Jagoan

Menyaksikan jagoan kesayangan menang sungguh menyenangkan. Melihat MU mampu meraih gelar juara Premier League hati ini berbunga-bunga. Melihat AREMA mengalahkan Persitara sungguh tak terkatakan riang hati ini.
Sore itu hati masih berbunga-bunga karena kemenangan tim idola. Sempat melihat pemanasan para pembalap Moto GP, hati ini penuh harap bahwa jagoan tua Rossi akan mendapatkan hasil yang bagus, meski start dari nomor 4. Pukul 19.00 balapan dimulai, aku tidak nonton karena pada waktu yang sama mesti doa bersama komunitas.

Usai doa, jam 19.40-an menit televise langsung kami nyalakan. Melihat Lorenzo melaju sendirian di depan, melihat Melandri mengikuti dari jauh, pedrosa dan Devisiozo rebutan tempat ketiga, hati ini mulai ketar-ketir, di mana Rossi? Setelah melihat keseluruhan dan tidak melihat Rossi hati ini menjadi lesu. Mau makan rasanya tidak berselera. Sate ayam yang tersaji di meja makan belum mampu membangkitkan gairah makan. Jagoan kalah berarti hati menajdi sedih, semangatpun mengendor.
Malam hari satu jagoan lagi akan berlaga. Nadal menghadapi jagoan tua Ferderer. Melihat kegagahan dan kelincahan Nadal, juga performanya selama ini harapan melambung tinggi bahwa ia akan menang lagi. Set pertama berlangsung dengan cepat saja. Nadal kalah 4-6. Harapan masih ada, seti kedua masih akan berlangsung. Skor imbang sampai 3-3 hingga serve Nadal dipatahkan Ferderer. Ketinggalan 3-5 membuat harapan makin habis meski sempat menyala ketika skor berubah 4-5. Tetapi kegagalan menyelesaikan game kesepuluh membuat skor berakhir 4-6, Nadal kalah dan hati semakin sedih.
Kenapa hati ini begitu ringkih. Akan girang alang kapalang hanya karena jagoan menang dan hancur remuk berkeping-keping karena jagoan kalah. Padahal mereka tidak menambahkan apa pun dalam hidupku. Kalau mereka menang, tidak ada yang diberikan padaku. Kalau mereka kalah aku juga tidak rugi apa-apa.
Rupanya ini tipuan yang menyenangkan. Tipuan perasaan karena mengidolakan ‘sesuatu/seseorang’. Yang aneh, hati ini tidak pernah benar-benar gembira atau benar-benar sedih karena Yesus. Berarti aku kurang mengidolakan, kalaupun sudah belum sampai merasuk dalam hati. Rupanya tempat untuk Yesus masih kalah jika dibandingkan tempat untuk Rossi atau Nadal.
Yesus, maaf ya, rupanya hatiku belum seutuhnya untukmu. Jangan marah ya? Ampuni aku yang lemah ini.


Comments

Popular Posts