Durian oh durian

Keluarga Kudus dengan Yohanes Pembaptis
Kemarin ada kejadian sedikit menghebohkan di ruang belajar bahasa Kanton. Suster membawa durian ke dalam kelas. Tentu saja kelas menjadi heboh. Aroma durian yang begitu semerbak langsung mengundang berbagai komentar. Guru kami langsung cemberut. Sedangkan kami yang sudah hadir tertawa lebar. Kemudian datang satu suster yang lain, yang belum pernah menikmati durian. Begitu masuk dia bertanya, "aroma apa ini?" Kami tidak menjawab aroma apa, tetapi kami bertanya balik, "enak nggak baunya?" "Iya." Jawabnya. Kamipun serempak tertawa, kecuali guru kami.
Pada waktu istirahat, kami menikmati durian. Sekali lagi kecuali guru kami. Kemudian kami bertanya, mengapa beliau tidak mau ikut menyantap buah durian. Ternyata bukan soal baunya, tetapi soal panas yang diakibatkan oleh durian. Ternyata dia pernah mengalami infeksi selama satu minggu gara-gara makan buah durian. 
Pagi ini, di ruang makan kami bercerita soal durian. Kembali lagi, seorang suster yang kebetulan datang menginap membuat kehebohan. Dia bercerita pernah menyantap durian yang tidak berbau. Durian yang tidak mengeluarkan aroma tajam. Kami semua tidak sepakat. Bagi kami, durian tanpa bau bukanlah durian. Durian harus meninggalkan bau tajam, itu baru durian. Karena salah satu sensasi menikmati durian adalah mencium aromanya yang begitu tajam.
Masih soal durian, ada seorang bruder Belanda yang untuk pertama kalinya menyantap durian. Awalnya dia tidak mau, karena aromanya yang tajam menyengat. Tetapi dia didesak untuk mencoba. Maka dia pencet hidung dan mencoba satu gigitan. Buru-buru dia lepaskan tangan yang menutup hidup dan berujar, "smell just like hell, but taste is like heaven." Sejak saat itu dia tidak bisa lepas dari durian. Kebetulan dia berkarya di Dairi, daerah dengan durian kelas dunia berada.

Oh iya, hari ini kita merayakan hari ulang tahun Yohanes Pembaptis. Orang besar selalu memberi dampak besar, memberi pengaruh besar. Bahkan, pada proses kelahirannya sudah memberi pengaruh. Saat menyaksikan kelahiran Yohanes, para tetangganya berujar, "menjadi apakah anak ini kelak, sebab tangan Tuhan menyertai dia."
Tanda-tanda kebesaran Yohanes, seperti disaksikan oleh para tetangganya sudah kentara sejak awal. Ibunya, Elisabeth, sudah tua dan dinyatakan mandul saat mengandung dia. Maka Zakaria tidak percaya sewaktu diberitahu bahwa istrinya akan mengandung. Karena kekurangpercayaan itu Zakaria bisu.
Itulah kebesaran Tuhan, mengatasi daya nalar manusia. Secara logika, elisabeth tidak mungkin bisa mengandung. Bukan hanya karena mandul, tetapi usianya sudah lanjut. Rupanya Zakaria tidak belajar dari kasus Sara istrinya Abraham, yang tetap bisa mengandung meski sudah tua. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Tidak ada manusia yang dilahirkan oleh perempuan yang lebih besar dari Yohanes pembaptis. Demikian sanjungan Yesus. Santo Agustinus mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah jembatan generasi lama, nabi-nabi Perjanjian Lama dengan generasi baru. Dia yang terakhir dan penyambung untuk yang baru. Kenyataan bahwa oranguanya sudah tua adalah sedikit gambaran bahwa dia mewakili "generasi tua".
Sebaliknya, kegembiraannya tatkala berjumpa dengan Yesus, saat masih di dalam rahim, adalah gambaran bahwa ia akan berjumpa dengan yang baru. Ia melonjak kegirangan, tatkala Yesus yang juga masih dalam rahim Maria datang mengunjunginya.

Yohanes adalah tokoh besar. Dia menjadi besar karena rencana Tuhan menyertainya. Dari awal hingga akhir hidupnya, adalah perjalanan rencana Tuhan. Dia adalah suara di awal karya Yesus. Yesus adalah suara kekal.

Apakah rencana Tuhan hanya terjadi dalam hidup Yohanes Pembaptis? Tentu saja tidak. Seluruh hidup kita juga dalam rencana Tuhan. Hanya, apakah kita mau sungguh-sungguh berjalan dalam rencana-Nya atau tidak. Zakaria tidak percaya pada awalnya, tetapi pada akhirnya percaya. Bahkan para tetangga juga dibuat heran dan pada akhirnya memuji kebesaran Tuhan.
Kebesaran Tuhan juga terjadi dalam hal-hal yang kecil dan sederhana.
Yang harus dipahami juga adalah, rencana Tuhan itu kerap tidak selalu manis dan indah. Ada kalanya dalam hal yang pahit dan menyesakkan dada. Elisabeth sudah tua baru bisa mengandung. Hal itu memalukan, tetapi itulah rencana Tuhan. Maria masih muda belia, belum bersuami namun mengandung. Memalukan dan terancam hukuman mati. Tetapi itulah rencana Tuhan.
Rencana Tuhan tidak selalu gamblang di depan mata. Kerap kita mesti mengujinya. Yohanespun menyuruh murid-muridnya datang kepada Yesus untuk bertanya, "Engkaukah yang kami nantikan?"
Yesus menjawab, "Ada orang lumph berjalan, orang bisu berkata-kata, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diwartakan kabar baik." Yesus tidak menjawab iya atau tidak, tetapi meminta mereka melihat apa yang terjadi.
Kerap kita juga bertanya, apakah ini rencana Tuhan atau bukan. Dan kita tidak mendapat jawaban, karena yang diminta adalah melihat lebih jelas, mendengar lebih tajam, dan percaya dengan sepenuh iman.

terus, apa hubungannya Yohanes Pembaptis dengan durian? hahahahaha, durian memang buah yang hebat, luar biasa. Yohanes Pembaptis juga orang besar, tetapi yang sangat luar biasa adalah Tuhan yang menciptakan durian dan memiliki rencana besar dalam hidup Yohanes Pembaptis. Kebesaran Tuhan akan mampu kita rasakan kalau kita menyelaraskan hidup kita dalam rencana Tuhan.
Hal berikutnya adalah menjadi tanda kehadiran Tuhan. Yohanes menjadi besar karena dialah satu2nya nabi yg menunjukkan di mana Anak Domba Allah berada. Hidup kita juga bisa menjadi tanda sehingga orang lain mampu melihat kehadiran Tuhan. Tidak perlu dengan kata-kata, cukup dengan tindakan nyata. Action speak louder than word. Seperti durian, aromanya sudah menjelaskan kualitasnya.

Hong Kong, 24 Juni 2014





Comments

Popular Posts