Lukisan Belas Kasih Allah (2)
Gembala
dan domba
Di awal lukisan-Nya, Yesus mengatakan, "Siapakah di
antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, … “. Yesus berkata, “siapa di
antara kamu”. Pernyataan ini adalah sebuah tantangan kepada para pendengar-Nya.
“Kamu” berarti siapa saja yang mendengarkan Yesus, termasuk pada saat ini
adalah kita semua yang membaca atau mendengarkan teks tersebut. Kita
ditantangan untuk bertanya kepada diri kita sendiri, untuk berani masuk ke
dalam cerita yang diuraikan oleh Yesus.
"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”
Apakah jawaban kita atas pertanyaan Yesus tersebut? Dari cara Yesus
bertanya kita bisa menduga bahwa Dia mengharapkan jawaban yang positif. Tetapi
bisa jadi jawabannya sungguh berbeda. Karena jawaban positif itu mengandung
risiko yang sangat besar, risiko kehilangan domba yang lebih banyak lagi, yaitu
99 yang lain. Siapa yang berani menjamin bahwa 99 ekor domba yang ditinggalkan
gembalanya akan aman-aman saja dan bisa kembali ke kandangnya dengan selamat?
Maka tantangan Yesus ini sungguh tantangan yang berat sekali. Lebih
mudah menjawab, “Maaf ya Tuhan. Saya akan menjadi orang yang sangat bodoh
dengan meninggalkan 99 ekor dombaku demi satu ekor yang sesat itu.” Mungkin jawaban
seperti ini terasa sangat normal. Kita bisa bertanya kepada siapapun juga, apa
yang akan dilakukan kalau mengahdapi situasi seperti situasi yang dilukiskan
oleh Yesus. Kemungkinan besar mereka akan menjawab tidak mau.
Tetapi memang Allah itu kerap kali tak terduga jalan pemikiran-Nya. Cinta-Nya
kerap penuh kejutan. Dan mungkin memang hanya Allah yang bisa bertindak ‘sedikit
gila’. Bertindak di luar kewajaran. Rela pergi meninggalkan 99 ekor domba demi
seekor yang tersesat. Domba yang tersesatpun sebenarnya bukan domba yang
baik-baik, yang suka menurut. Dia sudah sering tersesat, maka dia dijuluki si
sesat (the lost one). Domba itu sudah
sering merepotkan tuannya. Maka sudah ada alasan yang cukup untuk ‘membiarkannya
hilang’. Tetapi Allah tidak melakukan itu. Dia mencari terus sampai ketemu.
Yang harus kita pahami dengan baik adalah latar belakang kisah. Mengapa Yesus
menceritakan perumpamaan ini. Latar belakangnya adalah ‘kritikan orang-orang
farisi terhada Yesus’. Mereka mengkritik Yesus yang suka bergaul dengan orang
berdosa. Orang-orang Farisi itu beranggapan bahwa mereka lebih baik dari yang
lain. Dan bergaul dengan orang-orang berdosa itu adalah sebuah ketidakpantasan.
Di sinilah Yesus hendak menjungkirbalikkan pemahaman orang Farisi yang sempit
itu. Yesus hendak menunjukkan bahwa aka nada kegembiraan yang besar kalau ada
pertobatan. Bahwa satu orang bertobat akan membuat surga bersukacita, bagaimana
kalau ada banyak orang bertobat?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Seperti saya uraikan di atas, pernyataan Yesus ini adalah sebuah tantangan. Bukan hanya tantangan kepada orang-orang Farisi, tetapi juga kepada kita. Apakah kita juga tertantang untuk bertindak seperti gembala yang baik itu?
Perempuan
dan koin
Sahabat, pada lukisan yang pertama Yesus menyuguhkan sebuah tantangan
yang cukup sulit dijawab oleh para pendengarnya. Kisah yang dipaparkan oleh
Yesus memang berasal dari kehidupan keseharian, namun isinya sangat tidak
biasa. Persoalan gembala dan domba adalah persoalan biasa, tetapi apa yang
dilakukan sungguh tidak biasa. Meninggalkan 99 ekor domba demi yang seekor
sungguhlah sebuah tindakan yang ‘gila’.
Berikutnya Yesus memberi lukisan dari kehidupan yang sangat biasa.
Seorang perempuan yang kehilangan uang.
"Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?”
"Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?”
Kisah ini adalah kisah yang sangat sederhana mengenai perempuan sederhana. Dia bukan perempuan kaya yang memiliki banyak uang. Dia hanya memiliki 10 keping uang perak atau 10 dirham. Pada saat itu satu dirham setara dengan upah satu hari. Dari sini kita bisa memahami betapa berharganya satu dirham yang hilang tersebut.
Perempuan itu akan mencari sampai ketemu. Dia menyalakan lampu agar
ruangan di dalam rumah yang biasanya gelap, bahkan pada siang hari, bisa cukup
mendapat cahaya. Dia akan menyapu seluruh ruangan, bahkan hingga ruang-ruang
gelap yang selama ini luput dari sapunya. Dia akan terus mencari sampai
menemukan koin yangs angat berharga tersebut.
Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
Sahabat, perempuan-perempuan sederhana yang mendnegarkan Yesus, atau bahkan siapa saja yang mendnegarkan Yesus akan membenarkan tindakan perempuan tersebut. Kegembiraan karena menemukan kembalis atu koin yang hilang itu nilainya jauh lebih besar dari pada satu koin itu sendiri. Kegembiraan itu tidak direkayasa atau dibuat-buat. Kegembiraan itu meluap dari hati dan tidak akan sanggup ia raakan sendiri, maka ia mengundang tetangga-tetangganya untuk merayakan kegembiraan tersebut.
Sekali lagi Yesus hendak menegaskan bahwa aka nada kegembiraan yang
besar jika ada orang berdosa yang bertobat. Kegembiraan itu tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata. Ia begitu besar dan harus dibagikan.
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
Bagaimana dengan kita? Tidakkah kita ingin menjadi bagian dari kegembiraan tersebut?
(bersambung)
Comments