Kisah Tiga Hari yang Suci

Sahabat, mulai hari kamis ini, kita diajak memasuki masa yang suci. kita biasa menyebutnya Tiga Hari yang Suci (Tri hari suci). Banyak orang menyebut tiga hari yang suci itu sebagai: Kamis putih, Jumat Agung dan Minggu Paskah. 

Mari kita refleksikan tiga hari yang suci itu sebagai sungguh-sungguh tiga hari, yang sungguh-sungguh suci. Hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga. Oh iya, cara menghitung hari harus jeli dan jelas. hari dimulai pada jam 6 sore, dan berakhir pada jam 6 sore keesokan harinya. Ini yang harus dipegang. Maka, hari Kamis malam sejatinya sudah dihitung hari Jumat, hari Sabtu sore (di atas jam 6) sudah dihitung sebagai hari Minggu. Mari kita lihat dengan lebih saksama

Hari Pertama : Kasih sejati

Hari pertama dimulai pada hari Kamis malam. Berakhir pada saat Yesus dimakamkan. Hari pertama ini sangat padat, sangat banyak kejadian yang menggincang iman. Kerap kita terlena, dan tidak menyadari betapa pergantian tiap peristiwa membawa kita kepada pengenalan iman yang lebih dalam.

Malam perjamuan terakhir, ketika malam baru turun

Yesus mengadakan perjamuan paskah bersama para murid-Nya. Ada sekelumit drama yang terjadi. Mulai dari pengkhianatan, pemberitahuan mengenai penderitaan, hingga pemberian teladankasih dalam pembasuhan kaki.
Malam di mana Yesus mengadakan perjamuan, adalah malam di mana Yesus mengungkapkan makna kasih yang sejati, seperti apa kasih itu, bagaimana kasih itu harus dilakukan. "Kalau aku Guru dan Tuhanmu melakukan ini, maka kamu harus melakukannya satu dengan yang lain." Itu pesan terakhir yang diberikan Yesus. Kasihilah satu akan yang lain. 
Kasih yang bukan didasarkan pada rasa senang dan tidak senang. Kasih yang bukan didasarkan pada kepentingan. Kasih yang hanya didasarkan pada niat membuat Allah makin dimuliakan. Kasih yang mengambil contoh dan perannya dari kaish Allah kepada manusia.

Di Taman Gethsemani, menjelang tengah malam

Seusai perjamuan, Yesus membawa para murid ke taman Gethsemani. Mereka sudah biasa ke sana, tetapi malam ini bukan yang biasa. Malam ini Yesus penuh ketakutan. Hatiku sangat sedih rasanya. Kesedihan itu begitu kuat, karena Yesus melihat derita yang akan Dia jalani. 
Dia tinggalkan rombongan para murid yang besar dan hanya mengajak tiga murid untuk menemaninya masuk lebih dalam. Namun pada satu titik, Yesus juga meninggalkan mereka, dengan berpesan agar mereka berjaga dan berdoa. Yesus masuk lebih dalam untuk berdoa. Dalam doanya itu terlihat ketakutan dan deritanya.
Kemudian datanglah semua gambaran yang harus Dia jalani. Datanglah para malaikat. Mereka menopang, mereka mencoba menguatkan. Aeandainya Yesus tidak menjalankan, seandainya Yesus tidak meminum cawan itu. Dahulu kala, manusia diciptakan dari debu tanah. Kemudian dari rusuk laki-laki itu diciptakanlah perempuan.
Rusuk itu dibuka. Rusuk Yesuspun nanti juga akan dibuka, ditusuk dengan tombak. Ketika dari rusuk manusia pertama diciptakan manusia lain, dari rusuk Yesus mengalir sumber kehidupan baru untuk manusia. Darah dan air, lambang kehidupan baru. Semua manusia membutuhkan pembaharuan, membutuhkan penyelamatan, membutuhkan darah dan air yang baru. Dan itu hanya mungkin kalau Yesus menjalani semua perutusan-Nya. Akhirnya cawan itupun diminum, dan semua dijalani.

Yesus ditangkap dan diadili, pagi-pagi buta hingga pagi

Setelah pergulatan di taman, Yesus ditangkap. Sahabat dekatnya, yang telah berubah menajdi pengkhianat memimpin rombongan penangkap. Mereka datang lengkap dengan senjata dan pentung, seolah mereka akan menangkap kawanan penjahat. Padahal Yesus selalu berada di tengah jemaat, Yesus tidak pernah sembunyi-sembunyi. Ketika ditangkap para murid lari kocar-kacir. 
Setelah ditangkap Yesus dibawa ke rumah Anas, salah seorang imam kepala. Dia adalah mertua Kayafas, Imam Agung waktu itu. Yesus dibawa ke sana untuk diadili, lebih tepatnya dicarikan alasan kesalahannya agar bisa dihukum. 
Peradilan bukan untuk mencari keadilan. Peradilan hanya untuk mencari kesalahan Yesus, meskipunitu hanya dicari-cari. Maka segala alasan palsu dan saksi palsu diajukan. Tujuannya hanya satu, Yesus harus dilenyapkan. Mereka telah menyimpan kebencian setinggi leher, dan sudah tiba saatnya untu dimuntahkan.
Kemudian mereka membawa Yesus kepada Pilatus. Mereka tidak memiliki kewenangan untuk menghukum seseorang dengan hukuman mati. kewenangan itu hanya milik peremintah Romawi, dan Pilatus adalah gubernur untuk pemerintah Romawi. Hari masih pagi ketika mereka memabwa Yesus ke sana.
Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun. Tetapi rakyat tetap menuntut Yesus agar dihukum mati. Bahkan mereka menuntut hukuman yang paling keji, yaitu disalibkan. Mereka ingin menghina Yesus sehabis-habisnya. Mereka tidak puas kalau hanya membunuh Yesus, mereka juga ingin menghina Dia sejadi-jadinya.

