Drama Kisah Sengsara Tuhan (4)
Kisah sebelumnya
Yesus diadili. Pertama-tama diadili oleh pengadilan agama Yahudi. Kemudian dibawa kepada Pilatus. Meski dalam pengadilan Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun, rakyat tetap menuntut Yesus dihukum mati. Rakyat hanya terpengaruh desakan sekelompok orang, yaitu para elit pemimpin agama saja.
#babak XIII : Yesus dimahkotai duri (Mat 27:27-31)
Yesus diadili. Pertama-tama diadili oleh pengadilan agama Yahudi. Kemudian dibawa kepada Pilatus. Meski dalam pengadilan Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun, rakyat tetap menuntut Yesus dihukum mati. Rakyat hanya terpengaruh desakan sekelompok orang, yaitu para elit pemimpin agama saja.
#babak XIII : Yesus dimahkotai duri (Mat 27:27-31)
Drama kisah sengsara Tuhan sudah mencapai bagian klimaksnya. Yesus sudah dijatuhi hukuman mati meskipun tidak bersalah. Pemuka agama Yahudi telah dibutakan oleh kebencian sehingga menuntut darah dari orang yang tak bersalah. Pilatus karena rasa takut akhirnya memilih dari dengan kecut. Kebenaran tidak ditegakkan, keadilan tidak dijalankan. Tetapi itu menajdi bagian dari rencana Allah yang harus diikuti.
Sebuah
anyaman duri berbentu seperti mahkota dikenakan kepada kepala Yesus. Pedih,
sakit, dan berdarah. Mereka bukan saja mengenakan anyaman duri di kepala Yesus,
mereka menancapkannya. Mereka seolah tidak puas kalau tidak melihat darah
mengucur dari kepala Yesus.
Mereka
mengenakan pakaian ungu dan memegangkan tongkat buluh pada tangan Yesus. Mereka
memperlakukan sperti raja dengan jubbah kebesaran dan mahkota. Tetapi raja yang
mereka buat adalah sebagai olok-olok belaka. Mereka menghina, mereka buta dan
tidak tahu kepada siapa mereka berlaku.
Bahkan
mereka bertindak lebih durjana, lebih daripada para durjana. Mereka menutup
mata Yesus dan memukulnya, kemudian mereka bertanya siapa yang memukul. Mereka
tertawa, seolah ada pencuri ayam yang abru dihakimi masa, babak belur karena
kebencian, bukan karena kejahatan.
Dengan
kebencian yang besar pula, mereka letakkan kayu salib yang berat untuk
dipanggul Yesus. Badan sudah lemah akibat penyiksaan, darah sudah mengalir
deras dari kepala dan mengurangi pandangan. Mereka masih belum puas, mereka
terus menyiksa dan menghujat.
Ya Tuhan, kami juga kerap memperlakukan
Engkau secara demikian. Kami kerap tidak tahu bersikap, tidak tahu berbuat.
Kerap kami memeprmalukan Engkau di hadapan sesama kami. Kami lupa bahwa setiap
dosa yang kami buat adalah sebuah duri yang mencap di kepala-Mu. Tuhan
ampunilah kami. Ampunilah setiap kesalahan yang membuat-Mu makin berat
memanggul salib, karena dosa kami adalah salib yang harus Engkau panggul.
#babak XIV : Yesus disalibkan (Mat
27:32-38)
Putusan telah dijatuhkan. Yesus harus mati dengan cara disalibkan. Cara penghukuman yang paling hina. Orang-orang Romawi bahkan tidak menghukum warganya dengan disalibkan. Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka yang dihukum salib adalah orang-orang yang dikutuk Allah.
Sesuai
dengan kebiasaan waktu itu, mereka yang dijatuhi hukuman mati harus memanggul
sendiri palang salibnya. Mereka disiksa sedemikian rupa sehingga tidak jarang
ada yang sudah meninggal dalam perjalanan memanggul salib. Mungkin ada harapan
bahwa mereka yang dihukum salib tidak terlalu lama menderita.
Orang-orang
Yahudi tersebut bukan hanya ingin membunuh Yesus, mereka juga ingin
mempermalukan Yesus. Maka mereka berharap agar Yesus tidak cepat mati. Maka
ketika melihat kondisi Yesus semakin lemah dan beberapa kali terjatuh, mereka
memaksa seorang pria yang abru pulang dari lading untuk membantu Yesus. Nama
orang itu Simon. Menurut cerita dia berasal dari Kirene. Dengan dibantu oleh
Simon ini Yesus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang disebut tempat
tengkorak. Karena memang sudah sering dijadikan tempat penghukuman, sehingga
banyak tengkorak berserakan. Dalam bahasa Ibrani disebut Golgota.
