TAWA dan SEDIH
Saya memiliki banyak pengalaman bahwa tawa itu bisa menimbulkan kesedihan. Maka ada ungkapan tertawa di atas kesedihan orang lain. Tetapi saya sedikit memiliki kpengalaman kesedihan yang menimbulkan tawa.
Beberapa minggu yang lalu saya serasa ditampar anak-anak. Namanya Serafina Ophelia. Tamparan itu berupa puisi yang ia ciptakan dan sekaligus tampilkan. Liriknya lucu, dibawakan dengan lucu sehingga membuat kami tertawa. Namun di balik tawa kami, ada ‘tusukan’ yang menghunjam hati.
Panitia sengaja memberi kriteria puisi yang dibuat harus lucu dan menimbulkan tawa. Puisi yang berhasil ‘menampar’ muka banyak orang, terutama ibu-ibu, karena judulnya ibu dan facebook. Berikut adalah link dan lirik puisi tersebut.
http://www.youtube.com/watch?v=YiuRsBwbBNA
Ibu dan Facebook
Ibu
Facebook
Hubungannya erat sekali
Setiap hari, sehabis mandi,
selesai makan, sehabis apa pun.
Dalam hatiku aku berpikir
Mau kemana gerangankah ia, … Notebook!
Tetapi apa yang selalu ia lihat di notebook,… Facebook!
Setiap hari tawanya menggema,
sampai kapankah hubungan erat antara ibu dan facebook,
mungkin sampai akhir hayatnya,
notebooknya akan dibawanya … ke …. surga.
Mengapa saya mengatakan bahwa banyak orang, termasuk saya, tertampar puisi tersebut? Karena puisi ini adalah jeritan hati. Hati seorang anak yang dilupakan oleh ibunya, karena terlena oleh daya pikat facebook.
Saya bukan seorang ibu dan tidak memiliki banyak anak, tetapi saya termasuk yang kecanduan facebook. Banyak waktu saya tersita untuk facebook-an. Sekadar ngecek apakah ada komen baru, menanggapi permintaan pertemanan, menulis catatan, membaca komentar atas catatan, menyapa teman, dll. Tanpa sadar, facebook telah merasuk jauh ke dalam hati, mengambil tempat yang luas di sana, menyisihkan banyak hal yang semestinya aku kunjungi juga.
Kesedihan Serafina karena ibunya tergila-gila facebook bukan hanya telah menimbulkan gelak tawa. Lebih dari itu telah menyadarkan banyak insane bahwa ada banyak hal yang harus dibuat, yang lebih penting, lebih baik, dari sekadar facebook-an.
Apakah dengan ini saya akan meninggalkan facebook? Tidak. Facebook telah mempertemukan saya dengan banyak teman, bahkan yang telah lama terpisah. Dengan ini saya akan lebih hati-hati, teliti membuat sesuatu, dan tidak melupakan apa yang baik dan penting. Facebook memang bisa menjadi racaun, toh tubuh kita juga membutuhkan ‘racun’ untuk tumbuh dan berkembang.
Terimakasih Serafina. Kesedihanmu telah membuat banyak orang tertawa, lebih lagi tersadar akan hal yang penting dalam hidupnya.
Beberapa minggu yang lalu saya serasa ditampar anak-anak. Namanya Serafina Ophelia. Tamparan itu berupa puisi yang ia ciptakan dan sekaligus tampilkan. Liriknya lucu, dibawakan dengan lucu sehingga membuat kami tertawa. Namun di balik tawa kami, ada ‘tusukan’ yang menghunjam hati.
Panitia sengaja memberi kriteria puisi yang dibuat harus lucu dan menimbulkan tawa. Puisi yang berhasil ‘menampar’ muka banyak orang, terutama ibu-ibu, karena judulnya ibu dan facebook. Berikut adalah link dan lirik puisi tersebut.
http://www.youtube.com/watch?v=YiuRsBwbBNA
Ibu dan Facebook
Ibu
Hubungannya erat sekali
Setiap hari, sehabis mandi,
selesai makan, sehabis apa pun.
Dalam hatiku aku berpikir
Mau kemana gerangankah ia, … Notebook!
Tetapi apa yang selalu ia lihat di notebook,… Facebook!
Setiap hari tawanya menggema,
sampai kapankah hubungan erat antara ibu dan facebook,
mungkin sampai akhir hayatnya,
notebooknya akan dibawanya … ke …. surga.
Mengapa saya mengatakan bahwa banyak orang, termasuk saya, tertampar puisi tersebut? Karena puisi ini adalah jeritan hati. Hati seorang anak yang dilupakan oleh ibunya, karena terlena oleh daya pikat facebook.
Saya bukan seorang ibu dan tidak memiliki banyak anak, tetapi saya termasuk yang kecanduan facebook. Banyak waktu saya tersita untuk facebook-an. Sekadar ngecek apakah ada komen baru, menanggapi permintaan pertemanan, menulis catatan, membaca komentar atas catatan, menyapa teman, dll. Tanpa sadar, facebook telah merasuk jauh ke dalam hati, mengambil tempat yang luas di sana, menyisihkan banyak hal yang semestinya aku kunjungi juga.
Kesedihan Serafina karena ibunya tergila-gila facebook bukan hanya telah menimbulkan gelak tawa. Lebih dari itu telah menyadarkan banyak insane bahwa ada banyak hal yang harus dibuat, yang lebih penting, lebih baik, dari sekadar facebook-an.
Apakah dengan ini saya akan meninggalkan facebook? Tidak. Facebook telah mempertemukan saya dengan banyak teman, bahkan yang telah lama terpisah. Dengan ini saya akan lebih hati-hati, teliti membuat sesuatu, dan tidak melupakan apa yang baik dan penting. Facebook memang bisa menjadi racaun, toh tubuh kita juga membutuhkan ‘racun’ untuk tumbuh dan berkembang.
Terimakasih Serafina. Kesedihanmu telah membuat banyak orang tertawa, lebih lagi tersadar akan hal yang penting dalam hidupnya.
Comments