Gusti Ora Sare

Sahabat, ungkapan Gusti ora sare berarti Tuhan tidak tidur. Ungkapan ini langsung bergaung di hati ketika saya mendapat dan membaca dua buah SMS malam ini. Yang mengirim SMS memberitahukan bagaimana mereka mengalami kegembiraan di tengah situasi berat yang sedang mereka hadapi. Membaca SMS yang katanya diketik dengan tangan gemetar karena besarnya rahmat yang dia terima, sayapun hanya berujar, Gusti ora sare.


Tuhan tidak pernah tidur. Dia selalu menjaga anak-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya. Dia selalu memerhatikan anak-anak-Nya yang hatinya selalu terbuka akan kasih Bapanya. 

Mungkin baik juga kalau saya ceritakan sedikit mengapa kegembiraan sahabat saya ini begitu besar.

Beberapa tahun terakhir ini, sahabat saya ini mengalami penderitaan yang silih berganti seolah tiada akan berakhir. Keluarga pecah. Suami pergi entah ke mana, saudara tidak ada yang mendukung. Harta yang dulu begitu banyak perlahan-lahan hilang dan habis. Bahkan dia sekarang tidak memiliki tempat tinggal lagi kalau harus kembali ke tanah air. Dalam situasi seperti itu dia mesti kehilangan pekerjaan. Diputus kontrak. Ternyata ini belum berakhir. Ada kabar bahwa saudara yang sedianya bersedia membantu merawat anaknya, sekarang menyatakan tidak mau lagi membantu merawat. Sebuah pukulan yang teramat berat. Jika ada ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga, sahabat saya ini sudah jatuh tertimpa tangga beserta seluruh bangunannya.

Dalam segala deritanya, sahabat saya ini hanya bisa menyerahkan diri pada kekuatan Tuhan. Doa tidak pernah putus dia lambungkan. Setiap tengah malam terjaga hanya untuk menyebut nama Tuhan, hanya untuk menyampaikan permohonan agar dia diberi kekuatan untuk tetap bisa berdiri dan tetap menyunggingkan senyum di bibir. Dia sudah kehilangan banyak, termasuk keluarga dekat. Maka dia hanya memiliki satu orang dan satu tempat untuk bergantung, yaitu Bapanya yang tidak pernah tidur, yang tak pernah lelah menjaga.

Inilah kegembiraan yang dia rasakan. Kontrak baru dia dapatkan. Meskipun baru seminggu berada di rumah majikan, sahabat saya ini bisa merasakan bahwa Tuhan sudah mengabulkan segala jeritannya melalui majikan ini. Kebaikan dan ketulusan majikan sungguh hanya bisa terjadi jika Tuhan berkenan, jika Tuhan memberikan jalan. Maka dia hanya bisa bersyukur kepada Tuhan yang selalu dia sebut dalam seluruh untaian doa.

Juga bagi para pendosa

Juga bagi para pendosa, dan orang-orang berdosa, Tuhan tidak pernah tidur. Ada orang yang karena ketidaktahuannya hidup di dalam dosa. Ada orang-orang yang begitu lemah, karena lemahnya mereka tidak sanggup untuk keluar dari belenggu dosa yang mengikatnya. Dibutuhkan tangan kuat untuk membuka ikatan belenggu dosa itu dan menarik mereka keluar. Juga bagi mereka Tuhan tidak pernah tidur.

Itulah juga yang dialami oleh Matius atau Levi. Oleh masyarakat dia dikenal sebagai pendosa, karena dia seorang tukang pajak. Pada waktu jaman Yesus, tukang pajak dikelompokkan dalam  golongan orang berdosa. Karena mereka dianggap sebagai pemeras dan pembela penjajah Romawi. Kebanyakan dari mereka tidak kuasa keluar dari 'stigma' tersebut. Pergaulan mereka juga terbatas, yaitu sesama mereka dan sesama orang yang oleh masyarakat dianggap sebagai pendosa. 

