1 Menit itu SANGAT Berarti
Saya kerap mengutip ungkapan, “Jika ingin memahami berharganya waktu 1 menit, bertanyalah kepada orang yang ketinggalan kereta.”
Hari ini saya mengalaminya. Kereta berangkat jam 11.10, saya tiba jam 11.11. Ada banyak kejadian yang membuat saya terlambat. Toh intinya sama, saya terlambat.
Hari ini, seperti tiap Minggu keempat dalam bulan, saya mesti melayani umat di daerah Boxhill, 45 menit naik mobil dari tempat tinggal saya. Acara akan dimulai jam 11.30. Biasanya saya berangkat jam 10.30, sampai di tempat tujuan biasanyanya saya masih memiliki waktu istirahat barang 5 menit.
Hari ini berbeda. Saya mesti menjemput teman di daerah lain, 5 menit naik mobil. Berhubung saya naik sepeda, maka membutuhkan waktu 15 menit. Dari sana berjalan ke tempat perhentian tram. Menunggu sejenak hingga ada tram yang lewat.
Kami tidak bisa meneruskan perjalanan dengan tram karena akan sangat lama dan nyambungnya terlalu jauh. Maka kami oper naik train. Kami sudah berusaha jalan cepat, tetapi lampu merah tidak bisa diterjang begitu saja. Sesampai di stasiun masih mencari kereta yang melewati daerah tujuan. Untuk mencarinya juga membutuhkan waktu beberapa menit. Setelah ketemu kami langsung lari memburunya. Apa daya, begitu kami sampai di bawah, kereta baru saja menghilang di ujung terowongan.
Masih ada harapan kereta berikutnya. Setelah mengeceknya ternyata masih 20 menit lagi. Itu sam a dengan jam acaranya dihelat. Akhirnya kami putuskan naik taksi. Pertama kali naik taksi di kota ini. Tentunya kami tidak bisa menghentikan taksi begitu saja. Kami mencari pangkalan taksi di sekitar stasiun. Untung tidak jauh, hanya berjalan 2 menit kami sampai di sana.
Kami langsung menghampiri taksi paling depan. Pengemudinya orang yang sudah tua. Kami katakan mau ke jalan Albion. Dia mungkin tidak memahami aksen saya, maka saya ulangi lagi, tetap tidak dipahami, akhirnya saya tulis, baru dia manggut-manggut.
Saya senang, karena mengira dia mengetahui daerah tersebut. Ternyata tidak. Dia membuka Melway, buku mengenai peta kota Melbourne. Seluruh jalan dan gang ada di sana. Dia buka, bolak-balik, tutup, buka lagi. Aduh… batin saya teriak, orang ini tidak tahu rupanya. Akhirnya setelah cukup lama mencari dia menemukan juga. Haahhhh saya sangat lega.
Tiba-tiba.. tut..tut..tut… Ada nada peringatan. Ternyata bensinnya hampir habis. Saya berdoa semoga bensinnya masih mencukupi dan dia tidak berhenti untuk mengisi bensin. Benar, dia tidak berhenti untuk mengisi bensin, sampai tujuan.
Saya mencoba terus menenangkan diri. Karena toh sudah terlambat. Sebenarnya dalam hati panik juga, harus membuat orang banyak menunggu. Saya berdoa dalam hati, supaya mereka diberi kesabaran, dan saya dimaafkan. Kepanikan itu tidak segera pergi karena petugas acara terus menerus menelfon, sudah sampai mana… sudah sampai mana…, tanyanya. Dengan berusaha menenangkan suara selalu saya jawab, waduh ga tahu ini di mana. Atau kalau sekelebatan melihat nama jalan, saya sebutkan nama jalannya. Akhirnya saya sampai di tempat tujuan juga. Terlambat hampir sejam.
Hmmm, karena terlambat satu menit saya menjadi kehilangan lebih banyak waktu. Beruntung mereka masih setia menunggu, seandainya mereka memutuskan pulang, hmmm, saya akan sangat berdosa.