Yesus disalibkan dan wafat, menjelang tengah hari dingga menjelang sore hari

Akhirnya hukuman dijatuhkan. Yesus dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan. Dia harus memanggul sendiri palang salibnya. Mungkin waktu Yesus dijatuhi hukuman mati sekitar jam 9 pagi. Kemudian perjalanan menuju ke bukit di mana Dia akan disalibkan memakan waktu 3 jam. 
Sesampai di sana hari sudah tengah hari. Yesus kemudian disalibkan. Menurut catatan Kitab Suci, Yesus tergantung di sana kurang lebih selama 3 jam. Jadi kemungkinan besar Yesus meninggal pada jam 3 sore.
Masih ada tiga jam lagi sebelum hari Sabbat datang. Hari Sabbat itu hari Sabtu, orang dilarang melakukan banyak pekerjaan. Juga tidak diperbolehkan ada mayat yang tergantung di salib. Maka Yesus segera diturunkan dari salib dan dimakamkan. Setelah semuanya selesai, mereka pulang.
Ada kabar yang mengatakan bahwa Maria memiliki rumah di Yerusalem, maka mereka kembali ke rumah Maria di sana. Karena hari Sabbat sudah akan segera datang, maka mereka harus segera masuk ke rumah. 
Hari pertama berakhir dengan pemakaman Yesus. Dan mulailah hari suci yang kedua.

Hari Kedua : Harapan Sejati

Hari kedua dimulai pada hari Jumat sore, jam 6, dan akan berakhir pada Sabtu sore, jam 6 juga. Suasana hari kedua adalah suasana sepi dan berkabung. Yesus berada di makam. Selain itu peraturan Sabbat memang tidak memperbolehkan orang melakukan banyak kegiatan. Maka yang bisa dilakukan hanyalah berdoa dan meratap sedih akan kematian Yesus. Suasana berkabung. Kitapun juga berkabung.
Apa yang bisa diisi dalam situasi ini? Ada baiknya kalau kita juga ikut berjaga bersama Yesus yang sedang bergulat melawan maut di alam kematian. Kita berjaga dan berdoa. Suasan sepi sangat baik untuk dipakai bermenung. Sebaiknya juga kita ikut mematikan segala dosa dan keakuan.
Saya memberi nama hari kedua ini sebagai Harapan Sejati. Yesus yanga dalah pokok harapan kita telah mati. Masihkah kita memiliki harapan? Dan saya menemukan bahwa, harapan sejati itu adalah kalau harapan untuk berharap saja sudah tidak ada tetapi saya masih tetap berharap, itulah harapan sejati. Berharap bukan pada apa yang kelihatan, tetapi pada Yesus yang ada di makam.
Sedikit catatan. di banyak tempat hari Sabtu ini menjadi begitu sibuk, sehingga tidak sempat untuk berjaga dan bermenng bersama Yesus yanga da di makam. Banyaknya persiapan untuk malam Paskah membuat banyak orang terpusat dan tercurah hanya untuk bekerja dan bekerja.

Hari Ketiga : Iman Sejati

Harapan itu tidak sia-sia. Iman itu akhirnya mendapatkan jawabannya. Ketika hari Sabbat berakhir pada hari Sabtu sore, jam 6, hari ketiga dimulai. Tetapi hari sudah malam, tidak ada yang beraktivitas. Juga para murid dan keluarga Yesus. Maka ketika hari masih pagi, pada Minggu pagi, sahabat dekat Yesus segera bergegas ke makam. Mereka ingin menjenguk dan memberi minyak-minyak serta bunga-bunga. Mungkin ketika dimakamkan, semuanya berjalan dengan cepat-cepat saja. Maka dua sahabat dekat Yesus ingin menyempurnakan apa yang mereka lihat belum lengkap.
Namun karena terdorong oleh rasa cinta, mereka tergesa-gesa dan lupa akan siapa yang akan membuka pintu kubur. Kubur itu ditutup dengan batu. Siapa yang akan membukanya bagi mereka, karena mereka hanyalah perempuan yang lemah. Tetapi logika sepertinya sudah kacau balau. Dorongan hati untuk segera sampai di makam lebih kuat daripada logika membuka pintu makam. Sesampai di sana mereka menjumpai makam sudah terbuka, dan mereka hanya menemukan makam yang kosong. Lalu ada malaikat memberitahukan bahwa Yesus telah bangkit.
Iman sejati itu bukan bersadar kepada panca indera atau pemahaman logika. Iman sungguh hanya bersandar kepada Cinta dan Pengharapan pada Allah. Iman dua perempuan itu memberi penjelasan bahwa Yesus memang sudah bangkit, bukan karena mereka melihat Yesus bangkit, mereka hanya melihat makam yang kosong. Mereka juga hanya mendengar dari malaikat yang mengabarkan bahwa Yesus sudah bangkit.
Demikian juga dengan kita, kita tidak pernah melihat Yesus bangkit. tetapi kita percaya bahwa yesus bangkit. Itulah iman. Bukan karena indera dan bukan karena pemahaman pengetahuan. Tetapi sungguh karena dasar kepercayaan akan Tuhan dan Cinta yang besar akan Tuhan.

Penutup

Inilah sedikit bahan untuk bereflesi selama masa Tiga Hari yang suci ini. Semoga Cinta, Harapan dan Iman Anda semakin besar.


Comments

Popular Posts