KASIH

Suatu hari seorang teman datang dan ngomel-ngomel.
“Katanya Allah itu begitu mencintai kita, bahkan sampai rela mengorbankan AnakNya yang tunggak buat kita. Tapi kok dunia kacau-kacau saja. Kok kayaknya ga ada perubahan, kejahatan masih merajalela, kemiskinan masih banyak, orang susah bejibun, dll,dll,dll.”

Saya termenung dan tidak bisa menanggapi. Apalagi dia emosional banget. Setelah yakin dia bisa menguasai diri baru saya berkomentar.
“Lho kamu udah baca kelanjutan teksnya belum? Khan di sana dikatakan ‘barang siapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa’.”
Saya berhenti sejenak buat narik nafas, juga buat melihat ekspresinya. Setelah yakin dia mendengarkan dan menunggu kelanjutannya, saya pun melanjutkan.
“Percaya itu dimulai dengan membalas cinta-Nya. Khan percuma saja Allah mencintai kita kalau tidak kita balas. Bertepuk sebelah tangan dong.”
“Kalau aku sudah membalas cinta-Nya, terus dunia masih kacau bagaimana?” selanya.
“Emang seberapa besar kita sudah membalas cinta-Nya? Seberapa kuat kita membalas cinta-Nya? Seberapa lama kita membalas cinta-Nya?” (aku diam sejenak)
“Jangan-jangan kita baru membalas sekali, itu pun dengan asal-asalan, dan sebentar saja, kemudian kita sudah melupakan cinta-Nya.”
Membalas cinta Allah (yang rela memberikan Anak-Nya yang tunggal) dengan mengikuti Anak-Nya, mentaati ajaran-Nya, setia kepada-Nya. Selamanya, bukan kalau pas ingat, pas mood, pas suka, pas banyak rejeki, pas sehat, pas membutuhkan pertolongan, pas ditimpa masalah, pas ditinggal pacar, pas butuh jodoh, pas anak butuh biaya sekolah,…dll.
Seperti cinta dalam keluarga. Cinta itu akan terus membara kalau senantiasa dijaga, dikipasi, ditiup-tiup (hanya saja sekarang jarang orang meniup api untuk menyalakan tungku, semuanya sudah beralih ke kompor atau bahkan listrik). Jika cinta yang panas membara di awal pernikahan tidak dijaga, tidak terus dipelihara, lama-lama akan padam juga. Memastikan bahwa cinta dalam keluarga tetap membara juga tidak gampang (mungkin di lain kesempatan saya akan membuat tulisan mengenai menjaga ‘api’). Yang dibutuhkan hanya satu. SETIA.
Selamat pagi. Mari kita membalas cinta Allah dalam seluruh hidup kita, dengan SETIA mengikuti-Nya.
Tuhan memberkati.


Comments

Popular Posts