KASIH

Bacaan untuk Kamis Putih 9 April 2009
13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.
13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.
13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.
13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"
13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."
13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."
13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Kasih
Hari ini kita merayakan Kamis Putih. Perayaan ini seperti layaknya sebuah sinetron. Yesus mengadakan perjamuan makan, melakukan pembasuhan kaki, dikhianati oleh Yudas, menyingkir ke taman, dan ditangkap. Dari seluruh peristiwa ini yang paling diingat oleh umat biasanya saat pembasuhan kaki. Karena ada beberapa umat yang dipilih untuk menjadi rasul. Mereka sudah mematut diri selayak-layaknya dari rumah agar pantas untuk dibasuh. Anah, mau dibasuh kok malah dibersihkan lebih dulu.
Kamis Putih tahun lalu saya melayani di sebuah stasi di daerah Blitar. Cuaca hujan, maka kaki para rasul, juga seluruh umat sungguh kotor. Saya yakin mereka telah mandi denganbersih, tetapi menjadi kotor kembali karena jalanan becek. Yang lebih mengenaskan adalah tidak ada handuk yang memadai, dan tidak ada persediaan air yang cukup, meski suasana hujan.
Beberapa umat mengusulkan agar acara pembasuhan kaki ditiadakan saja, karena kaki para rasul terlalu kotor. Namun saya bersikeras agar pembasuhan tetap ada, meski air tidak banyak dan handuk hanya ada sekadarnya saja. Dalam hati saya berdoa, ‘Tuhan, dahulu ketika Engkau membasuh kaki para murid-Mu, pasti Engkau tidak main-main dan bukan sebuah permainan, Engkau melakukan dengan tulus, maka aku juga akan melakukan dengan tulus.’ Upacara pembasuhan kaki pun berjalan dengan khidmat. Air yang seadanya itu saya gunakan untuk membasuh 24 kaki-kaki perkasa dari orang-orang yang setia.
Para saudara, hari ini Kamis Putih. Apa yang akan kita renungkan. Mungkin Anda bukan termasuk orang yang akan dibasuh kakinya, tetapi sangat baik jika merenungkan mengapa Yesus dulu harus membasuh kaki. Yesus membasuh kaki sebagai ungkapan cinta yang tak bersyarat. Yesus mencintai para muridnya dengan sepenuh hati, bahkan melakukan perbuatan yang tidak semestinya dilakukan. Pesannya jelas, agar kita juga melakukan hal yang sama.
Mencintai dengan tanpa syarat, itulah yang mesti kita lakukan. Kita akan mampu mencintai jika kita juga membiaran diri kita dicintai oleh Yesus. Dalam peristiwa pembasuhan kaki itu pada awalnya Petreus menolak, tetapi setelah dijelaskan ia menerima. Tetapi berbeda dengan Yudas Iskariot, ia mau dibasuh tetapi tidak mau menerima cinta Yesus, ia mengkhianati Dia.
Cinta dan mencintai adalah perbuatan memberi dan menerima. Cinta kita kepada Yesus terwujud dalam cinta kita kepada sesama. Demikian juga sebaliknya, kasih kita kepada sesame, semakin sempurna dalam kasih kita kepada Yesus. Kasih sejatinya adalah memberi. Memberi perhatian, pelayanan, dan senyuman, kepada orang lain adalah tindakan kasih. Malam ini menjadi sempurna ketika kita menyatukan cinta kita dengan cinta Yesus yang memberikan diri-Nya seutuhnya kepada kita. (uls)


Comments

Popular Posts