Naaman dan Orang Asing
Bertemu dengan orang asing itu tidak gampang. Saya sudah membuat catatan mengenai orang asing. Di sini saya ingin membuat catatan mengenai suka-duka berjumpa dengan orang asing. Ada Naaman, panglima perang bangsa Siria yang harus bertemu dengan orang asing. Ada Yesus yang berkata, "tidak ada nabi yang dihormati di kampungnya sendiri."
Naaman dan orang asing
Kisah Naaman bisa kita baca dari buku mengenai raja-raja di Israel. Mari kita simak kisahnya.
Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta. Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman.
Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."
Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: "Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu."
Maka jawab raja Aram: "Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel." Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian. Ia menyampaikan surat itu kepada raja Israel, yang berbunyi: "Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya."
Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: "Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku."
Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: "Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel."
Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir."
Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: "Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.
Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."
Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!"
Orang sakit akan melakukan apa saja demi kesehatannya. Bahkan kalau harus melakukan berbagai ritual demi kesehatannya. Naaman sakit kusta. Bukan hanya pada jaman itu, pada jaman sekarangpun kusta dianggap penyakit yang 'menjijikkan'. Apalagi Naaman adalah orang terkenal, public figure. Sedangkan kusta dianggap penyakit yang hanya mungkin dialami oleh mereka yang kurang bersih hidupnya. Bagaimana mungkin seorang panglima perang tidak bersih hidupnya?
Segala cara sudah ditempuh, namun hasilnya belum ada. Hingga ada seorang pembantu memberitahu mengenai seorang nabi yang ada di Israel. Maka raja Aram mengijinkan panglima perangnya untuk pergi ke Israel mencari pengobatan.
Memercayai 'kehebatan' orang asing itu gampang-gampang susah, atau mungkin susah-susah gampang. Karena tidak kenal, tidak tahu rekam jejaknya bisa jadi mudah dipercaya atau sebaliknya juga tidak mudah memercayai. Naaman memilih percaya.
Persoalan baru mulai timbul ketika kenyataan tidak sesuai dengan gambaran. Dia membayangkan akan disuruh melakukan sesuatu yang berat. Nyatanya dia hanya disuruh berendam di sungai. Dia kecewa, karena panglima perang bangsa Siria, yang terkenal gagah perkasa, mengapa hanya disuruh berendam di sungai? Dia juga kecewa karena Elisa, nabi itu tidak menampakkan wujudnya. Dia hanya menyuruh pembantunya.
Untunglah masih ada yang mengingatkan Naaman. Seandainya dia disuruh melakukan sesuatu yang berat, pasti akan dia lakukan. Padahal ini hanya melakukan sesuatu yang ringan. Mengapa tidak mencoba?
Naaman mencoba dan dia sembuh. Barulah dia sadar akan kuasa Tuhan.
Yesus dan orang asing
Dan kataNya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadi pada Naaman, orang Siria itu."
Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Memercayai orang asing itu susah-susah gampang, atau mungkin gampang-gampang susah. Lantas, bagaimana dwngan memercayai orang dekat, yang sudah kita kenal? Manalah lebih mudah? Susah-susah gampang atau gampang-gampang susah? Rupanya kasusnya sama. Karena mengenal rekam jejaknya, kerap menghalangi seseorang untuk mudah percaya. Maka Yesus berkata, "Nabi tidak dihormati di tempat asalnya."
Pernyataan Yesus direspon dengan kemarahan.
Saya tidak akan mengajak Anda mengadili orang lain. Mari kita lihat diri sendiri. Kalau ada teman kita, yang kita kenal setiap hari, tiba-tiba menasehati kita, apakah kita akan percaya? Apalagi kalau kita tahu dengan pasti bahwa dia hidupnya tidak baik. Hampir pasti kita akan menolak. Kita akan berkata, "halahhh, hidupmu saja nggak karu-karuan kok mau menasehati kami."
Kerap kita sulit memisahkan antara apa yang dinasehatkan dengan apa yang dikatakan. Bahkan, karena kita merasa mengenalnya, ada banyak faktor yang memengaruhi. Bahkan faktor yang tidak masuk akal, seperti permasalahan masa lampau, rasa iri, dll. Sehingga kita sulit menerima sesuatu yang baik.
Bagaimana dengan Yesus bagi Anda? Apakah Dia orang asing? Bagaimana kalau Dia menasehati Anda? Apakah kira-kira akan kita tolak? Atau kita ikuti? Anda sendiri yang bisa menjawab. Terlebih kalau nasehat Yesus itu tidak seperti yang kita harapkan.
Hong Kong, 24 Maret 2014, 08:45pm
Comments