Ketika Joy menangis sedih
Nonton bareng film kartun, INSIDE OUT. Filmmya lucu, seperti film kartun yg lain, tapi saya nonton sambil mikir. Lha kok mikir? Wong nonton film kartun khan mestinya enjoy, relaks, lha kok malah mikir. Ini karena setelah nonton bareng, kami harus saling berbagi akan pelajaran yg baru kami dapatkan dari film tersebut. Berhubung saya adalah “sing si”, alias pendamping, maka harus ada yg dikatakan kalau nanti peserta tidak ada yg sharing. Menjadi sedikit berat karena harus membagikan dalam kantonis.Panitia acara sudah memberi saya link “drop box” yg
berisi data film. Setelah saya buka ternyata filmnya sudah didubbing dengan
kantonis. Maka saya menjelajah belantara yutup untuk menikmati film tersebut
dengan bahasa yg saya mengerti lebih baik. Ternyata tidak ada film yg utuh.
Setelah mengumpulkan berbagai potongan yg tersedia, di
sinilah saya akan berbagi pelajaran dari kisah Riley, gadis asal Minnesota.
Ketika Riley lahir, lahir juga perasaan atau feeling
yg nantinya membentuk characternya. Yg menarik adalah feeling yg pertama lahir
adalah, JOY, suka cita, kegembiraan, riang gembira.
Riley tertawa melihat dunia untuk pertama kalinya,
tertawa melihat senyum bahagia ayah bundanya. Tapi itu tidak lama. Selang
beberapa saat Riley menangis. Ohhh ada yang datang menekan tombol perasaan.
Namanya SADNESS. Dia membawa kemurungan dan kesedihan.
Riley mulai tumbuh dari bayi menjadi anak kecil yang
lincah dan riang gembira. Lari ke sana kemari dan menari-nari. Saat itu muncul
dua kawan JOY dan SADNESS. Namanya FEAR dan DISGUST. Fear membantu Riley agar
tidak tertimpa kesulitan dan bahaya, tidak terjatuh, dst. Sementara itu Disgust
membantu Riley menyaring apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Ketika sesuatu yang
tidak enak dia akan menolaknya.
Kemudian datanglah kawan mereka yang kelima, berwarna
merah padam. Namanya ANGER. Dia akan bereaksi ketika ada sesuatu yang tidak
berkenan di hati Riley. Dia akan meletupkan amunisi kemarahan. Sejauh itu, JOY
mengambil peran cukup besar hingga membentuk Riley sebagai gadis cilik yang
periang dan menyenangkan.
Karakter Riley terbentu melalui potongan-potongan
memory dan yang akan tersimpan secara permanen di alam bawah sadarnya. Ada yang
tersimpan baik dan selalu terkenang, ada yang terbuang atau dengan sengaja
dibuang. Semakin banyak potongan kenangan kegembiraan yang terbentuk adalah
pribadi yang periang, demikian sebaliknya kalau memory sadness yang banyak
terbentuk, maka pribadi yang murung akan tercipta.
Hingga tiba saatnya Riley menginjak usia 11 tahun.
Karena suatu hal, dia dan keluarganya harus pindah dari Minnesota ke San
Fransisco. Sesuatu yang tidak mudah, bahkan tidak menyenangkan. Permasalah
semakin meruncing karena container yang membawa perabotan rumah mereka tersesat
dan tidak bisa segera tiba.
Konflik mulai merasuki perasaan Riley. Apalagi
menjelang hari pertama sekolah dan harus memperkenalkan diri. JOY mencoba
menata sebaik mungkin, menampilkan semua dengan sempurna agar hari pertama
sekolah berjalan mulus. Apa daya, SADNESS mengambil peran di tengah jalan. Dia
tekan tombolnya sehingga yang muncul adalah semua kenangan kesedihan. JOY dan
yang lainnya protes, sementara SADNESS hanya menjawab, “Sorry, aku tidak tahu.”
Kepanikan mulai melanda, Riley mulai menangis, dan
terduduk diam. SADNESS memegang kepingan kenangan Riley yang dulu adalah
kegembiraan sekarang berganti menjadi kesedihan. JOY berusaha merebutnya namun
gagal. Kepingan terlepas, terlempar jauh disedot pipa bawah sadar. Bukan hanya
kepingan kenangan yang tersedot, Joy dan SADNESS juga ikut tersedot. Tinggallah
ANGER, DISGUST dan FEAR yang menjalankan segala perasaan Riley yang berimbas
pada pengambilan keputusan.
