Sok Suci Lu....
Sahabat, pernah nggak Anda mengatai teman Anda, "sok suci lu!" Kalau pernah pasti Anda punya alasan dong mengatakan itu. Sudahlah alasan itu Anda simpan saja. Sekarang pertanyaan saya berikutnya, pernah nggak orang lain mengatai Anda, "ahhh sok suci lu!" Pasti teman Anda itu juga punya alasan untuk mengatakan itu. Sudahlah, biarlah itu menjadi rahasianya, mengapa dia berkata demikian. Mari kita lebih berpusat kepada diri kita saja.
Pernah nggak sih kita memikirkan soal kesucian? Apakah yang kita pikirkan soal kesucian? Apakah sesuatu yang sangat jauhhhhh dari kehidupan kita atau sesuatu yang sangat dekat. Beberapa hari yang lalu saya menyaksikan tayangan Mata Najwa dari Youtube. Waktu itu episode ibu Risma walikota Surabaya.
Dalam tanyangan itu ada banyak sekali hal yang menarik, namun ada satu hal yang sangat menggetarkan saya. Dalam salah satu jawaban atas pertanyaan Najwa Sihab beliau berujar demikian, "apakah saya tidak boleh masuk surga karena hal ini? Saya takut tidak masuk surga karena hal ini." Apakah yang dikatakan Bu Risma ini? Apakah konteksnya sehingga beliau mengatakan itu? Apa kaitan surga dengan jabatannya sebagai wali kota?
Ternyata Bu Risma memaknai pekerjaannya sebagai suatu ibadah. Ia menjalankan pekerjaannya sebagai jalan pelayanan dan persembahan kepada Tuhan. Dia takut karena amanah yang dia pegang membuat orang lain menderita. Dia takut kalau sudah melihat orang lain menderita dan dia gagal mengentaskan mereka dan hal itu menjadi halangan baginya untuk masuk surga. Dia sangat ingin masuk surga, maka setiap hal yang dia lakukan, dia lakukan dengan tulus hati sebagai suatu ibadah kepada Tuhan. Ibu Risma memandang kesucian hidup sebagai menjalani hidup sehari-hari dengan benar dan takut kepada Tuhan.
Panggilan kepada kesucian
Setiap dari kita dipanggil untuk hidup suci. Yesus tegas mengatakan "kamu harus kidus seperti Bapamu sempurna adanya." Gereja dalam dokumen Konsili Vatikan kedua mengatakan, bahwa kita semua, apapun jalan hidup kita, apapun status sosial kita, berapapun usia kita, dipanggil untuk hidup suci. Kesucian adalah panggilan hidup kita, adalah sesuatu yang mestinya kita miliki, siapapun kita, apapun status sosial kita.
Bagaimanakah mengejar dan mewujudkan kesucian itu? Kalau kita belajar dari Yesus kuncinya hanya satu. CINTA. Mencintai Tuhan melebihi yang lain dan mencintai sesama seperti diri kita sendiri. Mewujudkan dua hukum ini hanya bisa dalam hidup sehari-hari. Bagi Yesus, hidup suci itu adalah kalau kita memiliki cinta yang tulus kepada Tuhan dan sesama. Cinta kepada Tuhan terwujud kepada cinta kepada sesama. Demikianpun cinta kepada sesama harus didasarkan kepada cinta kepada Tuhan.
Cinta mesti terwujud dalam tindakan, bukan sekadar dalam ucapan. Hidup doa dibutuhkan sebagai dasar. Hidup doa bukan lagi sebatas ritual, tetapi sebuah relasi, hubungan pribadi yang mesra antara sepasang kekasih. Relasi yang mendalam antara manusia dan Tuhan kemudian membawa kita menjalin relasi yang tulus murni dengan sesama. Relasi yang intim dengan Tuhan memampukan manusia untuk mendoakan orang-orang yang bahkan telah menyakiti kita, melukai kita, bahkan mereka yang disebut musuh. Relasi yang intim dengan Allah ini juga memampukan kita untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita, melukai kita.
Kesucian dalam keseharin
Kalau memahami penjelasan saya di atas, kesucian bisa dan bahkan harus dijalani dalam hidup sehari-hari. Kalau aku seorang pelajar, aku menjadi pelajar yang baik. Kalau aku seorang istri, aku menjadi istri yang baik. Kalau aku seorang atasan atau bawahan, aku menjadi seorang atasan atau bawahan yang baik. Aku memakai setiap hal keseharianku untuk bisa hidup suci. Tadi saya memberi contoh Ibu Risma. Secara sederhan, bagaimana aku menjalani hidupku sehari-hari dengan cinta yang besar, cinta kepada Allah dan sesama.
Maka kembali ke soal "sok suci." Biasanya kalau kita dikatai "sok suci lu!" Kita akan mengelak. Padahal, kita diundang untuk hidup suci. Hidup suci tidak pernah salah. Maka kalau ada yang mengatai kita "sok suci lu!" atas pilihan hidup kita, berarti mereka tidak mendengar undangan Yesus untuk hidup suci. Mungkin perlu jawaban untuk orang yang mengtai kita, "sok suci lu!" Salah satu jawaban, mungkinnnn, "emang jadi masalah buat lu, kalau gue hidup suci?"
Tetapi jawaban yang sungguh-sungguh bukanlah kata-kata, tetapi sikap yang tulus. Bahwa apa yang kita lakukan bukanlah pura-pura, bukan sok-sokan. Bahwa kalau kita memaafkan itu bukan karen kita mencari sensasi, tetapi karena memang Allah yang kita cintai menghendaki demikian.
Hong Kong, 22 Februari 2014, 11:33 pm
Comments