Yang kedua lebih baik
Yang kedua itu lebih baik. Weits... jangan salah tangkap dan salah sangka. Ini bukan soal kampanye calon presiden. Ini bukan soal menjadi capres. Karena bagi saya soal capres itu nomor dua. Nomor satu adalah "Nderek Gusti".
Iya, catatan saya ini berkaitan dengan Nderek Gusti, alias mengikut Tuhan. Lalu tentang siapa saya berbicara? Tentang siapa yang kedua ini? Saya ingin berbicara mengenai Petrus. Lho? Kok Petrus? Bukankah Petrus hanya ada satu? Lalu apakah ada Petrus yang kedua? Bukan itu. Saya ingin melihat Petrus dalam dua peristiwa. Peristiwa yang kedualah yang lebih baik. Kalau tidak percaya mari kita simak baik-baik.
Peristiwa pertama
Waktu itu Yesus sedang mengadakan perjamuan makan. Menurut catatan, itu adalah makan malam terakhir yang diadakan Yesus bersama murid-muridnya. Dalam kesempatan itu Yesus mengeluarkan hampir semua isi hatinya. Iya saya katakan hampir semua karena masih ada beberapa hal yang tidak diungkapkan.
Dalam salah satu bagiannya, Yesus mengungkapkan bahwa Ia akan menderita, akan ditangkap, dianiaya, dan dibunuh. Mendengar ini Petrus angkat bicara. Dia bersumpah bahwa dia akan menjadi pembela Yesus yang utama. Dia akan rela mati demi Yesus.
Yesus menegur Petrus dan mengatakan bahwa Petrus akan menyangkalnya sebanyak tiga kali, bahkan sebelum ayam berkokok. Petrus masih menolak teguran Yesus. Dia masih sangat yakin bahwa ia akan setia sampai akhir hayat.
Kisah berikutnya kita semua tahu. Yesus ditangkap dan para murid kocar-kacir. Yohanes dan Petrus berusaha mengikuti Yesus. Tetapi mereka tidak bisa masuk ke tempat Yesus diadili. Mereka hanya berada di luar. Hari masih sangat pagi, udara sangat dingin. Maka mereka berdiang di dekat api arang. Dan mulailah kisah penyangkalan Petrus.
Satu orang mengenali Petrus sebagai pengikut Yesus. Dia menegur Petrus namun Petrus menyangkalnya. Satu orang lain lagi juga mengenali Petrus. Dia adalah saudara dari prajurit yang telinganya dipotong Petrus. Toh Petrus tetap menyangkal. Bukan hanya menyangkal, Petrus juga bersumpah kalau sungguh-sungguh tidak mengenal Yesus. Satu orang lagi menekankan bahwa Petrus pasti pengikut Yesus, karena sama-sama dari Galilea. Hal itu nampak jelas dari logat Petrus. Namun Petrus menyangkal lagi. Saat itu terdengarlah suara kokok ayam, dan Petrus seolah melihat di depannya ada Yesus yang memandangnya dengan sedih. Petrus terhendak dan tersadar, bahwa gurunya sudah mengatakannya. Kemudian dia lari dengan sedih.
Peristiwa kedua
Peristiwa ini terjadi setelah Yesus bangkit sebelum kenaikan Yesus. Dalam satu kesempatan Yesus bertemu kembali dengan Petrus. Saya bisa membayangkan perasaan Petrus. Dia masih ingat dengan jelas apa yang dia lakukan pada malam Yesus ditangkap. Dia yang sebelumnya berkata dengan gagah akan rela mati demi Yesus, telah menyangkalnya, bahkan sampai tiga kali. Petrus kikuk dan kurang nyaman. Tetapi Yesus meredakan suasana dengan pertanyaan sederhana.
"Petrus anak Yohanes, apakah engkau mencintai aku lebih dari yang lain?"
Pertanyaan ini memiliki dua makna. Pertama, apakah Petrus mencintai Yesus lebih hebat dari orang lain mencintai Yesus? atau yang kedua, apakah Petrus mencintai Yesus lebih hebat daripada Petrus mencintai yang lain?
Petrus menjawab dengan segala penyesalannya. "Benar Tuhan, engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau." Petrus menyadari benar bahwa Yesus menegtahui semuanya, bahkan apa yang ada dalam hatinya sekalipun. Dia tidak bisa lagi menyombongkan diri, karena Yesus tahu semuanya. Pengalaman malam penangkapan itu telah mengajar Petrus banyak hal. Terutama soal kerendahan hati.
Pertanyaan yang sama disampaikan sebanyak tiga kali. Tentu saja Petrus 'klenger'. Petrus menangis. Dan dengan penyesalan yang mendalam dia mengungkapkan rasa kasihnya. Dia telah terbuka matanya akan siapa Yesus. Dia tidak memiliki daya apa-apa lagi selain berserah danberpasrah. Yesus mengetahui segalanya.
Ternyata tiga kali pertanyaan Yesus soal kasih itu seperti tiga usapan kasih yang menyeka seluruh dosa Petrus yang menyangkal Yesus. Jawaban Petrus yang tulus sungguh gambaran pertobatannya. Dia telah menyadari siapa Yesus sesungguhnya dan dia tidak bisa melakukan yang lebih selain berpasrah dan berserah. "Engkau tahu segalanya," kata Petrus gambaran bahwa Yesus juga tahu apa yanga da di dalam hatinya.
Ketulusan Petrus ini telah melalui proses panjang. Masa-masa pahit dan kesedihan mendaam setelah penyangkalan itu begitu membekas. Ada banyak pihak yang membantu Petrus bangkit. Yang pertama adalah komunitas. Teman-teman 'seperjuangan' yang tetap setia berkumpul meski Yesus sudah tidak ada lagi. Kemudian kehadiran Bunda Maria juga memberi pengaruh yang sangat besar. Bunda Maria tetap menerima Petrus seperti biasa. Dia tidak membenci Petrus walau Petrus telah menyangkal puteranya. Itu sangat berarti bagi Petrus.
Apakah yang kedua ini akan berhenti sampai di sini?
Ternyata tidak. Besok akan kita lihat. Setelah luka hati Petrus terhapus oleh tiga kali pernyataan kasih, dan nanti setelah Roh Kudus tercurah atasnya, dia sungguh menjadi manusia yang baru.
Yang kedua memang lebih baik. Karena yang kedua sudah melewati proses pertobatan.
Hong Kong, 7 Juni 2014
Comments