Kegembiraan itu NYATA, tetapi TERLUKA
Masih terngiang di kepala saya ungkapan Pak Jokowi dalam debat capres putaran pertama. Beliau mengatakan (kurang lebih), "Pemilu itu sebuah pesta demokrasi, harus menggembirakan bukan memberi ketakutan."
Ada rumor, sekali lagi RUMOR, bahwa ada kesengajaan dari pihak tertentu untuk membuat pemilu tidak berjalan dengan baik.
kedua, pertanyaan lanjutan mengapa tidak semua warga diundang adalah munculnya prasangka, mengapa tidak semua diundang? Apa dasar menentukan si A diundang dan si B diundang? dts. Kemudian, uang yg ada, yg sudah dialokasikan larinya ke mana? Dan masih banyak lagi.
Maka muncullah rumor yang mengatakan bahwa ada ketakutan kalau semua warga diundang pihak tertentu akan menang telak dan itu kurang baik bagi kelompok tertentu. Tentunya tidak baik bagi kelompok yang selama ini menikmati hasil dari pekerjaan yang kurang baik. dll..dll..dll... ini rumor ya....
Hari ini, kegembiraan dan antusias itu sungguh saya rasakan. Mungkin apa yang saya alami, juga dialami oleh hampir semua warga yang hari ini menggunakan hak pilihnya. Maka saya ingin membagi kegembiraan ini, juga tentunya ikut prihatin dengan teman-teman yang tidak bisa menggunakan kegembiraan ini.
Saya termasuk pemilih yang tidak mendapatkan undangan. Juga termasuk pemilih yang tidak terdaftar, karena sewaktu saya mendaftarkan diri, pendaftaran sudah ditutup. Tetapi saya diberitahu pihak PPLN (Panitia Pemilu Luan Negeri) bahwa saya bisa langsung datang ke lapangan Viktoria Park pada tanggal 6.
Sebenarnya saya berhasrat bisa datang pagi-pagi dan menikmati kegembiraan itu cukup lama, tetapi tugas sebagai pastor harus saya jalankan dulu. Prisnsip, urusan pilpres urusan nomor dua. Maka saya selesaikan tugas-tugas saya.
Sekitar jam 13.30 saya suah tiba di lapangan rumput viktori. Panas luar biasa. Begitu panasnya sehingga saya tidak tahu harus berbuat apa. Antrian begitu panjang. Akhirnya saya berkeliling untuk melhat situasi dan berharap bertemu dengan teman-teman yang saya kenal, sehingga bisa ngobrol dan berbagi cerita.
Singkat cerita saya ikut antrian. Singkat cerita pula saya berkenalan dengan teman-teman baru, di kanan kiri dan muka belakang. Ngobrol sambil nggremet, sembari menangkis panas mentari dengan payung warna ungu.
Karena kami hanya berbekal katepe, maka kami harus mengisi kertas form. Kebetulan saya membawa "telenan", itu juga sebagai sarana berkenalan dengan teman-teman baru. Saya tawarkan "telenan" saya untuk mereka pakai sebagai alas mengisi form. Kemudian kami mulai akrab dan mulai bercanda. Maka meski mengantri hampir dua jam, dengan panas yang benar-benar menggigit sampai tulang, tidak begitu terasa.
Akhirnya kami sampai di tenda pendaftaran. Ada cukup banyak tenaga yang mendata kami. Setelah itu kami masing-masing menuju TPS yang ditentukan. Hal ini tidak dialami oleh teman-teman yang sudah mendapat undangan pemilu dengan nomor TPS sekaligus. Mereka bisa langsung mengantri di TPS.
Ada 13 TPS yang disediakan pihak PPLN. Melihat jumlahnya kelihatan cukup banyak, tetapi ternyata kurang banyak kalau melihat jumlah pemilih yang datang. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pemilih yang gagal menggunakan haknya, karena waktu yang ditentukan habis. Mengenai hal ini, kawan saya Fera Nuraini sudah membuat catatan. Bisa dilihat dengan mengklik di sini. Juga di sini...
Setelah mencoblos saya segera keluar. Mencari tempat yang teduh untuk sekadar merasakan kesejukan. Saya bertemu dengan beberapa teman dan ngobrol sebentar. Karena rasa panas ini begitu kuat dannnn lapar juga menyengat, maka saya segera bergegas ke McD. Tujuan utamanya adalah ngadem, dan makan sekaligus.
