Pujiono Idol
Namanya Pujiono. Saya menyebutnya Pujiono Idol, meski dia tidak lolos Indonesia Idol, tetapi dia sudah menjadi idol, sebelum Indonesia memilih idolanya. Lihatlah link youtube edisi audisinya, sudak diklik orang lebih dari 2 juta kali. Belum terhitung canel-canel lain yang mengcopy tayangan itu, kalau ditotal bisa banyak sekali. Ada apa dengan Pujiono?
Ayah dua anak ini mengaku campuran Cilacap dan Betawi. Pekerjaannya pun campuran, untuk tidak mengatakan serabutan, seperti tukang parkir, pengamen, dll. Ketika ditanya alasan ikut ajang. Indonesia Idol jawabannya juga serabutan, ingin meramaikan musik Indonesia.
Pujiono ini pencinta Indonesi sejati. Ketika Ahmad Dhani bertanya mengenai penyanyi barat idola, dengan bahasa Jawa dia menjawab tidak memiliki. Alasannya tidak bisa bahasanya, dari pada malu. Jawaban sederhana tapi menohok Ahmad Dhani, karena penonton Indonesian Idol tentu masih ingat ketika Ahmad Dhani menjadi satu juri ajang bertemunya para idol dari berbagai negara. Dengan bahasa Inggris sepatah-patah, dia malah menjadi bahan guyonan banyak orang.
Pujiono tampil dengan lagu ciptaanya sendiri, Manisnya Negeriku. Lagi sederhana, namun penuh kejujuran. Hatinya tidak rela melihat negerinya hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Meski dia orang kecil, dia ingin memberi sesuatu, sebuah lagu bagi negeri.
Para juri memang tidak menilai penampilannya. Mereka rupanya sudah sepakat bahwa Pujiono tidak cocok sebagai idol. Kurang menjual! Tetapi memang Pujiono bukan untuk dijual. Siulannya susah ditirukan. Dan keotentikannya tidak gampNg ditiru.
Setelah acara tersebut, lagu Manisnya Negeriku dibeli oleh Partai Hanura. Tentu untuk kepentingan kampanye. Bukan hanya itu, Pujiono laris manis, tampil di berbagai acara televisi, tentu yang ada di bawah naungan MNC, yang dipunyai oleh calon wakil presiden dari partai Hanura.
Apakah kehidupan Pujiono berubah dengan ini semua? Ternyata tidak, atau mungkin belum. Meski dia sering muncul di acara tv, toh kehidupannya masih seperti biasa. Banyak reporter tv yang berusaha melihat secara langsung kehidupannya. Rumah sederhana, perabot, baju-baju, semua sederhan. Pujiono juga tidak atau belum kelihatan berubah sikap. Dia masih seperti biasanya. Hidup tetap dijalaninya dengan sederhana tanpa keluhan. Kesulitan tetap dihadapi, kesukaan juga dihadapi.
Melihat beberapa kali tayangan Pujiono, saya diingatkan akan sebuah nilai, kesederhanaan dan ketulusan. Dia mencipta dari ketulusan dan kecintaan. Dia mencipta lagu yang sangat nasionalis, tetapi dia lupa ekonomis. Maka meski lagunya telah dibeli oleh partai yang kaya, dia tetap miskin. Yang pasti dia tidak kehilangan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa dengan banyak hal, misalnya ketika penampilannya di audisi Indonesia Idol tidak dinilai, dia tidak kecewa. Dia hanya berkata, 'belum rejekinya.'
Hari ini sayapun diingatkan akan hal yang sama. Kalau aku mau mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh, aku harus siap memanggul salib. Bagaimanakah hal itu? Apakah sama dengan memanggul kayu salib ke mana-mana? Apakah sama dengan berkalung salib yang besar sepertimkalung bapak Uskup?
Ternyata bukan itu. Yang dibutuhkan adalah kesederhanaan dan ketulusan hati untuk sungguh mau ikut Yesus. Mengikut bukan sekadar berjalan di belakang tanpa mengetahui mengapa mengikut. Mengikut di sini dengan penuh kesadaran karena mencintai. Seperti kita mengikuti orang yang kita cintai, kita akan tulus melakukan apa saja. Bahkan yang berat juga tidak lagi terasa berat.
Maka ajakan Yesus kepada orang-orang yang mengikuti-Nya sejatinya ajakan kepada mereka yang mengatakan mencintai Yesus. Apakah cintanya tulus atau hanya di bibir saja, itu akan segera ketahuan dalam perjalanan. Kalau cintanya tulus, mereka tidak akan mengeluh kalau diminta memanggul salib, tetapi kalau cintanya hanya di bibir, mereka akan mengeluh.
Cinta yang tulus itu cinta yang sederhana, tidak macam-macam. Bagaimana kita bisa memiliki cinta seperti itu? Ada sebuah doa kuno yang mungkin bisa membantu kita. Doa itu berisi soal mengikuti Yesus karena mencintai-Nya. Doanya seperti ini.
Dari hari ke hari ya Tuhan, hanya satu yang aku minta. Melihat-Mu lebih jelas.
Dari hati ke hati ya Tuhan, hanya satu yang aku minta. Mencintai-Mu lebih mesra.
Dari hari ke hari ya Tuhan, hanya satu yang aku minta. Mengikuti-Mu lebih dekat.
Hanya hati yang tulus dan sederhana yang akan mampu melihat kehadiran Tuhan. Ketika kita mampu melihat kehadiran Tuhan dalam hidup sehari-hari, kita akan dimampukan untuk mencintai-Nya. Kalau kita sungguh mencintai-Nya, kita akan mengikuti-Nyan ke manapun Dia pergi, meski jalan yang ditempuh sulit dan berbatu.
Pujiono memang tidak tampil di panggung spektakuler, tetapi dengan kesederhanaan dan ketulusannya, dia telah menjadi idol. Mengikuti Yesus bukanlah seperti ajang idol, mengikuti Yesus adalah soal mencintai-Nya. Tidak ada dewan juri yang menilai. Tidak ada polling sms yang menentukan. Tetapi kesederhanaan dan ketulusan hati dalam mencintai adalah kunci memenangkannya.
Hong Kong, 5 Maret 2014, 11:05
Catatan:
Kalau ingin menonton youtube Pujiono, cukup ketik pujiono indonesian Idol, maka akan muncul banyak sekali.
Foto diambil dari misikgank.com
Comments
Selamat malam....