Naik Sepeda

Hal yang sangat menyenangkan tinggal di Melbourne adalah adanya jalur khusus sepeda di mana-mana. Bahkan jalur sepeda di pesisir pantai terbentang panjang hingga lelah kaki mengayuh, jalur itu masih ada.
Bersepeda itu sebuah seni. Bukan sekadar mengayuh pedal dan jalan. Saya teringat dulu ketika pertama kali belajar naik sepeda. Bapak saya memegangi sepeda dari belakang dan saya mulai mengayuh pelan. “Jangan takut jatuh, kalau mau jatuh kayuh lagi dan lagi”. Kata bapak saya memberi instruksi.

Bagi saya instruksi itu sangat menarik. Belajar sepeda adalah belajar keseimbangan. Belajar agar tidak jatuh dari atas sepeda yang hanya memiliki dua roda. Yang unik, agar tetap seimbang kita mesti mengayuh. Instruksi untuk mengayuh agar tetap seimbang adalah sebuah pembelajaran untuk hidup.
Jika kamu ingin tetap stabil berdiri di atas dua roda, maka teruslah bergerak. Untuk bisa stabil kita harus bergerak, kalau diam kita akan jatuh. Itulah kehidupan. Manusia perlu bergerak agar ia tidak jatuh. Manusia perlu bergerak agar ia bisa tetap hidup.
Bergerak pun tidak sekadar bergerak, bergerak penuh perhitungan. Banyak sepeda sekarang sudah dilengkapi ‘gigi’, yang memungkinkan kita bisa pindah gigi. Ketika jalanan menanjak dan kayuhan menjadi berat, kita perlu menurunkan gigi kea rah gigi kecil yang membuat kayuhan lebih ringan. Ketika jalan mendatar, gigi bisa dikembalikan kepada gigi besar hingga jalan sepeda menjadi lebih kencang.
Dalam banyak kesempatan kita berhenti mengayuh, bahkan tidak jarang kita mengerem karena jalanan menurun begitu tajam. Di saat tertentu bahkan kita mesti turun dari sepeda dan menuntunnya karena jalanan menanjak begitu tajam dan kita kehabisan tenaga untuk terus mengayuh. Di saat seperti itu dibutuhkan satu tempat yang teduh untuk duduk sejenak, meneguk air bekal dan menarik nafas.
Ketika istirahat sejenak untuk memulihkan kesegaran kaki dan nafas, kita memiliki waktu pula untuk mengecek sepeda kita. Apakah bannya masih bagus, masih cukup keras untuk melanjutkan perjalanan. Kita periksa rantai, apakah masih bagus, apakah kekencangannya cukup untuk sisa perjalanan. Jika kita dapati ada yang kurang beres, saat istirahat itu adalah waktu yang tepat untuk ‘menyetel’ kembali sepeda, agar nyaman untuk digunakan melanjutkan perjalanan.
Sekali lagi itulah kehidupan. Ada saat di mana semuanya nyaman, lancar dan menyenangkan. Di sana kita bisa mengerjakan banyak hal, kita bisa memperoleh banyak hal dengan ‘cukup’ mudah. Namun ada kalanya jalan menjadi berat. Ada banyak masalah muncul, entah di keluarga atau di kantor. Tiba-tiba saja semuanya menjadi masalah. Sesuatu yang biasanya biasa-biasa saja berubah menjadi kendala.
Bahkan tak jarang terjadi semuanya menjadi sangat berat. Gagal ujian, gagal apliaksi PR, resign dari pekerjaan dan belum mendapatkan kerja yang baru, tagihan-tagihan belum terbayar, anak mendapat masalah di sekolah, pagar rumah ditabrak pengemudi mabuk, melanggar lampu merah di jalan, dan masih banyak hal lagi terjadi membuat jalan semakin berat.
Saat semuanya serba berat baiklah kalau berhenti sejenak. Berhenti dari semua aktivitas tersebut untuk mereguk kesegaran dan tenaga baru. Saat berhenti itu bisa digunakan untuk melihat; mengapa gagal, mengapa ditolak, apa yang terjadi, apakah ada peluang lain, dsb. Saat berhenti dari segala rutinitas bisa kita sebut macam-macam, relaksasi, rekoleksi, refleksi, atau sebuatn yang lain. Apa pun itu, kita membutuhkannya.
Terkadang kita tidak tahu mau ngapain kalau sudah berhenti? Rasanya aneh kalau berhenti. Ketika berhenti seseorang bisa mendengarkan dengan lebih baik, melihat dengan lebih jelas. Mendengar suara-suara Tuhan yang lewat bersama alam, membaca kehendak Tuhan yang tergambar dalam beratnya kerja. Saat diam itu saat berkomunikasi yang baik dengan Pencipta, agar diberi kekuatan ekstra untuk melanjutkan perjalanan. Sungguh penting berhenti sejenak.
Berhenti sejenak dan memeriksa kondisi sepeda agar bisa digunakan untuk melanjutkan perjalanan itulah yang kita butuhkan. Mungkin karena kerusakannya cukup parah, dibutuhkan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Atau hanya ‘gembos’ sedikit dan setelah dipompa, sepeda bisa digunakan lagi. Parah atau tidak kerusakan sepeda hanya diketahui kalau kita mau berhenti dan memeriksanya. Demikianlah hidup kita, seberapa parah ‘kerusakan’ yang ada hanya bisa diketahui kalau kita mau ‘berhenti’.
Selamat menikmati ‘perjalanan’. Semoga ‘perjalanan’ Anda minggu ini menyenangkan. Jika ada yang tidak beres jangan lupa berhenti dan memeriksanya.
Tuhan memberkati.
Port Melbourne, 09-01-10 (20.40)
Romo Waris, O.Carm


Comments

Popular Posts