ISTI (Ikatan Suami Takut Istri)
Tadi siang saya membaca berita mengenai Basuki alias Ahok, wakil gubernur DKI Jakarta. Rasanya sangat jarang orang yg tidak mengenal beliau. Terutama mereka yg melek teknologi dan alat komunikasi niscaya kenal beliau. Hal pertama yg akan disebutkan jika seseorang ditanyai mengenai Ahok, pasti mereka akan menjawab "galak" dan "gampang marah".
Rekaman kemarahannya sangat populer di Youtube. Gayanya yang sedikit "koboi" memang menarik untuk dicermati. Akan teyapi hari ini saya dikejutkan oleh pernyataan Ahok sendiri, dia mengatakan bahwa dirinya itu seorang ISTI, alias suami yang takut sama istri. Kok bisa, orang yang begitu galak kok sampai takut sama istri? Apa istrinya lebih galak? Padahal kalau melihat ibu Veronika, sepertinya tidak ada pembawaan galak sama sekali. Pasti ada sesuatu di balik itu. Mari kita lihat latar belakang sampai Pak Ahok mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ISTI.
Rupanya hal itu berkaitan dengan keinginan ibu Veronika untuk menjadi bintang iklan. Tentu saja Ahok bertanya, "ngapain sih harus menjadi bintang iklan segala." Lantas istrinya menjelaskan bahwa iklan ini berisi pesan kemanusiaan. Ada dua hal unsur kemanusiaannya. Pertama untuk membantu korban Gunung Sinabung dan kedua untuk Yayasan Penderita Kanker di Jakarta. Karena tujuannya demi karya kemanusiaan maka Basuki mengijinkan istrinya bermain iklan sembari berujar, saya ini khan ISTI.
Jika Bu Basuki meminta untuk membintangi iklan demi karya kemanusiaan, maka ada banyak istri yang kerap merepotkan suami untuk kepentingan sendiri. Tidak kurang Ibu Megawati marah kepada istri-istri yg merongrong suaminya sehingga suaminya, karena takut kepada istri, rela melakukan tindakan yg tidak benar. Korupsi misalnya.
Itu juga yang dialami oleh Herodias, istri Herodes. Perempuan ini adalah perempuan penuh ambisi. Sebenarnya dia telah bersuami, tetapi sualinya ini jenjang karier pilitiknya kurang bagus. Dia hanya pangeran biasa. Maka dia tinggalkan suaminya itu, Filipus, dan menikah dengan Herodes. Dia membawa anak perempuannya namanya Salome. Salome ini gadis remaja yang cantik dengan perawakan yang elok.
Ada sedikit ganjalan dalam pernikahan Herodes dan Herodias ini. Yaitu tegurab yang diberikan oleh Yohanes. Nabi yang lebih banyak menghabiskan waktu di padang gurun ini menegur Herodes karena mengambil Herodias, padahal dia masih memiliki suami. Tentu saja Herodias sakit hati dengan teguran Yohanes.
Saat itupun tiba. Herodes sedang menjamu tamu kerajaan. Dia tahu bahwa Herodes kerap mencuri pandang perawakan Salome yang aduhai. Maka Herodias meminta anaknya itu untuk menari di hadapan Herodes. Saya tidak tahu jenis tariannya, mungkin saja tarian perut, yang cukup populer di Timur Tengah.
Melihat Salome menari giranglah hati Herodes. Apalagi dia sedikit mabuk. Maka dia berdiri dengan sedikit sempoyongan dan berkata kepada Salome. Dia menjanjikan akan memberikan apa saja yang Salome inginkan. Bahkan kalaupun itu setengah dari kerajaannya. Wow, suatu janji yanh luar biasa dari lelaki yang sedang dikuasai nafsu.
Kemudian Salome menemui ibunya, bertanya mengenai hadiah yang harus dia minta. Dan Herodias dengan dingin mengatakan bahwa dia harus meminta kepala Yohanes.
Permintaan ini sebenarnya membuat Herodes sedih. Karena sebenarnya Herodes menyukai Yohanes, terapi ada yang lebih kuat berbicara, yaitu harga dirinya. Dia telah berjanji di hadapan banyak orang, dihadapan tamu-tamu. Maka dia harus mmenuhi janji tersebut.
Sahabat, kalau Ahok menuruti kemauan istrinya karena alasan kemanusiaan, maka Herodes menuruti kemanuan Herodias karena kesombongan. Herodes tidak mau dipandang sebagai lelaki, raja, yang plin-plan. Dia ingin dipandang sebagai lelaki sejati yang mampu menepati janji. Meskipun hal itu berlawanan dengan suara hati.
Membaca dua kisah yang bertolak belakang ini saya dibawa kepada satu pertanyaan, saya lebih mirip siapa? Apakah hidup saya dikuasai oleh ambisi dan nafsu saja sehingga melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Bukan hanya itu rasa takut kepada Tuhan juga hilang karenanya.
Atau hidupku dilingkupi kesombongan dan kecongkaan, sehingga juga tidak mampu menuruti suara hati. Harga diri begitu tinggi, bahkan rela melakukan hal-hal habg buruk asal dipandang sebagai orang yang memiliki harga diri tinggi.
Kalau Pak Ahok mengatakan dirinya adalah suami yang takut kepada istri masih bisa dimengerti karena istrinya membawa kepada kebaikan. Maka kita bisa berkata sah-sah saja sesorang itu takut kepada istri atau suami kalau memang mereka membawa pasangannya kepada kebaikan, membawa kepada Tuhan. Mungkin ada baiknya kalau ISTI diubah menjadi ISIT, ikatan suami istri takut akan Tuhan.
Hong Kong, 6 Februari 2014, 23:36
Comments