Memperbaiki
Sahabat, pernahkah Anda memperbaiki sesuatu. Misalnya sepatu kulit Anda tiba-tiba solnya rusak. Berhubung, masih sayang dengan sepatu tersebut, dan dana untuk membeli yang baru masih cekak, maka langkah sederhananya adalah membawanya kepada tukang sol sepatu. Pernahkah Anda memerhatikan apa yang dikerjakan oleh tukang sol sepatu? Kurang lebih demikian.
Pertama dia akan melepaskan sol sepatu tersebut. Seakan-akan malah merusakkannya. Kemudian membersihkan, melumerinya dengan lem, merekatkannya kembali, dan langkah terakhir menjahitnya. Lalu kita akan mendapati kembali sepatu tersebut.
Memperbaiki sesuatu berarti membuat sesuatu yang sedang rusak atau kurang bagus menjadi lebih baik, menjadi lebih bagus. Dalam proses memperbaiki itu ada unsur yang menyakitkan. Dilepaskan, dibersihkan, dilumeri dan dijahit; itu semua menyakitkan.
Atau pernahkah Anda membersihkan tembikar dari logam yang rusak? Entah dengan mem'braso' atau dengan alat yang lain. Hal umum yang dilakukan adalah menggosoknya, melepaskan kotoran yang melekat, bahkan kalau ada kerak dan karat, terkadang dibutuhkan kertas gosok. Proses menggosok, menghilangkan kerak dan karat itu menyakitkan.
Atau, pernahkah Anda 'memperbaiki' bagian-bagian tertentu dari badan Anda? Misalnya yang dilakukan oleh banyak perempuan, merapikan alis mata, atau menghilangkan rambut-rambut halus di betis. Bagaimana mereka melakukannya? Mencabutinya. Itu menyakitkan. Namun banyak yang rela melakukannya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Bagaimana dengan memperbaiki hubungan? Menjalin kembali relasi yang telah rusak? Memperbaiki prilaku? Sama saja, semua proses ini juga menyakitkan. Hubungan yang retak karena suatu hal, bisa disatukan lagi jika sesuatu yang merusakkan itu telah dihilangkan. Demikian juga dengan memperbaiki prilaku, melepaskan kebiasaan yang tidak baik itu tidak semudah memindahkan puluhan galon air.
Sama halnya dengan memperbaiki komunitas. Jika dalam komunitas ada yang menyimpang, pemimpin komunitas wajib menegur. Tidak menegur di muka umum, tetapi secara empat mata. Jika tidak dihiraukan, dia bisa membawa saksi, demikians eterusnya hingga langkah terakhir adalah "dihakimi di muka umum". Jika langkah demikian tidak mengubah apa-apa, maka lepaskanlah dia dari komunitas. Mungkin dia tidak tepat berada di sana.
Sahabat, siapapun Anda, di manapun Anda berada, apapun yang Anda kerjakan; pasti akan berhadapan dengan proses perbaikan ini. Jika Anda berada di sebuah perusahaan; kerap kali perusahaan juga melakukan penyegaran, perampingan, penataan ulang, dan seterusnya. Dalam proses itu ada yang dibuang dan ada yang dibawa.
Memperbaiki akan sangat menyakitkan kalau dilakukan sangat terlambat. Memperbaiki tidak harus menyakitkan dan memerlukan energi yang hebat kalau kita rajin merawat "sesuatu" itu. Kalau kita rajin merawat kendaraan misalnya; kita akan terhindar dari pengeluar besar untuk memperbaikinya kalau tiba-tiba rusak parah karena tidak pernah dirawat.
Hal sama juga berlaku untuk diri kita, keluarga kita, komunitas kita. Baiklah kita fokus pada diri kita sendiri. Dalam berelasi dengan orang lain, dalam berelasi dengan Tuhan dan dalam berelasi dengan diri sendiri.
Pernahkah kita menyediakan waktu abrang sejenak untuk melihat "kondisi" diri kita saat ini jika dibandingkan dengan setahun yang lalu, dua tahun yang lalu atau bahkan 10 tahun lalu. Adakah yang berubah. Apakah hidup kita lebih berkualitas atau sebaliknya semakin buruk kondisinya.
Baiklah kita lihat kembali keluarga kita, selama setahun ini, dua tahun ini, atau 10 tahun ini; adakah yang berkembang, atau stagnan saja, atau bahkan ada penurunan kualitas dalam relasi? Bagaimana hubunganku dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan mertua, dll. Apakah keluargaku makin hangat, atau hambar saja, atau bahkan makin dingin? Apa yang kurang di sana?
Ketika kita mendapati ada yang tidak beres di sana; ada baiknya kita melakukan perbaikan. menunda perbaikan hanya akan membuat situasi itu semakin buruk. Misalnya; kalau Anda menyadari badan Anda gatal-gatal karena belum mandi selama sehari; maka segeralah mandi. Menundanya hanya akan membuat orang-orang di sekitar Anda terganggu, Andapun juga tidak akan nyaman.
Demikian juga dalam berelasi dengan Tuhan dan sesama. Kalau Anda menyadari sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan Tuhan, segeralah mulai berkomunikasi kembali, mulailah datang kembali, perbaikilah relasi yang kurang baik itu. Menundanya hanya akan membuat relasi Anda makin jauh dan makin buruk. Demikian halnya relasi dengan sesama.
Selamat berhari Minggu, selamat memperbaiki kualitas hidup secara pribadi ataupun bersama. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati Anda sekalian.
Comments