Aduh! Berdoa lagi..., berdoa lagi!

"Father, please..., jangan nasehati saya untuk berdoa..., sabar dan berdoa." Kata seorang umat kepada saya.
"Lho knapa?" Jawab saya sedikit bingung.
"Saya sudah berdoa sampai bibir saya dower, Father, tetapi Tuhan tidak pernah mendengarkan doa saya."
"Lho apa yang kamu ungkapkan dalam doamu?"
"Ya saya minta agar Tuhan mengangkat persoalan-peraoalan hidup saya, saya minta agar Tuhan menjauhkan segala kesulitan. Nyatanya hidup saya masih sulit. Nyatanya persoalan masih datang silih berganti. Nyatanya..."

Sahabat saya tadi masih meneruskan dengan banyak keluhan yang lain. Maka ketika dia datang dengan membawa persoalannya, dia ingin nasihat yang manjur. Dia tidak mau disuruh berdoa lagi, karena dia sudah berdoa dan nyatanya, Tuhan tidak pernah mendengarkan. Menurutnya!

Namun ada satu hal yang saya percayai, bahwa kita boleh kehilangan apa saja, boleh menyerah terhadap apa saja, tetapi jangan pernah kehilangan harapan, jangan pernah menyerah untuk berdoa.
Harapan bahwa Tuhanlah satu-satunya penopang hidup kita. Berdoa berarti membuka hati dan kerinduan akan Tuhan. Membuka hati dan membiarkannya didiami oleh Tuhan. Merindukan Tuhan siang dan malam, itu doa.

Tuhan adalah kekasih sejati. Dia bukan pembantu, Dia bukan tukang kabul doa. Tetapi Tuhan memberikan apa saja kepada yang dicintai-Nya. Bukankah kita juga akan memberikan apa saja, bahkan yang terbaik bagi yang kita cintai? Demikian juga dengan Tuhan. Dia akan memberikan apa saja kepada yang dicintai-Nya. 

Sebagian orang berpendapat bahwa berdoa meminta. Ada juga yang mengatakan mengucap syukur. Intinya doa itu menyampaikan sesuatu, entah keluh kesa, entah permintaan, entah laporan, entah curhat. Yang pasti doa itu ngomong sesuatu. Maka bisa dimengerti kalau akhirnya bibirnya dower.

Pada dasarnya doa yang mendalam bukan itu. Doa yang mendalam adalah menjalin relasi secara pribadi dengan Tuhan. Seperti saya katakan di atas, membuka hati dan menaruh seluruh kerinduan pada-Nya. Doa yang mendalam kemudian bukan lagi mengumbar kata, tetapi mengumbar kerinduan. Apalah arti sebuah rayuan dengan kata-kata manis, kalau hati jauh dari padanya. 

Bukankah demikian pengalaman kita dalam mencinta. Kalau orang yang kita cintai ternyata hatinya jauh dari kita, kita akan merasakannya. Dan itu sangat menyakitkan. Apalagi kalau setiap hari kita disuguhi kata-kata manis, padahal hatinya untuk yang lain, sakit rasanya. 

Demikian juga dengan Tuhan. Akan menyakitkan hati Tuhan kalau kita terlalu banyak mengumbar kata-kata tapi hati kita jauh dari-Nya. Akan lebih berguna kita memupuk dan menjaga kerinduan agar terus bergelora. Dan nanti Dia yang kita rindukan itu, akan memberikan apa yang sungguh kita butuhkan, bukan sekadar apa yang kita inginkan. Dia tahu benar apa yang kita butuhkan, melebihi apa yang kita inginkan.

Dan kita kerap bertanya soal pengabulan doa. Kapan doa itu dikabulkan, atau doa tidak pernah dikabulkan. Kita berbicara soal ini karena dalam pikiran dan hati kita hanya dipenuhi oleh permintaan ini dan itu. Akan tetapi kalau hati dan pikiran hanya dipenuhi kerinduan akan Allah, kita tidak akan berpikir soal terkabulnya doa, atau tidak terkabulnya doa. Karen kita tahu Dia membuat semuanya begitu luar biasa. Bahkan meminjam ungkapan kuno soal keromantisan dan kerinduan, jika persatuan dengan Allah itu terjadi, tahi kucing bisa terasa coklat. 

Terakhir, jangan pernah berhenti berdoa. Artinya jangan pernah berhenti membuka hati dan kerinduan akan Allah. Jangan pernah hilang harapan, meskipun terkadang harapan itu tidak kelihatan lagi.

Hong Kong, 1 Maret 2014, 19:15pm

Comments

Popular Posts