Don't Judge the Book by the Cover...

Peribahasa ini kiranya sudah kerap kita dengar. Janganlah menilai sebuah buku dari covernya. Kalau kita mau iseng bisa kita tambahkan, dari tebal tipisnya, dll. Tetapi nilailah buku dari isinya. Bacalah dari depan hingga selali, baru dinilai. Demikian kata pepatah. Kita semua pasti pernah mendengar dan paham.
Pepatah ini biasanya dikenakan kepada orang agar tidak segera menilai orang lain dari penampilan fisiknya. tetapi dari keseluruhan pribadinya. Dari sifat-sifatnya, dari kesukaannya, dst. Artinya, kenalilah orang tersebut baru memberi penilaian.
Mungkin Anda pernah menjadi salah satu korban yang dinilai hanya berdasarkan penampilan fisik. Sukur-sukur dinilai baik. Misalnya, karena Anda gagah atau cantik atau angun, sehingga Anda dinilai sebagai orang yang baik dan sholeh. Wahh susah kalau yang terjadi adalah sebaliknya. Kalau Anda dinilai sebagai orang yang kurang... (titik-titik) silahkan diisi sendiri, saya kurang tega mengisinya. penilaian negatif itu hanya didasarkan pada penampilan fisik Anda. Tentu Anda akan merasa kurang senang dan berharap mereka melihat kualitas diri Anda dulu baru dinilai.
Di dalam masyarakat hal ini umum terjadi. Orang dinilai karena penampilan fisiknya. Kalau Anda mengenal gubernur Jakarta, Bapak Joko Widodo, banyak orang menilai penampilan fisiknya kurang meyakinkan. Bahkan ada kisah sewaktu beliau menajbats ebagai wali kota Solo, orang mengira ajudannya adalah walikota. Sedikit ngenes, tetapi terjadi.
Atau kita mengenal penyanyi Susan Boyle ketika pertama kali tampil di audisi Britain's Got Talent. Hampir semua yang menonton waktu itu mengeryitkan kening dan memandang dengan sebelah mata. Penampilan ibu-ibu 47 tahun, sedikit 'agak kampungan'. Namun begitu ibu-ibu ini menyanyi, semua terperangah dan tidak percaya dengan kemampuan menyanyinya. 

Allah melihat hati
Sejak dulu manusia sering tertipu dengan penampilan fisik. Mari kita ambil contoh Samuel. Dia diperitahkan oleh Allah untuk mencari raja pengganti Saul. Oh iya, Saul adalah raja pertama Israel. Dia dipilih sendiri oleh Allah, tetapi karena dia tidak taat kepada Allah, maka Allah mencabut hak raja itu. Kemudian Tuhan meminta Samuel pergi ke kota Betlehem untuk mengurapi raja baru bagi Israel. Dia disuruh menemui Isai, dan salah satu anaknya harus ia urapi menjadi raja.
Kemudian Isai meminta anaknya, satu persatu melintas di hadapan Samuel. Mulai dari yang tertua, namanya Eliab. Samuel berpikir bahwa inilah yang dipilih Allah, sebab perawakannya sangat gagah dan meyakinkan. Tetapi ternyata dia tidak dipilih oleh Allah. Bahkan Allah menegur Samuel, "manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Allah melihat Hati".
Kemudian melintas pula Abinadab, Syama, dan adik-adiknya. Tetapi tidak satupun yang berkenan di hadapan Allah. Maka Samuel bertanya kepada Isai apakah itu semua anaknya. Ternyata masih ada yang bungsu, dia sedang menggembalakan domba di padang. Dia masih remaja, pipinya kemerah-merahan dan tampangnya manis sekali. Ternyata Tuhan memilih dia, maka Samuel mengurapi Daud menjadi raja.
Sahabat, Allah lebh melihat hati daripada penampilan fisik. Manusia bisa dikelabuhi dengan penampilan fisik, tetapi Allah langsung melihat ke dalam hati, maka kita tidak bisa mengelabuhi Allah. Meski kita membuat status di FB, atau di Twitter, atau catatan di blog yang indah-indah (seperti yang saya lakukan ini), tetapi kalau hati kita tidak bersih, Allah juga tidak senang. Maka keluhuran hatilah yang penting.
Wajah cantik bisa keriput, penampilan yang gagah juga akan dibawa tua dan akhirnya lemah. Tetapi hati yang bersih, yang murni, yang sungguh mengasihi Allah tidak akan hilang. Hati yang senantiasa disirami dengan Sabda Allah, yang hanya dipuaskan oleh kasih setia, tidak akan menjadi lemah karena bertambahnya usia. 
Maka, ada baiknya kita mulai perlahan-lahan menata diri. Terlebih menata hati, membersihkannya setiap waktu, agar kasih Allah yang bersemayam di sana bisa mekar dan bertumbuh gagah, bahkan ketika raga kita makin lemah, kasih Allah yang ada di sana makin kuat berkembang megah.

Tuhan memberkati.
Hong Kong, 21 Januari 2014 

Comments

Popular Posts