Menulis...
“Waris, kamu tahu nggak, orang menghasilkan tulisan itu seperti
serang ibu yang menanti kelahiran bayinya. Sampai tulisan itu terbit, dia belum
akan merasakan kelegaan. Rasanya gelisah tiada tara. Kepala dijejali ‘bayi’ yang minta segera dilahirkan”.
Demikian curhat Romo Ambrosius, teman saya di paroki Santa Teresa.
Dia memiliki gelar akademis PhD dalam bidang inter-religius studies. Dia orang
Singapura yang suka sekali makanan Indonesia. Sebagai seorang Doctor, dia
memang sangat produktif dalam menulis dan meneliti.
Karena ngobrol dengannya, maka saya melihat-lihat blog yang saya
‘lahirkan’ hampir 10 tahun yang lalu. Tulisan pertama kali di blog, tertanggal
22 April 2007.
Waktu itu era media social, termasuk di dalamnya aktivitas nge-blog baru saja mulai. Berhubung saya
pengennnn sekali bisa menulis, maka fasilitas ngeblog gratis ini saya
manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Yang penting belajar menuangkan ide dan aneka gagasan yang melintas
di kepala, atau berbagi pengalaman atas peristiwa yang terjadi di depan mata,
dan seterusnya.
Saya tidak begitu memedulikan apakah blog saya dibaca orang atau
tidak, yang penting nulis dulu.
Era menulis di blog-blog gratis sempat hampir mati dengan hadirnya
FB, kemudian ada media micro-blogging twitter. Saya pun sempat vakum menulis di
blog sangat lama. Ada banyak sebab, misalnya: sempat aktif sekali menulis
catatan ringan “sarapan pagi” di FB. Lalu sempat sangat aktif menulis di
blog-keroyokan milik kompas.com.
Sekarang saya memulai lagi menulis di blog. Alasannya sederhana,
catatan di blog lebih mudah ditelusuri. Kalau saya membutuhkan, lebih mudah
mencarinya. Kalau menulis status di FB, akan cepat terlindas waktu dan sulit
mencari.
Menulis di blog atau di
media yang lainnya, juga mendorong untuk bepergian. Karena dengan bepergian
akan berjumpa dengan pengalaman baru, tempat baru, suasana baru, dan hal lain
yang baru yang sangat asyik kalau dishare di blog. Seperti catatan pertama saya
di blog yang berkaitan dengan perjalanan pertama ke luar negeri.
Kembali ke catatan blog yang saya mulai bulan April tahun 2007. Saya
sempat termenung, karena tulisan kedua di blog ini terdata pada Juni 2008.
Lebih dari setahun baru menghasilkan tulisan kedua, dan seterusnya. Apakah saya
memang setidak produktif itu?
Ternyata tidak. Dalam kurun 2007-2008 saya mengelola 3 buah blog.
Ngopi bareng ini adalah blog yang saya lahirkan pertama, kemudian ada blog
tentang pelajaran agama dan blog berkaitan aktivitas saya di SMA DEMPO.
Kebetulan waktu itu saya bekerja di sana.
Sebenarnya, produktivitas dalam menulis bukanlah sesuatu yang saya
kejar. Menulis dnegan baik-lah yang saya idam-idamkan. Tetapi, setelah hampir
10 tahun ngeblog, tulisan saya yaaa masih begini-begini saja. Kerapkali saya
malu kalau membaca kembali tulisan-tulisan itu. Terkadang juga
terbengong-bengong, kok dulu nulis begitu ya? Dan aneka rasa yang lain.
Hal kedua yang saya sadari dari aktivitas menulis, selain belajar
menulis agar tulisan semakin baik adalah sebagai proses berkatarsis. Proses
pengungkapan diri dan emosi. Menulis adalah terapi untuk meredakan penat dan
stress. Menulis adalah salah satu cara self-healing yang saya percaya bisa
sangat menenangkan.
Ketiga, menulis adalah proses belajar hal baru. Maka menulis mesti
disertai aktivitas membaca. Tanpa membaca akan sangat sulit mendapatkan ide dan
gagasan untuk dituliskan. Tanpa membaca tulisan-tulisan juga tidak memiliki
dasar yangs angat kuat. Terlebih kalau tulisan itu bukan berupa berita, tetapi
sebuah opini/gagasan.
Lalu apa ya. Ya sudah begitu saja. saya hanya pengen bilang,
menulislah. Berbagilah. Terlebih kalau itu adalah sesuatu yang bermutu. Wah,
kata bermutu ini sangat memukul balik. Karena sampai sekarang tulisan-tulisan
saya masih jauh dari kata bermutu.
Lah kok ini malah lanjut lagi tulisannya. Cukuplah. Ini hanya
sekadar ‘melahirkan’ anak yang berkelebatan di kepala.
Salam.
Comments