Yesus lewat dan memanggil Levi untuk menjadi murid-Nya. Yesus datang untuk mengangkat Levi dari belenggu stigma masyarakat. Kehadiran Yesus yang memanggil Levi bukan hanya berarti bagi Levi sendiri, tetapi juga bagi teman-teman Levi ketika Yesus makan bersama mereka. Kehadiran Yesus yang tanpa canggung di tengah mereka sungguh anugerah. Itu mengubah.

Kehadiran Yesus di tengah-tengah orang berdosa itu bak tangan kuat yang menarik mereka keluar. Bak pundak yang kokoh bagi jiwa yang rapuh. Seperti telaga bagi jiwa yang haus. Seperti mentari pagi bagi para peronda malam. Dia adalah harapan tempat setiap hati berpaut. Juga bagi para pendosa itulah Tuhan tidak pernah tidur, karena Yesus datang untuk para pendosa.

Hati berjaga = hati bertobat

Levi langsung bangun dan mengikut Yesus begitu telinganya mendengar panggilan Yesus. Mengapa Levi tidak perlu berpikir dua kali? Kemungkinan besar Levi sudah lama merindukan panggilan itu. Selama ini Levi ingin keluar dari lingkungan yang dianggap berdosa ini, tetapi dengan kekuatan sendiri dia tidak mampu. 

Demikian juga dengan kawan-kawannya. Mereka membutuhkan satu pribadi yang bersedia membantu mereka keluar dari kungkungan kegelapan. Pribadi itu ternyata hadir dalam diri Yesus. Maka mereka juga tidak berpikir dua kali untuk keluar dari kehidupannya yang lama dan memulai hidup baru. Mereka seperti orang-orang sakit yang menemukan tabit, menemukan dokter. Mereka adalah orang-orang berdosa yang mengakui diri berdosa dan kemudian rela bertobat.

Hanya hati yang terjaga, hati yang terbuka akan kehendak Allah, akan mampu mendengar panggilan Allah. Hanya hati yang sungguh merindukan panggilan Allah memiliki kemampuan untuk mendengar, meski suara itu begitu pelan. Bagi merekalah Yesus sungguh hadir. Dia datang bukan bagi orang yang merasa suci, dia datang bagi mereka yang sungguh mau bertobat. Mereka adalah para pendosa.

Suara panggilan Allah itu hadir di sekitar kita. Levi dan teman-temannya mengalami panggilan Allah melalui Yesus. Sahabat yang saya ceritakan di atas mengalami Allah yang sungguh hidup melalui majikan, melalui kawan-kawan di shelter yang rela menangis bersama, tertawa bersama, melalui suster yang bersedia memberikan pundak dan telinganya untuk setiap beban yang dia bagikan. Di tengah semua itu, sahabat saya itu juga membuka diri akan kehendak Allah. Karena dia sudah tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan, maka dia sungguh bersandar pada Allah. Dimulai pada saat dia mengakui diri sebagai orang berdosa, saat dia mengakui kesalahannya di masa lalu dan hendak memulai segalanya dengan baru. Saat itulah Tuhan mulai bekerja. Maka sapaan Allah yang meskipun perlahan sudah membuatnya tersanjung begitu tinggi.

Melihat dan mendengarkan peristiwa-peristiwa tersebut saya hanya bisa mengucap syukur. "Tuhan ampunilah aku orang berdosa ini. engkaulah tabib yang menyembuhkan segala sakit dan deritakuku. Tuhan terimakasih atas segala kasih setia-Mu. Karena engkau sungguh murah hati. Meskipun aku berdosa, Engkau mengijinkan aku untuk melihat kuasa-Mu yang begitu agung. Engkau memberiku kesempatan menyaksikan bagaimana Engkau sungguh memerhatikan kerendahan hati umat-Mu, bagaimana Engkau mendengarkan jeritan anak-Mu yang siang malam memehon pertolongan-Mu. Engkau selalu ada di saat anak-anak-Mu membutuhkan. Engkau tidak pernah ke mana-mana, Engkau selalu ada di sana. Terimakasih Tuhan atas semuanya itu. Sekali lagi Engkau menunjukkan betapa Engkau mencintai kami. Tuhan ampunilah kami yang belum mampu membalas kasih-Mu itu dengan sepantasnya."

Hong Kong, 7 Maret 2014, 11:38pm

Comments

Popular Posts