Surat buat Tuhan
Apakah Anda pernah berkirim surat kepada Tuhan? Ini pertanyaan serius! Pernahkah Anda menulis surat dan mengirimkan surat itu kepada Tuhan?
Mungkin Anda akan menjawab, ‘gimana caranya?’. Lha wong Tuhan ga memiliki alamat? Khan kasihan tukang posnya, masakan ia mesti ke surge untuk memberikan surat itu?
Atau Anda akan menjawab dengan sangat saleh, ‘ya setiap hari saya berkirim surat pada Tuhan, setiap hari saya berbicara denganNya dalam doa-doa’. Jawaban yang sangat saleh. Saya tidak berani menyalahkannya.
Kisah ini sungguh terjadi. Setiap tahun, kantor pos Israel menerima lebihd ari 1000 surat yang ditujukan kepada Tuhan. Mereka sampai membuka dicisi khusus, yang bertugas menyortir surat-surat kepda Tuhan itu dan ditaruh dalam ‘bagian suci’.
Rupanya mereka menganggap serius surat-surat itu. Mereka tidak menganggapnya sebagai lelucon. Sebagai bentuk penghargaan kepada pengirim surat, pemerintah Israel mengadakan satu upacara di mana surat-surat yang terkumpul sungguh ‘dikirim’ kepada Tuhan. Ada Rabbi senior yang ditugaskan memimpin upacara itu.
Setiap tahun selalu begitu. Koran The Age menjelaskan bahwa surat-surat itu berasal dari berbagai Negara. Berikut ini contoh beberapa surat yang dikirim:
Satu surat dari orang Polandia, dia menuliskan alamat Tuhan begitu sederhana, "God, Jerusalem, Israel". Yang lain seorang dari Australia: "Dearest God, Western Wall." Satu surat dari Inggris berbunyi: "To a poor man in Israel"; lainnya: "The Rabi Jesus, Tel Aviv."
Surat-surat itu datang dari berbagai Negara dengan berbagai bahasa misalnya yang dari Jerman: "Gott, Klagemauer, Jerusalem"; Mexico: "Dios, Muro de los Lamentos, Jerusalen"; dan Perancis: "La Terre-Sainte". Beberapa surat hanya bisa diketahui oleh orang tertentu saja. Misalnya yang dari Ghana: "The Cult of the Calebs, Israel", bahkan ada juga yang dari Indonesia: "To the mighty one YHWH Elohim, Jerusalem, Israel."
Banyak dari surat-surat itu berisi ungkapan hati, kepedihan mendalam, penderitaan yang tertahankan, juga ungkapan iman dan penghormatan yang luhur. Mereka ini biasanya memohon penghiburan iman dan dikuatkan dalam menghadapi segala derita. Meskipun ada juga yang mengirim surat untuk meminta sesuatu barang, misalnya pekerjaan, mobil, rumah, dll.
Lepas dari keisengan atau kepolosan, mereka yang mengirim surat itu memiliki iman. Mereka tahu, dulu Yesus pernah hidup di Yerusalem, maka mereka mengirim surat ke sana. Mungkin kalau mereka memiliki uang yang lebih, mereka akan datang ke sana, menyusuri jalan di mana Yesus pernah berjalan. Mereka pasti melakukannya dengan ketulusan.
Membaca berita ini hari ini saya diingatkan. Apakah kalau saya mengkontak Tuhan, yang saya sebut dalam doa, sungguh dari ketulusan hati yang dalam, atau sekadar rutinitas? Hmmm, kayaknya seru juga kalau bisa mengirim surat pada Tuhan. Atau lebih enakan pakai email aja ya, atau mungkin Tuhan punya account Facebook?
Slamat siang Tuhan. Ini Waris, apa kabar. Semoga kamu baik-baik saja.
Mungkin Anda akan menjawab, ‘gimana caranya?’. Lha wong Tuhan ga memiliki alamat? Khan kasihan tukang posnya, masakan ia mesti ke surge untuk memberikan surat itu?
Atau Anda akan menjawab dengan sangat saleh, ‘ya setiap hari saya berkirim surat pada Tuhan, setiap hari saya berbicara denganNya dalam doa-doa’. Jawaban yang sangat saleh. Saya tidak berani menyalahkannya.
Kisah ini sungguh terjadi. Setiap tahun, kantor pos Israel menerima lebihd ari 1000 surat yang ditujukan kepada Tuhan. Mereka sampai membuka dicisi khusus, yang bertugas menyortir surat-surat kepda Tuhan itu dan ditaruh dalam ‘bagian suci’.
Rupanya mereka menganggap serius surat-surat itu. Mereka tidak menganggapnya sebagai lelucon. Sebagai bentuk penghargaan kepada pengirim surat, pemerintah Israel mengadakan satu upacara di mana surat-surat yang terkumpul sungguh ‘dikirim’ kepada Tuhan. Ada Rabbi senior yang ditugaskan memimpin upacara itu.
Setiap tahun selalu begitu. Koran The Age menjelaskan bahwa surat-surat itu berasal dari berbagai Negara. Berikut ini contoh beberapa surat yang dikirim:
Satu surat dari orang Polandia, dia menuliskan alamat Tuhan begitu sederhana, "God, Jerusalem, Israel". Yang lain seorang dari Australia: "Dearest God, Western Wall." Satu surat dari Inggris berbunyi: "To a poor man in Israel"; lainnya: "The Rabi Jesus, Tel Aviv."
Surat-surat itu datang dari berbagai Negara dengan berbagai bahasa misalnya yang dari Jerman: "Gott, Klagemauer, Jerusalem"; Mexico: "Dios, Muro de los Lamentos, Jerusalen"; dan Perancis: "La Terre-Sainte". Beberapa surat hanya bisa diketahui oleh orang tertentu saja. Misalnya yang dari Ghana: "The Cult of the Calebs, Israel", bahkan ada juga yang dari Indonesia: "To the mighty one YHWH Elohim, Jerusalem, Israel."
Banyak dari surat-surat itu berisi ungkapan hati, kepedihan mendalam, penderitaan yang tertahankan, juga ungkapan iman dan penghormatan yang luhur. Mereka ini biasanya memohon penghiburan iman dan dikuatkan dalam menghadapi segala derita. Meskipun ada juga yang mengirim surat untuk meminta sesuatu barang, misalnya pekerjaan, mobil, rumah, dll.
Lepas dari keisengan atau kepolosan, mereka yang mengirim surat itu memiliki iman. Mereka tahu, dulu Yesus pernah hidup di Yerusalem, maka mereka mengirim surat ke sana. Mungkin kalau mereka memiliki uang yang lebih, mereka akan datang ke sana, menyusuri jalan di mana Yesus pernah berjalan. Mereka pasti melakukannya dengan ketulusan.
Membaca berita ini hari ini saya diingatkan. Apakah kalau saya mengkontak Tuhan, yang saya sebut dalam doa, sungguh dari ketulusan hati yang dalam, atau sekadar rutinitas? Hmmm, kayaknya seru juga kalau bisa mengirim surat pada Tuhan. Atau lebih enakan pakai email aja ya, atau mungkin Tuhan punya account Facebook?
Slamat siang Tuhan. Ini Waris, apa kabar. Semoga kamu baik-baik saja.
Comments