Lukisan Belas Kasih Allah (6)
Penutup:
sebuah doa permohonan
Sahabat terkasih, sebagai penutup uraian
belas kasih Allah ini saya ingin mengajak untuk merenungkan ‘doa permohonan’. Dalam
perayaan Ekaristi pada hari Minggu selalu ada doa permohonan. Di sana ada
beberapa doa dengan kepentingan tertentu, dan setiap minggu selalu
berubah-ubah, pada umumnya doa permohonan adalah doa untuk orang lain. Hanya
ada satu bagian doa permohonan itu ditujukan untuk diri sendiri, hal itu pun
dilakukan dalam hati. Inilah mengapa tindakan ‘doa permohonan’ itu menjadi
penting untuk melihat tindakan belas kasih secara sederhana. Seperti kita
renungkan pada awal tulisan ini, belas kasih terwujud dalam tindakan cinta dan
pengampunan. Sedangkan sebuah doa permohonan adalah sebuah tindakan kasih, dia
bisa menjadi sebuah jembatan kasih antara dua pribadi. Pribadi yang tersakiti
dan yang menyakiti. Doa permohonan adalah tindakan kasih karena mengembalikan
harmoni. Bagaimana hal itu dipahami? Ada dua hal yang bisa kita lihat, yaitu
doa permohonan sebagai sebuah jembatan kasih dan doa permohoann sebagai sebuah
jembatan pengampunan.
Doa permohonan adalah sebuah jembatan kasih.
Bagaimana hal ini bisa kita pahami, mari
kita lihat ilustrasi berikut. Ketika situasi di Siria memanas karena perang
saudara, banyak pihak ingin ‘ikut campur’ di dalamnya. Apalagi setelah ada
kabar mengenai digunakannya senjata kimia dalam perang tersebut. Banyak pihak
marah, termasuk Amerika Serikat. Bahkan mereka mengancam akan melakukan aksi
militer. Melihat hal tersebut Paus Fransiskus mengajak semua lapisan
masyarakat, bukan hanya katolik, untuk bedoa dan berpuasa. Semua orang diajak
memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan demi terciptanya perdamaian di Siria.
Di sini doa permohonan menjadi sebuah
jembatan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Ajakan untuk untuk
menciptakan perdamaian melalui sebuah doa dan puasa menjadi sebuah tanda akan
adanya kasih yang nyata. Kisah serupa sebenarnya sudah sering terjadi, baiklah
kita sebut beberapa contoh. Musa, Elia, dan tentu saja Yesus Kristus. Mereka
adalah ‘jembatan kasih’ antara manusia dengan Allah. Mereka menyampaikan doa
permohonan agar tercipta suasana yang lebih baik.
Dalam perjanjian lama kita membaca bagaimana
Nabi Musa kerap berdoa kepada Tuhan agar mengampuni kedegilan hati umat-Nya.
Bahkan kerapkali Musa berdoa mohon pembatalan hukuman. Misalnya, tatkala Musa
berdoa di Gunung Sinai, umat Israel membuat patung dewa dari logam. Tentu saja
tindakan tersbut membuat Tuhan marah. Dia hendak menghukum Israel. Tetapi Musa
berdoa mencoba meluluhkan hati Tuhan, agar Tuhan tidak menghukum umat-Nya. Dan
doa Musa didengarkan. Demikianpun dengan Elia. Dia terkenal karena doanya yang
menghentikan hujan, namun doanya pula yang mendatangkan hujan. Mereka ini adalah ‘jembatan kasih’ antara
manusia dengan Allah. Doa-doa yang mereka panjatkan menyatukan kembali manusia
dan Allah yang telah terputus.
Contoh yang sempurna dari ‘jembatan kasih’
adalah Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sungguh-sungguh menghubungkan
kembali relasi manusia dengan Allah yang rusak akibat dosa. Bahkan kematian
Yesus di kayu salib menjadi tanda yang sempurna akan ‘jembatan kasih tersebut’.
Salib yang menjulanga dalah penghubung nyata antara manusia dengan Allah.
Sedang tangan Yesus yang yang terentang adalah tanda nyata bahwa Yesus
menyatukan kembali manusia yang tercerai berai karena dosa. Yesus selama
hidup-Nya juga kerap kali memanjatkan doa bagi manusia kepada Bapa-Nya. Bahkan
doa bagi mereka yang menganiaya-Nya. Sedangkan Bunda Maria tidak henti-hentinya
menjadi perantara bagi kita kepada Yesus. Kisah pada pernikahan di Kana menjadi
gamabran sederhana betapa Bunda Maria memiliki peran yang sangat sentral dalam
membangun ‘jembatan kasih’. Peran itu tetap hingga sekarang. Dia menjadi
jembatan bagi kita kepada Yesus dan Bapa-Nya.
Doa permohonan adalah sebuah jembatan pengampunan.
Wujud cinta yang sejati terletak dalam
kemampuan mengampuni. Cinta Allah kepada manusia sangat nyata dalam
pengampunan-Nya. Kisah mengenai bapa yang baik hati, yang menerima anaknya yang
durhaka adalah satu gambaran nyata. Tetapi bagaimana dengan manusia sendiri,
apakah makna dari doa permohonan sebagai sebuah jembatan pengampunan?
Seperti saya katakana bahwa cinta yang
sejati terwujud dalam kemampuan mengampuni. Kerap kita menyatakan telah
memaafkan orang yang menyakiti kita. Sejauh mana kita sungguh
memaafkan/mengampuni? Terkadang sulit sekali diukur. Bahkan kerap hanya
ungkapan bibir saja sedangkan hati masih menyimpan amarah bahkan rasa benci.
Doa permohonan adalah salah satu alat yang bisa dipakai untuk mengukur
ketulusan kita dalam memaafkan.
Contoh, nama baik kita dicemarkan oleh
sahabat dekat kita. Kemudian kita memaafkan dia. Bukti bahwa kita sungguh
memaafkan dia adalah kalau kita sudah mampu mendoakan dia. Mendoakan agar dia
mendapat berkat yang melimpah dari Allah. Seperti Yesus yang mendoakan
orang-orang yang menyalibkan-Nya. Di sinilah doa permohonan sungguh menjadi
jembatan pengampunan, dan dengan sendirinya menjadi jembatan kasih. Karena
kasih yang sejati terwujud dalam pengampunan. Jika dua hal tersebut sudah bisa kita jalankan dengan baik
maka kita sudah ikut ambil bagian dalam karya belas kasih Allah, karena belas
kasih terwujud dalam kasih dan pengampunan.
Comments