Suami teladan
Bagi saya hanya ada satu suami teladan. Namanya Yusuf. Beliau suaminya Maria, bapaknya Yesus. Bagi saya ada beberapa alasan mengapa Yusuf saya sebut sebagai suami teladan. Pertama, mencintai. Kedua, memercayai. Ketiga, bertanggungjawab.
Situasinya
Data yang kita miliki mengenai Yusuf, hanyalah data yang ada di dalam Kitab Suci. Di sana diceritakan bahwa Yusuf memiliki seorang tunangan bernama Maria. Kemudian diceritakan bahwa Maria mengandung sebelum mereka berhubungan sebagai suami istri. Hal ini tentu mengagetkan Yusuf. Diceritakan juga bahwa Yusuf ini orang yang lembut hati dan tidak ingin mempermalukan orang lain. Maka dia ingin menceraikan Maria secara diam-diam. Tetapi, ketika Yusuf sedang menimbang-nimbang rencana ini, Tuhan ikut campur. Lewat mimpi, Yusuf diberitahu bahwa janin yang dikandung Maria bukanlah hasil dari benih laki-laki. Tetapi itu dari Roh Kudus. Kemudian Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya.
Mencintai
Yusuf mencintai Maria, istrinya. Juga ketika mereka masih bertunangan atau berpacaran. Saya tidak tahu apakah mereka berpacaran seperti halnya pasangan-pasangan sekarang berpacaran. Tetapi sudahlah, toh saya tidak akan membahas soal gaya Yusuf dan Maria berpacaran. Saya akan berbicara bagaimana Yusuf begitu mencintai Maria.
Tidak ada yang pernah tahu, berapa usia Yusuf ketika melamar Maria. Menurut beberapa sumber, entah itu cerita dari mulut ke mulut atau dari sumber-sumber tingkat kedua. Menurut rumor, Yusuf itu sudah cukup berusia ketika melamar Maria. Ada juga yang mengatakan bahwa Yusuf ini sudah menjadi duda ketika menikah dengan Maria. Catatan yang sungguh kita miliki adalah, Yusuf ini masih dalam keturunan Daud.
Yusuf sangat mencintai Maria. Dari mana saya bisa begitu yakin bahwa Yusuf sangat mencintai Maria? Berdasarkan apa yang terjadi, bukan hanya sebelum mengambil Maria sebagai istri, tetapi juga sikap yang ditunjukkan Yusuf setelah menjadi suami Maria. Sikap seperti apa? Sikap Yusuf yang sangat memercayai Maria. Bagi saya, mencintai berarti memercayai. Kalau tidak ada kepercayaan, maka tidak ada cinta. Jika seseorang mengatakan mencintai, maka dia harus memercayai dia yang dia cintai.
Memercayai
Memercayai adalah bukti utama mencintai. Bukti kepercayaan adalah saat pasangan berada dalam kesulitan. Mari kita lihat kasus Yusuf. Dia mendapati Maria mengandung, padahal mereka belum pernah berhubungan. Yusuf tentu kecewa, tetapi rupanya dia masih cukup waras. Dia tidak kalapmdan marah membabi buta. Dia ingin menceraikan.
Kata menceraikan ini berarti melepaskan hak. Maria adalah hak Yusuf, tetapi hak itu hendak dilepaskan dan serahkan kepada pria yang mungkin lebih dicintai Maria. Pelepasan hak itu juga hendak dilakukan secara diam-diam. Yusuf tidak mau mempermalukan Maria. Lihatlah betapa baiknya Yusuf.
Kepercayaan Yusuf itu terbukti ketika dia diberitahu bahwa Maria hamil bukan karena ulah laki-laki. Yusuf percaya. Kemudian dia mengambil Maria sebagai istrinya. Bukan hanya mengambil Maria sebagai istri tetapi sungguh bertanggungjawab sebagai suami. Yusuf mengambil segala risiko sebagai suami Maria. Dia menanggung segala beban yang harus diterima. Dia tidak pernah menyesal bahwa telah setuju menjadi suami Maria, karena dia sungguh percaya bahwa ada rencana Tuhan. Yusuf tidak pernah menyesal dan dia menjalankan semuanya dengan penuh tanggung jawab.
Bertanggung-jawab
Mencintai dibuktikan dengan sikap memercayai. Cinta dan kepercayaan ditunjukkan dengan tanggung-jawab. Menafkahi, melindungi adalah bentuk tanggungjawab. Membawa Maria dan bayi Yesus ke Mesir untuk menghindari kejaran Herodes. Dan masih banyak yang dilakukan oleh Yusuf yang tidak tercatat. Saya tidak ingin membahas lebih banyak soal tanggung-jawab. Saya ingin menunjukkan satu hal yang menarik tentang Yusuf. Dia itu tidak pernah berbicara. Itu data yang kita peroleh dari Kitab Suci
Silence is Gold
Diam itu emas, itu kata pepatah. Yusuf tidak pernah berbicara tetapi dia menjalankan apa yang dia yakini. Ketika dia setuju dengan sesuatu, maka dia menjalankannya dengan sepenuh hati. Hal ini sangat menarik. Karena kebanyakan dari kita lebih suka berbicara. Seperti saya ini contohnya, terlalu banyak berbicara. Sedangkan Yusuf lebih banyak diam dan mendengarkan.
Di sinilah kuncinya, mengapa Yusuf bisa begitu mencintai dan memercayai Maria, karena dia mendengarkan. Mendengarkan bukan hanya kata, tetapi juga perasaan (emosi) dan apa yang tidak terungkap dengan kata dan emosi. Yusuf tidak banyak berbicara, tetapi sungguh aktif mendengarkan. Dia mendengarkan kehendak Tuhan.
Ini sebuah contoh yang sangat baik, bagi saya. Karena, sekali lagi, saya banyak berbicara dan kurang mendengarkan. Sedangkan Yusuf sangat sedikit berbicara dan banyak mendengarkan. Maka Yususf adalah suami idaman, sedangkan saya pasti bukan. Kalau saya masih terus berbicara, saya jadi malu dengan Yusuf, maka saya sudahi saja sampai di sini. Pesan terakhir, mari kita teladani Yusuf. Kalau kita berbicara, hendaklah itu meluap dari apa yang kita dengar dari Tuhan. Seperti Yusuf.
Hong Kong, 19 Maret 2014, 9:44am
Comments
Silahkan datang dan daftarkan diri anda sekarang juga..
hanya di sini JP berapapun di bayar.
discount 29%/59%/66%
Banyak Promo Menanti Anda!
* Minimal deposit 50.000 dapatkan bonus sampai dengan 100.000
* Bonus Next Deposit 5%
WA : +6282272437922
LINE : @majutoto
LINK ALTERNATIF : Jerukpurut.com