Antusias dan Kegembiraan
Pemilu sebagai sebuah pesta demokrasi, yang harus memberi kegembiraan sungguh saya rasakan. Hal ini sungguh mengharukan. Beberapa teman yang saya ajak ngobrol rata-rata mengatakan sukarela datang ke TPS, ngantri begitu lama demi mengamankan suara mereka. Mereka tidak ingin hak mereka dibiarkan begitu saja. Bahkan ada yang berkata, kalau ini ngantri sembako pasti saya sudah nyerah, mending tidak dapat sembako. Karena ini ngantri untuk memilih presiden, maka saya rela. Ada juga satu teman berujar, "selamanya saya tidak pernah berminat dengan pemilu, bahkan selalu golput, tetapi kali ini saya tidak mau golput, saya harus menggunakan hak saya."
Hal ini sangat positif, karena sebelumnya mereka apatis dan tidak terlalu memiliki harapan dengan pemilu. Tetapi sekarang sikap itu sudah jauh berkurang. Kelompok Golput mungkin masih ada tetapi saya yakin tidak banyak lagi. Tetapi kenyataan bahwa mulai banyak warga yang antusias dan penuh kegembiraan menggunakan hak mereka adalah pertanda yang sangat baik.
TERLUKA
Antusias warga dan kegembiraan warga adalah sebuah pertanda yang baik. Tetapi sayang bahwa kegembiraan itu terluka karena tidak semua warga yang ingin menggunakan haknya mampu melaksanakannya. Seperti saya singgung di atas, ada cukup banyak kawan yang gagal menggunakan hak mereka.
Tentu sangat disayangkan bahwa TPS harus ditutup jam 5. Panitia beralasan bahwa mereka menyewa lapangan hanya sampai jam 5. Sangat disayangkan bahwa mereka hanya menyewa ampai jam 5 saja. Padahala kalau para BMI memilki acara, mereka bisa menyewa sampai jam 6 atau lebih. Maka kalau panitia memiliki inisiatif yang baik, pasti akan memperhitungkan semuanya dengan baik.
Namun yang pasti, panitia tidak menyangka bahwa antusias warga begitu besar. Maka, meski mereka menyediakan TPS 13 ternyata tidak mampu menampung warga.
Luka itu semakin sakit ketika ada oknum KPU yang memberi celetukan yang menyakitkan. Dia mungkin tidak sadar saat berkomentar bahwa TPS akan dibuka asal mencoblos pasangan nomor 1. Berita mengenai ini sudah ramai di media sosial juga di media utama.
Namun yang pasti, panitia tidak menyangka bahwa antusias warga begitu besar. Maka, meski mereka menyediakan TPS 13 ternyata tidak mampu menampung warga.
Luka itu semakin sakit ketika ada oknum KPU yang memberi celetukan yang menyakitkan. Dia mungkin tidak sadar saat berkomentar bahwa TPS akan dibuka asal mencoblos pasangan nomor 1. Berita mengenai ini sudah ramai di media sosial juga di media utama.
Ada rumor, sekali lagi RUMOR, bahwa ada kesengajaan dari pihak tertentu untuk membuat pemilu tidak berjalan dengan baik.
Tetapi ada hal-hal yg BUKAN RUMOR yang terjadi.
pertama, tidak semua warga diundang. Hal ini disampaikan oleh Bapak Sam dari KJRI pada tanggal 22 Juni 2014, ketika memberi sosialisasi pemilu. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, tetapi tidak terkesan dibuat-buat.
Seandainya semua warga diundang, tidak perlu ada pendataan ulang di lapangan, yang akan menghemat waktu dan memungkinkan lebih banyak orang ikut memilih.
Seandainya semua warga diundang, tidak perlu ada pendataan ulang di lapangan, yang akan menghemat waktu dan memungkinkan lebih banyak orang ikut memilih.
kedua, pertanyaan lanjutan mengapa tidak semua warga diundang adalah munculnya prasangka, mengapa tidak semua diundang? Apa dasar menentukan si A diundang dan si B diundang? dts. Kemudian, uang yg ada, yg sudah dialokasikan larinya ke mana? Dan masih banyak lagi.
Maka muncullah rumor yang mengatakan bahwa ada ketakutan kalau semua warga diundang pihak tertentu akan menang telak dan itu kurang baik bagi kelompok tertentu. Tentunya tidak baik bagi kelompok yang selama ini menikmati hasil dari pekerjaan yang kurang baik. dll..dll..dll... ini rumor ya....
Tetapi, terlepas dari rumor itu benar atau tidak, kejadian sore tadi telah melukai kegembiraan dan antusias yang telah tumbuh.
Hong Kong, 6 Juli 2014
Comments