GOLPUT dan RAHMAT TUHAN
Mungkin Anda akan berpikir, "Pemilu sudah selesai, Romo. Mengapa berbicara soal golput? Telat!"
Iya, rupanya soal GOLPUT itu bukan hanya mutlak milik PEMILU. Tetapi dalam banyak segi hidup yang lain, golput juga bisa terjadi.
Anda semua tahu, golput berarti tidak menggunakan hak dalam pemilihan umum. Atau, memilih untuk tidak memilih. Artinya membiarkan hak itu hangus begitu saja, dan ada kemungkinan membiarkan hak itu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab.
Nahhh, saya ingin berbicara mengenai rahmat Tuhan. Rahmat yang diberikan kepada kita. Di sini kita juga memiliki hak yang sama. Menerima rahmat itu, menolak rahmat itu, atau membiarkan rahmat itu hangus begitu saja.
Ceritanya begini. Rahmat allah itu seperti benih yang ditaburkan oleh orang yang menabur benih. Benih itu ada yang yang jatuh di jalan, di tanah berbatu-batu, di tanah yang penuh semak duri dan di tanah subur.
Benih yang dibaurkan adalah rahmat Tuhan. Tanah yang menerima benih itu adalah hati kita. Hati kita bisa sekeras jalan, bisa segersang tanah yang berbatu-batu, bisa seperti tanah penh semak duri, atau bisa berupa tanah subur. Semua tergantung kita mengolahnya. Kita bebas mengolah semuanya atau membiarkan begitu saja.
Kesuburan tanah itu sepenuhnya tergantung kita. Cerita berikut bisa membantu kita memahaminya.
Ada kisah mengenai dua orang anak.
Anak yang sulung berkata kepada adiknya, "Ayah kita itu sungguh bijaksana."
Adiknya tidak setuju. Dia beranggapan bahwa ayahnya hanya sedikit cerdas, tetapi sesungguhnya juga tak kalah 'bodoh'nya dengan mereka.
Suatu pagi, si bungsu menangkap burung di halaman. Kemudian dia mengajak kakanya untuk menemui ayahnya. Dia hendak menguji kecerdasan dan kebijaksanaan ayahnya. Dia hendak menunjukkan kepada kakaknya bahwa ayahnya tidak sebijaksana seperti yang dipikirkan kakaknya.
Mereka menemui ayahnya di kantornya.
"Ayah," kata si bungsu kepada ayahnya, "coba tebak, burung yang aku pegang ini hidup atau mati." Si bungsu berpikir bahwa, kalau ayahnya mengatakan burung itu hidup, dia akan meremas kepala burung itu hingga mati. Sebaiknya kalau ayahnya mengatakan burung itu mati, dia akan melepaskan burung itu.
"Jawabannya ada di tanganmu, anakku." Jawab ayah itu. "tanganmu bisa menentukan burung itu hidup atau mati." Kemudian ayah itu melanjutkan pekerjaannya.
Rahmat Allah, yang berupa benih diberikan kepada kita secara cuma-cuma. Kitalah yang harus mengolah tanah itu, kitalah yang memiliki kebebasan sepenuhnya. Kita memiliki kebebasan untuk membiarkan tanah hati kita gersang seperti tepian jalan raya, atau gersang berbatu-batu, atau mulai menyihkan waktu membuang batu-batu, membersihkan perdu dan mulai mencangkul tanah itu, memberinya pupuk dan menjadikannya subur.
Ada tiga hal yang menjadi musuh kebebasan kita.
Artinya, musuh yang membuat kita tidak mampu menggunakan kebebasan dengan baik.
Hal pertama adalah pengaruh iblis.
Dia seperti burung-burung yang memakan habis benih-benih rahmat Allah. Iblis mempengaruhi kita untuk tidak taat kepada Allah, untuk melawan Allah. Iblis juga mempermainkan pemikiran kita. Iblis memberi pengertian yang seolah benar tetapi salah kepada manusia.
Contohnya: Allah tidak akan marah kok kalau kamu berdosa sedikit-sedikit saja. Atau, sakramen-sakramen dalam Gereja itu tidak penting, toh kamu bisa langsung berkomunikasi dengan Allah.
Godaan-godaan kecil ini sungguh membunuh benih rahmat Allah.
Hal kedua adalah kemalasan daging.
Santo Paulus mengatakan bahwa sesungguhnya roh kita kuat tetapi daging lemah. Kerapkali kita memiliki keinginan yang baik. Ingin belajar berdoa, ingin bersedekah, ingin ini ingin itu yang baik-baik. Tetapi ujung-ujungnya jatuh kepada kemalasan yang sama. Akhirnya jatuh kepada kesalahan yang sama. Kita tidak sungguh-sungguh mengolah tanah yang ada.
Kita melihat tanah hati kita berbatu-batu, kita ingin mengolahnya agar menjadi tanah yang subur. Tetapi begitu melihat banyaknya batu, banyaknya perdu serta sinar matahari yang menyengat memudarkan niat itu. Kemalasan itu sungguh membunuh benih rahmat Allah yang ditaburkan.
Hal ketiga adalah lingkungan yang buruk.
