Asal Njeplak
Sahabat, manusia itu adalah sebuah sistim yang sangat rapi tersusun. Sekecil apapun gerakan atau perubahan yang terjadi, itu sudah melalui proses panjang terorganisasi. Mulai dari gerakan menggaruk kaki yang gatal, hingga gerakan lari sekencang-kencangnya karena dikejar anjing. Itu adalah sebuah rangkaian sistim organisasi yang panjang.
Rumitnya begini. Lho kok rumitnya, biasanya khan singkatnya begini atau sederhananya begini, kok ini rumitnya? Iya, saya mau mulai dari yang rumit. Biar kelihatan seolah-olah hebat, padahal ya tidak. Baiklah, begini ceritanya.
Pertama, setiap gerakan manusia adalah sebuah respon atau jawaban atas data atau stimulus yang diterima oleh manusia melalui inderanya. Contoh, gerakan menutup hidup adalah jawaban atas laporan indera penciuman akan adanya bau yang kurang sedap. Gerakan menggaruk kaki adalah jawaban atas laporan kulit yang gatal karen digigit serangga, dst.
Kedua, setiap data yang diterima oleh indera dilaporkan kepada otak. Kemudian otak memerintahkan organ-organ tubuh tertentu untuk merespon. Contoh kasus di atas. Hidung melapor kepada otak bahwa ada bau yang tidak sedap. Otak memerintahkan tangan untuk menutup hidung. Untuk kasus kedua juga sama. Otak menerima laporan dari kulit bahwa dia digigit serangga dan sekarang menjadi gatal. Kemudian otak memerintahkan tangan untuk menggaruk kaki yang gatal tersebut.
Ketiga, tidak semua laporan dari indera akan direspon oleh otak dengan cara yang sama. Contoh kasus yang sama. Ketika hidung melapor kepada otak bahwa ada bau yang tidak sedap, otak bisa saja menyuruh hal yang lain kepada tangan. Misalnya otak menyuruh untuk mengambil sapu dan membersihkan sumber bau. Atau untuk kasus kedua otak bisa membiarkan saja rasa gatal itu dan tidak menyuruh otak untuk menggaruknya.
Keempat, ada kasus unik bahwa stimulus yang diterima oleh indera tidak bisa langsung direspon oleh otak dengan tepat. Contoh, telinga mendengar suara. Perbedaan jenis suara juga memengaruhi keputusan otak. Contoh, telinga mendengar kata sanjungan, tentu responnya berbeda jika dibandingkan saat mendengar sebuah penolakan. Ada sesuatu yang gagal dikendalikan oleh otak. Contoh kesedihan dan kegembiraan tidak selalu bisa dikendalikan oleh otak. Hasrat juga tidak selalu bisa dikendalikan oleh otak.
Kelima, otak harus diselaraskan dengan hati dan hasrat manusia, agar respon yang keluar menjadi sesuatunyang baik. Contoh, marah sedih, senang, gelisah, galau, dll. Ada hal-hal yang langsung bisa diungkapkan dan ada yang tidak. Di sanalah dibutuhkan sebuah pertimbangan, sehingga respon yang keluar adalah respon yang baik.
Nahhh, saya sudah menguraikan sesuatu yang tidak penting secara rumit. Hahahaha, jangan marah. Tertawa saja, biar awet muda. Sekarang saya ingin membahas secara singkat. Yaitu jangan 'asal njeplak'. Asal njeplak itu berarti asal berbicara. Mungkin yang disampaikan ada benarnya, tetapi hampir selalu tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Kata orang, mata kita ada dua tetapi mulut hanya satu, artinya banyaklah melihat daripada berbicara. Telinga kita ada dua tetapi mulut hanya satu, artinya banyaklah mendengar dan jangan cepat berbicara. Apanyang dilihat dengan mata dan didengar oleh telinga hendaknya diolah terlebih dahulu. Biarkan otak bekerja dan mengolahnya. Dan biarkan otak menentukan respon yang tepat, jangan juga dipengaruhi oleh suasana hati atau hasrat bawah pusar.
Contoh kasus, kalau hidung menangkap bau tidak sedap, otak bisa menyiruh tangan menutup hidung, tetapi bisa juga memerintahkan yang lain. Artinya ada banyak pilihan. Pilihlah yang terbaik, bukan sekadar yang cepat. Kalau mata melihat pemandangam yang menggoda hasrat bawah pusar, juga jangan langsung disalurkan. Ditimbang-timbang dulu. Biarkan otak bekerja dan jangan biarkan nafsu bawah pusar menguasai Anda.
Itu adalah proses menjadi manusia yang bijak. Kata proses ini saya sukai. Bahwa untuk menjadi 'sempurna' memang ada prosesnya. Seperti Yesus menyembuhkan orang buta, ada proses yang dilalui. Mulai dari dipisahkan dari kerumunan orang, dioles tanah yang telah diaduk, disuruh melihat, dan dioles lagi. Ada sebuah proses untuk menjadi sembuh secara total.
Ada proses pula untuk bisa untuk menjadi manusia yang bijak. Proses itu bisa diawali dengan menahan diri, tidak cepat berkata-kata. Apalagi mengadili dan menghakimi. Namun cepatlah melihat dan mendengar, mengumpulkan data sebanyak mungkin, kemudian mengolahnya dengan seksama baru memberi penilaian. Bahkan ada banyak hal yang tidak memerlukan penilaian. Bahkan komentar pun terkadang tidak diperlukan. Di sini kita belajar dari yang awal, tidak asal njeplak. Sepertinya sayalah yang harus belajar. Karena sayalah orang yang suka asal njeplak.
Hong kong, 18 Februari 2014, 11:25 pm
Comments
Semoga Tuhan memberi saya kesempatan untuk berubah. (Amin)