Persiapan

Tadi sore (19/03/2014) saya berkunjung ke Eastern Hospital di Hong Kong. Mengunjungi kakak dari seorang sahabat dari Melbourne. Setelah mendapat informasi dari beberapa kawan bagaimana cara menuju ke RS tersebut, sepulang kursus saya langsung menujunke sana. Saya mengira semuanya akan lancar, ternyata ada saja hal aneh yang datang, ini salah satunya.
Sembari menumpang MTR, saya menelfon seorang sahabat berkaitan dengan perayaan Paskah. Setelah menelfon HP sayang heng. Tiba-tiba tidak bisa dimatikan, dan begitu bisa saya matikan tidak dapat saya hidupkan lagi. Saya sempat panik, namun pura-pura cool. Saya pencet tombol power lama sekali, namun tiada reaksi. Saya mengira karena berada di dalam MTR maka HP bisa hang dan akan pulih kembali setelah keluar dari stasiun. Ternyata, setelah keluar dari stasiunpun tetap hang.
Berdasar ingatan akan arah rumah sakit, saya mencari minibus yang menuju rumah sakit. Sepanjang jalan tombol power saya pencet terus. Hasilnya nihil. Kemudian HP tersebut saya pukul-pukulkan tangan, berharap ada yang konslet di dalam dan setelah terkena goncangn akan sembuh. Hasilnya nihil. 
Sampailah saya di rumah sakit. Seperti orang dungu saya mondar-mandir di loby utama. Saya berharap berjumpa dengan orang yang saya kenal. Setelah lebih 10 menit mondar-mandir, maka saya menyerah dan mencari tempat duduk. Di saya saya meneruskan usaha menghidupkan HP, karena informasi di mana pasien berada, hanya ada di inbox WA. Dan karena HP mati, saya juga tidak bisa menghubungi sahabat saya tersebut. 
Setelah tidak tahu berapa kali, berapa kuat dan berapa lama menekan tombol power serta memukul-mukulkan HP ke paha, ada niat membanting HP, tapi ga jadi. Karena kalau saya banting, saya belum mampu mencari gantinya. Namun, ketika putus asa hampir datang, HP saya tiba-tiba hidup kembali. Aduhhhhhh, lega sekali rasanya. Kemudian saya membuka inbox WA dan mencari tahu kamar dari kakak sahabat saya ini. Singkat cerita saya menjumpai mereka di lantai 10 blok B kamar 33. 
Di kamar yang luas tersebut ada tiga ranjang, yang ada pasiennya hanya dua. Kakak dari sahabat saya menempati ranjang di dekat pintu masuk. Di sekeliling ranjang ada beragam mesin. Saya sempat terkejut, karena baru pertama mengunjungi pasien dengan banyak kabel menempel di badan serta banyak mesin di sekitar tubuh. Rupanya ada saraf di otak yang pecah sehingga tidak bisa mengendalikan fungsi organ tubuh. Jantung tidak bisa memompa darah, maka dipakailah mesin membantu memompa. Karena seluruh darah diarahkan ke jantung, maka bagian organ lain tidak mendapatkan suplai yang cukup. Akibatnya kulit langsung menghitam, terutama di buku-buku jari. Ginjal juga tidak berfungsi lagi.
Menurut sahabat saya, semua peristiwa itu terjadi begitu cepat. Pada hari Sabtu kemarin, kakaknya ini bersama putrinya sedang berbelanja di pasar, mungkin di North Point karena mereka tinggal di North Point. Saat berbelanja itulah ibu ini terkena serangan dan langsung pingsan. Semua begitu cepat. Tidak ada yang menduga bahwa ibu ini akan mengalami serangan seperti itu. Melihat kondisi badannya, saya menduga bahw ibu ini cukup sehat. Badannya tidak kurus juga tidak gemuk. Kelihatan sehat. Sahabat saya juga menceritakan bahwa kakaknya itu sehat. Selama ini tidak mengeluh sakit tertentu. 
Peristiwa itu memberi satu pesan kepada saya. Berjaga-jaga! Seperti kisah dalam Injil. Ada dua orang. Yang satu kaya dan yang satu miskin. Yang kaya selalu berpesta pora. Yang miskin, selalu mengemis meminta makanan sisa dari yang jatuh dari meja pesta si kaya. Tetapi si kaya tidak mau memberi. Dia bahkan menyuruh anjing-anjing menjilati borok si miskin. 
Akhirnya si miskin meninggal. Pada saat meninggal, malaikat-malaikat mengangkat jiwa si miskin ke surga. Di sana dia dipangku oleh Abraham. Kemudian si kaya juga mati. Tetapi malaikat tidak ada yang datang menjemput dia. Dia masuk ke tempat yang mengerikan. Si kaya sangat menderita, bahkan untuk minum saja dia tidak mendapatkan air. Ketika dia menoleh ke atas, dia melihat si miskin yang biasa mengemis di rumahnya sedang dipangku Abraham. Maka dia meminta belas kasihan agar si miskin, yang namanya Lazarus berkenan mencelupkan jarinya ke dalam air dan meneteskan ke mulutnya. Tetapi permintaannya ditolak.
Si kaya ini tidak pernah mempersiapkan diri untuk masuk ke kehidupan kekal. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang. Sedangkan Lazarus selama hidupnya hanya bergantung dari belas kasih orang, dan terutama dari belas kasih Tuhan. Si kaya selalu percaya kepada diri sendiri, pada kekayaan dan kemampuannya. Lazarus tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan, dia hanya percaya pada Kasih Tuhan.
Lazarus yang miskin, mati lebih dahulu. Bisa dimengerti karena kurang gizi. Si kaya, dengan kekayaannya toh pada akhirnya mati juga. Dan ketika saat itu tiba, tak ada yang bisa menyelamatkannya. Bahkan kekayaannya yang banyak tidak bisa dia bawa. Sebaliknya kekayaannya itu menghalanginya masuk surga. Si kaya tidak pernah mempersiapkan diri, tidak pernah berjaga-jaga.
Sakit, bisa datang kapan saja. Juga hal yang lebih besar dari itu. Berjaga itu penting, mempersiapkan diri itu perlu sekali. Persiapan yang pantas adalah bertobat. Membersihkan kaca-kaca hati dari debu dan jelaga. Agar bisa melangkah pada jalan yang lebih terarah. Sehingga kapanpun saat itu datang, kita siap. 