Ada ungkapan bahwa lingkungan yang buruk bisa mepengaruhi pribadi-pribadi yang ada di sekitarnya. Kita ingat kisah walikota Surabaya yang menutup Gang Dolly. Alasannya sederhana, lingkungan di sana tidak baik untuk perkembangan anak-anak. Lingkungan di sana sangat buruk sehingga banyak anak dan remaja yang jatuh ke dalam pergaulan yang buruk.
Lingkungan yang buruk yang lain adalah pemahaman akan nilai-nilai kehidupan yang salah. Misalnya, menganggap uang sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan. Pepatah Cina mengatakan, "Kalau seseorang hanya memiliki uang, maka dia adalah orang miskin." Namun banyak orang mengejar uang sebagai nilai tertinggi dalam hidup mereka. Juga nilai-nilai yang lain misalnya popularitas, penghargaan, dll.
Lingkungan yang buruk yang lain adalah sikap permisif. Sikap yang selalu memaafkan diri sendiri. Padahal yang harus menjadi nilai utama dan menjadi hal utama dalam hidup adalah Tuhan.
3 pertolongan bahkan 4 untuk bisa menggunakan kebebasan dengan baik.
Tuhan menyadari bahwa menggunakan kebebasan dengan baik itu tidak mudah. Maka ada beberapa pertolongan yang bisa dipakai.
Pertama adalah sakramen tobat. Dosa merusak kebebasan manusia. Semakin besar dosa manusia semakin tidak bebas dia. Semakin sulit seseorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk jika manusia dibelenggu oleh dosa. Belenggu itu bisa dihancurkan oleh pengampunan. Dia seperti proses penyembuhan akan luka yang parah untuk bisa pulih kembali.
Kedua adalah sakramen Ekaristi. Tuhan memberikan Tubuh dan Darahnya untuk menjadi makanan bagi jiwa manusia. Makanan yang memebri kekuatan untuk mampu melawan setiap godaan setan. Kekuatan untuk bisa memilih yang benar.
Ketiga adalah ajaran Gereja. Kerap kita bingung terhadap sesuatu dan binggung menentukan mana yang benar mana yang boleh, mana yang salah dan mana yang tidak benar. Ajaran Gereja membantu kita untuk memilih yang baik dan benar.
Mungkin kita kesulitan menemukan di mana ajaran Gereja itu. Pada jaman modern seperti sekarang, ketika segala sesuatu mungkin, maka dengan mudah kita bisa mengakses ajaran Gereja dalam internet, dalam web-site, dalam genggaman. Yang dibutuhkan adalah kemauan. Ada banyak aplikasi dalam smartphone yang bisa membantu kita.
Akhirnya, doa.
Doa menjaga kita untuk bisa terus fokus pada pilihan yang tepat. Maka, ketika kita berada dalam situasi yang sulit, kita berdoa agar diberi kemampuan untuk memilih dengan tepat.
Bekerja sama dengan rahmat Allah.
Rahmat Allah diberikan sebagai benih yang harus disemai dan dirawat sehingga bertumbuh menjadi pohon yang berbuah. Jika rahmat Tuhan yang berupa benih itu tidak kita rawat dengan baik, maka dia akan mati sia-sia.
Ada dua jalan yang bisa dipakai untuk bekerjasama dengan rahmat Tuhan.
Menggunakan rahmat itu sebagai saluran rahmat. Artinya, rahmat itu harus menjadi sarana untuk bertumbuh dan berkembang. Maka hidup dalam Sakramen sangatlah penting. Merayakan sakramen dengan rutin. Mengikuti perayaan ekaristi, mendapatkan sakramen tobat secara berkala akan membantu kita untuk terus berada dalam rahmat. Juga membaca Kitab Suci dengan teratur dan berdoa dengan teratur pula, akan membantu untuk terus hidup dalam rahmat Tuhan.
Hal kedua adalah melatih diri terus menerus untuk tetap sadar dan tidak terlena dalam rutinitas. Menyadari motivasi apa yang ada dalam setiap tindakan. Misalnya; tiap Minggu ke Gereja. Kalau tidak ke Gereja akan merasa ada sesuatu yang kurang. Jika ini terus dilakukan, akan jatuh ke dalam rutinitas belaka. Menjadi ritme yang sangat rutin, kalau minggu ke Gereja. Jika ini terjadi, kita kehilangan makna.
Kita harus menyadari mengapa saya melakukan itu. Saya harus menemukan jawabannya, sebagai jawaban pribadi. Jawabannya tidak bisa, "yaaa.. karena yang lain juga begitu, karena khan orang katolik begitu, khan ajarannya begitu... dst" Jawaban-jawaban ini muncul karena lahir dari rutinitas dan tidak pernah bertanya kepada diri sendiri, mengapa saya melakukan itu.
Jawaban terdalam haruslah kembali kepada Tuhan. Karena saya hendak menjalin relasi yang lebih baik dengan Tuhan. Karena saya hendak mejalin hubungan yang lebih dalam lagi dengan Tuhan, Kekasih Jiwaku.
Akhirnya, komitmen untuk lebih dalam berelasi dengan Tuhan mesti dijaga. Komitmen untuk menolah tanah hati kita agar siap ditaburi benah kasih Allah. Jangan golput. Jangan mengabaikan hakmu untuk mengolah tanah itu. Jangan biarkan dia gersang dan ditumbuhi perdu.
Tuhan memberkati
Hong Kong, 13 Juli 2014
Comments