Riley menjadi kehilangan ‘jati diri’-nya. Kehilangan
kegembiraan dan keriangannya. Control emosinya didominasi oleh amarah. Bahkan
pada satu titik, amarah memutuskan untuk kembali ke Minnesota demi menemukan
kembali “kegembiraan’ yang hilang bersamaan dengan hilangnya JOY.
Di tempat lain, JOY dan SADNESS berusaha menemukan
jalan pulang, kembali ke ruang kendali control emosi dan pikiran Riley. Di
bawah sana, mereka bertemu dengan Ding-Dong teman khayalan Riley sewaktu dia
masih balita. Teman khayalan inilah yang akan membantu mereka kembali.
Bagian inilah yang sangat menarik. Ketika JOY dan
SADNESS sama-sama terpuruk, mereka beranggapan bahwa JOY-lah yang harus segera
kembali untuk mengembalikan Riley kepada kondisi semula. Bahkan keputusan ANGER
dan yang lainnya untuk lari dari San Francisco dan kembali ke Minnesota adalah
demi menemukan ‘JOY’ kembali.
Tapi semuanya seakan tinggal kenangan. Sekarang JOY
terpuruk di lembah kenangan yang paling dalam, mulai terlupakan. JOY memeluk 4
kenangan kebahagiaan yang dulu membentuk Riley menjadi pribadi yang ceria. JOY
menangis sedih. Gila! Saya sampai ikut sedikit mbrebes melihat JOY menangis
sedih.
Namun dalam keterpurukan yang amat dalam itu, JOY
menemukan kepingan-kepingan kenangan lain yang telah terbuang. Salah satunya
adalah kepingan peristiwa saat Riley gagal mencetak gol dalam pertandiangan
hoki. Kenangan itu pahit, maka Riley membuangnya, melupakannya.
JOY memutar ulang kepingan yang terbuang itu. Dia
ulang-ulang melihat peristiwanya. Dan dia menemukan satu kesadaran baru. Yang
mampu membawa Riley kembali pulang bukanlah dirinya, tetapi SADNESS. Kesedihan
membawa seseorang kepada pertobatan, demikian kalau direlijiuskan.
Setelah semua perasaan berkumpul kembali,
kepingan-kepingan kenangan yang membentuk karakter Riley terbentuk kembali
bahkan semakin banyak, seiring dengan makin banyaknya tombol dalam panel
kenangan. Dan ada tombol baru yang muncul, “Masa Remaja”. Dan mulai saat itu
kenangan tidak lagi utuh hanya joy atau hanya sadness. Dalam gemilang warna
keemasan joy masih terlihat corak biru kesedihan, juga yang lainnya.
Secara utuh, film itu berdurasi lebih dari sejam,
namun kami menonton film yang sudah diedit maka hanya 45 menit saja. seperti
yang saya ceritakan di awal catatan ini, setelah acara nonton, kami mulai
sharing pengalaman. Pertama kami sharing dalam kelompok kecil, 6 orang. Lalu
setelah 15 menit, kami sharing dalam kelompok besar.
Bagi saya pribadi, meskipun film ini adalah film
kartun, namun bukanlah film anak-anak. Bahkan anak-anak yang nonton film ini
harus didampingi oleh orang dewasa. Bukan karena ada adegan yang dilarang;
tetapi untuk memberikan keterangan dan penjelasan.
Salah satu penjelasan yang mesti diberikan adalah,
memiliki emosi itu penting. Mengendalikan emosi lebih penting lagi. Joy dan
Sadness adalah dua unsur yang sepasang. Mereka saling melengkapi. Namun demi
utuhnya pribadi, diperlukan rasa takut dan kemarahan pada porsi yang tepat.
Saat itulah saya melihat SADNESS tersenyum gembira
setelah tadi melihat JOY menangis sedih. Bagaimana dengan ANGER, FEAR dan
DISGUST? Mereka berangkulan bersama JOY dan SADNESS.
Joy mengingatkan saya bahwa kegembiraan mesti menuntun
hidup kita. Di sisi lain, ketika langkah kita tah terlalu jauh tersesat,
Sadness akan membawa kita pulang, dia tahu jalan pulang. Anger, Fear, dan
Diagust akan menghias pribadi kita dengan indah jika cukup takarannya.
Kowloon - Hong Kong, December 8, 2016
* catatan ini juga saya unggah di blog ngudar rasa pada 8 Desember 2016
Comments