atau tidak (secara hukum dan moral). Sangat sulit menemukan keseragaman dalam hidup bersama/komunitas.
‘Kamu orang Cina pasti mikirnya duwit melulu. Aku ga mau berteman dengan kamu!’
‘Kamu orang Katolik. Aku tidak mau berteman dengan kamu!’
‘Kamu lesbi/gay. Aku tidak mau berteman dengan kamu!’
‘Kamu bla..bla..bla.. . Aku tidak mau berteman dengan kamu!’
Pandangan yang berbeda terhadap apa yang kita miliki selalu muncul dalam kehidupan bersama, meskipun kadarnya tidak selalu sama. Artinya, sangat sulit untuk mendapatkan pengakuan 100%, dukungan penuh. Selalu ada yang tidak setuju dan menentang.
Mengapa aku harus bertahan dalam perbedaan? Bukan hanya karena perbedaan itu indah. Tetapi karena perbedaan menyimpan kebenaran yang berbeda. Masing-masing mengandung kebenaran juga. Aku mau menghayati kebenaran yang berbeda dengan kebenaran yang kamu akui. Aku mau menyebut gelas yang berisi air setengah sebagai setengah penuh, dan kamu boleh menyebutnya sebagai setengah kosong. Tidak perlu diperdebatkan. Masing-masing mengandung kebenaran.
Setiap kebanaran memiliki wahana tersendiri untuk mengekspresikan kebenarannya. Teratai membutuhkan banyak air agar berbunga, sedangkan bunga kamboja hanya butuh sedikit air saja sudah berbunga. Teratai kekurangan air akan mati sedangkan kamboja kebanyakan air akan mati. Masing-masing memiliki wadah dan ukuran yang tepat untuk dirinya sendiri, tidak bisa dicampur adukkan.
Komunitas akan berkembang menjadi lebih baik jika dikenali karakter dasarnya. Hidup membiara adalah wadah bagi insane-insan yang menyerahkan diri secara penuh pada Allah. Ada persyaratan yang mendasar yang mesti dipenuhi untuk bisa menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan. Yang diserahkan diri secara penuh di sini termasuk hasrat dan keinginan seksual. Secara kebanyakan diarahkan kepada lawan jenis.
Menjadi tantangan jika ada yang tertariknya kepada yang berjenis sama. Ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ia tidak pernah benar-benar menyerahakn diri secara penuh, karena memang tidak pernah tertarik kepada lawan jenis. Kedua, tantangannya menajdi lebih besar, seperti perjaka di tinggal di asrama putri. Bagaimana menyikapi mereka? Apakah pilihan berbeda adalah sebuah kejahatan? Saya berani berkata bahwa pilihan berbeda itu bukanlah suatu kejahatan. Menjadi kurang benar jika pilihan yang berbeda itu berada di dalam tempat yang kurang tepat.
Hidup membiara akan menjadi sebuah batu sandungan jika diisi oleh mereka yang tertarik kepada jenis yang sama. Mengapa demikian, karena sudah tidak ada yang dipertaruhkan lagi. Pendapat saya ini bisa salah karena kurangnya pemahaman saya, namun dari kedalaman hati saya meyakini bahwa mereka yang memiliki pilihan berbeda dalam ketertarikan seksualnya bukan orang jahat hanya biara bukanlah tempatnya. Apalagi jika orang tersebut sangat menikmati kondisinya, bahkan cenderung memeliharanya.
Pendapat saya ini bisa memicu sebuah konflik yang besar. Namun sebenarnya konflik itu telah ada, hanya semua berlangsung secara diam-diam. Orang memilih diam untuk menjaga keharmonisan komunitas. Yang Nampak lebih penting dari pada yang ada di dalam. Saya sangat setuju dengan teman saya bahwa, sikap seperti ini bisa memicu sebuah konflik yang lebih dahsyat. Menyimpan konflik demi menjaga keharmonisan komunitas, itu seumpama menjaga sebuah bom waktu, yang setiap saat bisa meledak dan menghancurkan seluruh tatanan.
Taman menjadi indah karena ada beraneka macam bunga. Meski demikian setiap bunga memiliki kekhasan tersendiri yang memerlukan perlakuan berbeda dengan yang lain. Lebih dari itu mereka membutuhkan wadah dan sarana berkembang yang berbeda. Komunitas menjadi indah karena berisi beraneka macam karakter. Meski demikian tetap ada yang harus disepakati, karena manusia bukan bunga. Mereka memiliki kehendak bebas untuk menentukan pilihan. Karakter dasar komunitas tidak bisa dihilangkan dengan adanya berbagai perbedaan.
Mereka yang sangat berbeda semestinya memilih komunitas yang lain untuk bertumbuh kembang. Teman saya ngobrol sore tadi telah memilih untuk menjadi seorang lines.




Comments

Salam kenal Romo, saya setuju dgn kalimat ini: mereka yang memiliki pilihan berbeda dalam ketertarikan seksualnya bukan orang jahat hanya biara bukanlah tempatnya...

Tp gimana klo mereka yg berbeda ini punya kerinduan besar utk masuk ke biara bkn utk bertemu sesama jenis, tp murni utk Tuhan? Apakah mereka masih bisa diterima?

Memang ini tidak ada hub-nya dgn saya, hanya curiosity. Sy org yg percaya bhw semua org diciptakan unik dan berbeda, jd seharusnya yg kita lihat adalah lebih ke kesamaannya dgn kita (visi, pikiran, dst). Makanya sy tidak suka org yg suka melabeli org lain dgn stereotip tertentu, krn toh pada dasarnya kita jg sama2 ciptaanNya..
MoRis HK said…
Mbak (Bu), ketidaksetujuan saya memiliki 2 alasan khan?
1. Itu akan sangat berat khan. Misalnya sampeyan, ingin mengikuti kristus secara total, tidak mau menikah, tetapi Sampeyan tinggal satu asrama/biara dengan para lelaki semua. Itu bisa saja terjadi, tetapi akan sangat berat bagi Sampeyan dan yang lain.
2. Sulit menghilangkan pandangan orang lain, bahwa ia masuk biara sebenarnya hanya mencari kesenangan, tiap hari berkumpul dengan orang-orang yang 'menyenangkan'.

Alasanku mungkin sangat subjektif dan emosional. Namun banyaknya pengalaman yang telah terjadi mengajariku untuk bisa mengambil sikap.
Aku sangat menghormati pribadi-pribadi yang menentukan ketertarikan seksualnya berbeda dengan kebanyakan orang, tapi jangan masuk biara. Itu saja.

salam kenal kembali Mbak (Bu).

Popular Posts