Oh iya, saya tadi berbicara panjang lebar soal HP hang, apakah hubungannya? Hanya satu saja, jangan terlalu tergantung kepada alat buatan manusia. Berjagalah dan bersiaplah. Karena kalau terlalu tergantung, kita akan ketergantungan. Lho apa maksudnya. Boleh saja kita memanfaatkan teknologi buatan manusia, tetapi jangan sangat tergantung padanya. Tergantunglah pada Allah saja. Dia tak akan mengecewakan. Dia tidak tergantung sinyal dan pulsa. Dia juga dijamin tidak akan hang. 
Padahal Yeremia sudah mengingatkan, janganlah bergantung pada manusia karen dia tidak akan mengalami datangnya hari baik. Sebaliknya, diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, ia seperti pohon yang ditanam di tepi air, dia akan berbuah banyak. 

Satu lagi, bagaimana dengan nasib si kaya dan Lazarus yang miskin. Sumber masalahnya hanya satu saja, yaitu cinta diri. Si kaya itu begitu cinta pada dirinya sendiri, maka dia harus menebusnya di neraka. Bahkan di nerakapun dia masih cinta diri. Dia bertanggungjawab atas adik-adiknya, tetapi dia tidak menjalankan tugasnya. Malah dia minta orang lain melakukan. Sungguh terlalu. Maka, hati-hati dengan cinta diri. Karena akan menyesatkan. Cinta yang sejati tidak pernah berpusat pada diri sendiri.

Hong Kong, 19 Maret 2014, 23:25

Comments

Unknown said…
Wow dahsyat yaaa
Disaat kita putus asa dan bahkn menyerah disaat itulah Karya Tuhan bekerja ^_^
Makasih Romo mengingatkn lagi ttg perjalanan hidup kita
Gbu

Popular Posts