Teman, waktu itu sungguh berharga. Meski hanya satu menit. Semoga kalian tidak mengalami seperti yang saya alami.
Hari ini saya mengalaminya. Kereta berangkat jam 11.10, saya tiba jam 11.11. Ada banyak kejadian yang membuat saya terlambat. Toh intinya sama, saya terlambat.
Hari ini, seperti tiap Minggu keempat dalam bulan, saya mesti melayani umat di daerah Boxhill, 45 menit naik mobil dari tempat tinggal saya. Acara akan dimulai jam 11.30. Biasanya saya berangkat jam 10.30, sampai di tempat tujuan biasanyanya saya masih memiliki waktu istirahat barang 5 menit.
Hari ini berbeda. Saya mesti menjemput teman di daerah lain, 5 menit naik mobil. Berhubung saya naik sepeda, maka membutuhkan waktu 15 menit. Dari sana berjalan ke tempat perhentian tram. Menunggu sejenak hingga ada tram yang lewat.
Kami tidak bisa meneruskan perjalanan dengan tram karena akan sangat lama dan nyambungnya terlalu jauh. Maka kami oper naik train. Kami sudah berusaha jalan cepat, tetapi lampu merah tidak bisa diterjang begitu saja. Sesampai di stasiun masih mencari kereta yang melewati daerah tujuan. Untuk mencarinya juga membutuhkan waktu beberapa menit. Setelah ketemu kami langsung lari memburunya. Apa daya, begitu kami sampai di bawah, kereta baru saja menghilang di ujung terowongan.
Masih ada harapan kereta berikutnya. Setelah mengeceknya ternyata masih 20 menit lagi. Itu sam a dengan jam acaranya dihelat. Akhirnya kami putuskan naik taksi. Pertama kali naik taksi di kota ini. Tentunya kami tidak bisa menghentikan taksi begitu saja. Kami mencari pangkalan taksi di sekitar stasiun. Untung tidak jauh, hanya berjalan 2 menit kami sampai di sana.
Kami langsung menghampiri taksi paling depan. Pengemudinya orang yang sudah tua. Kami katakan mau ke jalan Albion. Dia mungkin tidak memahami aksen saya, maka saya ulangi lagi, tetap tidak dipahami, akhirnya saya tulis, baru dia manggut-manggut.
Saya senang, karena mengira dia mengetahui daerah tersebut. Ternyata tidak. Dia membuka Melway, buku mengenai peta kota Melbourne. Seluruh jalan dan gang ada di sana. Dia buka, bolak-balik, tutup, buka lagi. Aduh… batin saya teriak, orang ini tidak tahu rupanya. Akhirnya setelah cukup lama mencari dia menemukan juga. Haahhhh saya sangat lega.
Tiba-tiba.. tut..tut..tut… Ada nada peringatan. Ternyata bensinnya hampir habis. Saya berdoa semoga bensinnya masih mencukupi dan dia tidak berhenti untuk mengisi bensin. Benar, dia tidak berhenti untuk mengisi bensin, sampai tujuan.
Saya mencoba terus menenangkan diri. Karena toh sudah terlambat. Sebenarnya dalam hati panik juga, harus membuat orang banyak menunggu. Saya berdoa dalam hati, supaya mereka diberi kesabaran, dan saya dimaafkan. Kepanikan itu tidak segera pergi karena petugas acara terus menerus menelfon, sudah sampai mana… sudah sampai mana…, tanyanya. Dengan berusaha menenangkan suara selalu saya jawab, waduh ga tahu ini di mana. Atau kalau sekelebatan melihat nama jalan, saya sebutkan nama jalannya. Akhirnya saya sampai di tempat tujuan juga. Terlambat hampir sejam.
Hmmm, karena terlambat satu menit saya menjadi kehilangan lebih banyak waktu. Beruntung mereka masih setia menunggu, seandainya mereka memutuskan pulang, hmmm, saya akan sangat berdosa.
Teman, waktu itu sungguh berharga. Meski hanya satu menit. Semoga kalian tidak mengalami seperti yang saya alami.
Comments