Setelah
Yesus disalibkan, para prajurit membagi-bagi pakaian Yesus. Berhubung pakaian
Yesus hanya terdiri dari selembar kain, maka mereka mengundinya. Mereka
melakuakns emua sambil terus mengejek Yesus. Mereka juga memberi Yesus minuman
duka bercampur anggur. Jelas rasanya asam, tujuannya untuk mengurangi rasa
sakit. Namun Yesus menolaknya.
Di
samping kiri dan kanan Yesus juga disalibkan penjahat. Yang membedakan adalah,
di atas kepala Yesus ada tertera alasan mengapa Yesus disalibkan. Yaitu karena
Yesus orang Nazareth raja orang Yahudi. Orang-orang Yahudi menolak kata-kata
itu, tetapi Pilatus bersikeras bahwa apa yang sudah ia tulis biarlah tetap
tertulis.
Ya Tuhan, Engkau merelakan Putera-Mu
disalibkan demi kami. Kami yang terus degil dengan segala kedosaan kami. Kami
yang terus berkanjang dalam dosa. Ya Tuhan, curahkanlah Roh-Mu agar kami mampu
mengikuti Sabda Puter-Mu untuk setia di jalan yang telah diajarkan-Nya. Biarlah
kami berhenti mengejek dan memperberat penderitaan Yesus dengan dosa-dosa kami.
#babak XV : Yesus dihina (Mat 27:39-44)
Pendritaan Yesus belum berakhir. Ejekan datang silih berganti. Ada yang berkata, “kamu yang hendak menghancurkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah dirimu sendiri kalau kamu memang anak Allah.” Itu adalah ejekan yang menyakitkan, karena mereka tidak tahu apa yang mereka katakan.
Jelas
bait Allah yang hendak dihancurkan oleh Yesus adalah bait Allah yang penuh
dengan dosa, yaitu hidup manusia. Dan Yesus memang akan membangunnya kembali
dalam tiga hari. Paulus berkata, barang siapa mati bersama Kristus, dia akan
bangkit bersama Kristus, dia akan menjadi manusia baru.
Ejekan
yang lain juga datang. “Orang lain dia selamatkan, tetapi dirinya sendiri tidak
mampu dia selamatkan.” Ejekan ini persis seperti ejekan yang ditujukan kepada
dokter-dokter spesialis. Banyak orang berhasil dia tolong, tetapi kerap kali
mereka juga meninggal karena penyakit yang sama. Atau ejekan kepada dukun-dukun
di pinggir pasar. Mereka meramal nomor-nomor togel, kemudian ada ejekan, kenapa
mereka tidak pasang sendiri nomor itu agar mereka jadi jutawan dan tidak perlu
menjual ramalan lagi.
Tetapi
ejekan itu berbeda, dan alasannya berbeda. Yesus mempu menyembuhkan dan
menolong banyak orang. Tetapi memang Dia tidak mau menolong dirinya sendiri.
Cinta sejati adalah pemberian diri sepenuhnya. Jika Yesus menggunakan kuasanya
untuk dirinya sendiri, semuanya menajdi tidak berarti lagi.
Ejekan-ejekan
itu seperti godaan di gurun pasir dahulu kala. Tatkala Yesus dipaksa
menggunakan kekuasaanya untuk mengubah batu menjadi roti, atau meloncat dari
bubungan Bait Allah. Semuanya adalah ejekan dan godaan si jahat. Kuasa yang
dimiliki bukan untuk pamar diri, tetapi untuk keselamatan manusia. Demikianpun
dengan kondisi di salib. Semua harus dijalani, semua harus terjadi seperti yang
direncanakan oleh Allah Bapa.
Tuhan ajarilah kami berani menjalani hidup
kami seperti yang Engkau kehendaki. Jauhkanlah dari hati kami segala niat untuk
pamer diri dan kuasa. Semoga kami juga mampu menerima ejekan-ejekan yang
diberikan kepada kami. Biarlah semuanya menjadi kemuliaan bagi-Mu, terlebih
jika kami diejek karena mengikuti Engkau, karena mencintai Engkau.
bersambung
Comments