Keadilan sosial, itu ajaran khas Yesus...
Hari ini Yesus dicecar pertanyaan, "mengapa murid-murid-Nya tidak berpuasa?" padahal murid-murid Yohanes Pemandi dan murid orang-orang Farisi berpuasa. Pertanyaan ini sangat mendasar karena berkaitan dengan praktik hidup religius. Yesus adalah guru hidup rohani, mengapa Dia tidak mengajarkan murid-muridnya berpuasa?
Konflik ini hanya satu konflik dari banyak konflik antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Injil Markus mencatat sekurang-kurangnya ada lima konflik antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Konflik pertama adalah soal pengampunan dosa. Mengapa Yesus bisa mengampuni, kuasa dari mana, dst. Konflik kedua adalah ketika Yesus makan semeja dengan orang-orang berdosa. Orang Farisi beranggapan, sebagai seorang guru Yesus harus menjafa citra alias jaim. Maka ketika Yesus makan semeja dengan orang-orang yang digolongkan sebagai pendosa, hal itu dianggap sebagai skandal. Konflik ketiga adalah soal puasa ini. Mengapa Yesus yang adalah seorang guru tidak mengajari muridnya bagaimana berpuasa. Konflik keempat adalah pemahaman mengenai hari Sabat dan konflik kelima adalah penyembuhan pada hari Sabat.
Kalau kita pahami secara sederhana, semua yang dipersoalkan oleh orang-orang Farisi adalah soal hidup rohani, bagaimana mereka menyucikan dirinya sehingga menjadi layak di hadapan Tuhan. Dengan tidak bergaul dengan orang berdosa, dengan menghormati hari Tuhan, dan tentu saja dengan berpuasa.
Keadilan sosial
Sahabat terkasih, Yesus bukannya tidak mengajarkan cara hidup rohani yang baik. Yesus sangat menekankan pentingnya hidup rohani. Dalam banyak kesempatan Yesus mengatakan, pertama-tama cintailah Tuhan di atas segalanya. Bukankah ini dasar yang sangat penting. Kemudian yang kedua mencintai sesama seperti diri sendiri. Dua dasar ini menjadi sangat penting untuk menjalankan laku rohani.
Hidup rohani harus terwujud dalam hidup sosial. Kedekatan dengan Tuhan harus terwujud dalam kedekatan dengan sesama. Yesus tidak mengajarkan muridnya untuk terisolasi dari komunitas. Bahkan mereka yang hidup terasing, hidup dalam biara tertutup sekalipun, mereka juga terlibat dengan sesama dalam caranya sendiri. Yesus sangat menekankan pentingnya hidup sosial sebagai wujud hidup rohani.
Kalau kamu memebri pakaian kepada mereka yang membutuhkan, kalau mengunjungi orang sakit, kalau memebri makan yang kelaparan, semuanya itu sama halnya dilakukan kepada Yesus.
Apakah ini berarti Yesus mengajak muridnya untuk menjadi pekerja sosial? Tidak semata-mata demikian. Yesus hendak mengatakan; kedekatan dengan Tuhan haruslah bermuara kepada cinta kepada sesama. Hidup rohani yang terbangun rapi, haruslah berujung kepada sikap pelayanan kepada sesama; terlebih yang kekurangan dan membutuhkan.
Kalau hanya semata karya sosial, maka boleh dikatakan kita hanya sebagai pekerja sosial. tetapi kita berkarya sosial sebagai ungkapan cinta kita kepada Tuhan. Bahwa kita mencintai Tuhan di atas segalanya, dan mencintai sesama seperti diri sendiri. Maka sesama yang menderita adalah bagian hidup kita.
Beperan sesuai kapasitas
Kita masing-masing diundang oleh Yesus untuk menjalin kedekatan dengan-Nya. Mencintai-Nya di atas segalanya dan mencintai sesama seperti diri sendiri. Dua landasan yang mesti dipahami oleh semua pengikut Yesus. Nah, kita bisa melakukannya di mana saja, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Mencintai Tuhan dia ats segalanya bukan berarti harus masuk biara tertutup dan hanya menghabiskan waktu untuk berdoa. Kita yang hidup aktif, berkeluarga, sendirian, pekerja, pelajar, pengangguran, siapapun kita dipanggil untuk mencintai Tuhan di atas segalanya. Sebaliknya juga, siapapun kita dipanggil untuk mencintai sesama seperti diri sendiri.
Kalau kita bisa menulis, kita menulis. Kalau kita memiliki waktu, kita bisa menggunakan waktu. Kalau kita bisa mengunjungi, kita mengunjungi, kalau kita bisa bersuara, kita bersuara. Yang pasti kita melakukan sesuatu agar sesama yang menderita bisa tertolong. Jangan sampai nanti Yesus berkata; saat aku kedinginan kamu tidak memberi aku selimut, saat aku kelaparan kamu tidak memberi aku makanan, dst.
Belajar dan belajar
Aktif menolong, aktif dalam pelayanan, biasanya tidak segampang itu datang. tetapi semuanya bisa dipelajari. Selalu ada jalan dan kesempatan untuk belajars esuatu jika memenag ada niat. Sudah ada lembaga-lembaga besar, kalau kita bicara lembaga, yang bisa dijadikan tempat untuk belajar dan menimba ilmu. Kemudian kita mulai bergerak sesuai dengan kapasitas kita sendiri dan sesuai dengan situasi yang ada di sekitar kita.
Semoga kita menjadi murid-murid Yesus yang bukan hanya taat beribadah namun juga rajin melaksanakan kehendak-Nya. Melayani Dia yang nyata dalam hidup sesama kita, terlebih yang berkekurangan.
Di sinilah kita belajar memurnikan hati, membuatnya baru agar siapa diisi oleh anggur yang baru. Kalau hati kita masih hati yang lama, pola pikir yang lama, perilaku yang lama; kita tidak siapa diisi oleh anggur baru, yaitu Sabda Allah sendiri. Kita harus membuat hati kita baru agar Sabda Allah itu tersimpan baik di sana. Mari kita mulai.
salam dan doa
Hong Kong, 20 Januari 2014
NL : (nunut link)
Ini satu link berkaitan dengan keadilan sosial. Kasus Erwiana seorang BMI Hong Kong yang diperlakukan tidak adil.
http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/19/erwiana-hanyalah-puncak-gunung-es-628979.html
http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/01/19/demonstrasi-bmi-hong-kong-628976.html
Comments