MENERIMA TUHAN
“Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.” Ungkapan ini selalu kita panjatkan setiap kali mengikuti perayaan ekaristi. Sebuah ungkapan yang selalu menyadarkan betapa mulianya Tuhan dan hinanya saya.
Ungkapan ini berasal dari seorang perwira yang pembantunya sakit. Perwira tersebut begitu mengasihi pembantunya, hingga ia berusaha keras mencari pengobatan untuknya. Perwira ini bukanlah pengikut Yesus, namun ia memiliki kepercayaan yang besar akan Yesus. Ia sadar akan dirinya dan sadar siapa Yesus. Ia sadar bahwa Yesus sungguh pribadi yang agung dan dia sadar bahwa dirinya adalah pribadi yang berdosa. Iman perwira itu membuahkan hasil. Pembantunya sembuh tepat ketika Yesus mengatakannya. Bagaimana dengan kita?
Setiap kali kita mengikuti perayaan ekaristi kita senantiasa mengulang kata-kata perwira tersebut. Apakah yang kita peroleh? Apakah kita juga memperoleh kesembuhan seperti yang dialami oleh pembantu perwira itu? Jawabannya mungkin tidak. Bisa jadi Karen kita tidak memiliki sikap iman yang rendah hati. Boleh jadi apa yang kita omongkan di mulut berbeda dengan apa yang ada dalam hati.
Banyak orang mengatakan ‘Tuhan saya tidak pantas Engkau datang pada saya’, tetapi toh tetap menerima Tuhan tanpa risi sedikitpun. Orang yang tidak setia dalam perkawinannya, mereka yang berzinah, mencuri, korupsi, bahkan pembunuh, kalau mereka pergi ke Gereja, mereka tetap menerima komuni. Mereka tidak menyadari kehinaan dirinya.
Banyak orang sudah kehilangan ‘rasa malu’. Ungkapan perwira itu mengajak kita untuk menjadi rendah hati dan memperbaiki diri. Menerima komuni berarti mempersilahkan Yesus ‘mampir’ dalam hati kita. Mestinya kita mempersiapkan tempat yang pantas. Tidak mengotori hati dengan tindakan-tindakan keji.
Jika memang hati kita sedang kotor oleh banyak dosa, mestinya kita harus berani mengaku dosa terlebih dahulu sebelum menerima Tuhan dalam hati. Mari kita mulai dari sekarang, menyiapkan tempat yang semestinya bagi Tuhan. Kiranya Ia membantu segala niat baik kita.
Ungkapan ini berasal dari seorang perwira yang pembantunya sakit. Perwira tersebut begitu mengasihi pembantunya, hingga ia berusaha keras mencari pengobatan untuknya. Perwira ini bukanlah pengikut Yesus, namun ia memiliki kepercayaan yang besar akan Yesus. Ia sadar akan dirinya dan sadar siapa Yesus. Ia sadar bahwa Yesus sungguh pribadi yang agung dan dia sadar bahwa dirinya adalah pribadi yang berdosa. Iman perwira itu membuahkan hasil. Pembantunya sembuh tepat ketika Yesus mengatakannya. Bagaimana dengan kita?
Setiap kali kita mengikuti perayaan ekaristi kita senantiasa mengulang kata-kata perwira tersebut. Apakah yang kita peroleh? Apakah kita juga memperoleh kesembuhan seperti yang dialami oleh pembantu perwira itu? Jawabannya mungkin tidak. Bisa jadi Karen kita tidak memiliki sikap iman yang rendah hati. Boleh jadi apa yang kita omongkan di mulut berbeda dengan apa yang ada dalam hati.
Banyak orang mengatakan ‘Tuhan saya tidak pantas Engkau datang pada saya’, tetapi toh tetap menerima Tuhan tanpa risi sedikitpun. Orang yang tidak setia dalam perkawinannya, mereka yang berzinah, mencuri, korupsi, bahkan pembunuh, kalau mereka pergi ke Gereja, mereka tetap menerima komuni. Mereka tidak menyadari kehinaan dirinya.
Banyak orang sudah kehilangan ‘rasa malu’. Ungkapan perwira itu mengajak kita untuk menjadi rendah hati dan memperbaiki diri. Menerima komuni berarti mempersilahkan Yesus ‘mampir’ dalam hati kita. Mestinya kita mempersiapkan tempat yang pantas. Tidak mengotori hati dengan tindakan-tindakan keji.
Jika memang hati kita sedang kotor oleh banyak dosa, mestinya kita harus berani mengaku dosa terlebih dahulu sebelum menerima Tuhan dalam hati. Mari kita mulai dari sekarang, menyiapkan tempat yang semestinya bagi Tuhan. Kiranya Ia membantu segala niat baik kita.
Comments