Our Dignity, Encounter the Cross, day 5
40 Days Lenten Journey
Sudah hampir setahun
saya melayani di paroki Santa Teresa Kowloon, Hong Kong. Hampir setiap hari
saya belajar hal baru dengan segala kesulitannya. Kesulitan terbesar adalah adalah
soal Bahasa. Kemampuan berbicara sedikit berkembang, tetapi kemampuan membaca
dan menulis sepertinya semakin parah.
Sudahlah, itu
bagian salib yang mesti dipikul setiap hari. Toh sekarang masa pra paskah,
tepat juga untuk “menikmati” salib, meski bukan masokis. Kekaguman saya
terhadap umat di paroki ini adalah soal pengakuan dosa. Setiap hari ada
pengakuan dosa, setiap sebelum perayaan Ekaristi. Meskipun perayaan Ekaristi
pagi pun, selalu ada umat yang dating untuk mengaku dosa. Hal ini sungguh
mengagumkan.
Di tempat lain,
ruang-ruang pengakuan dosa kerap kali kosong. Hanya saat-saat tertentu
menjelang Natal atau Paskah saja penuh poleh umat. Tetapi di paroki ini, setiap
hari ruang pengakuan dosa selalu ramai pengunjung. Apakah yang menggerakkan orang-orang itu
untuk datang mengaku dosa? Kerendahan hati.
Kerendahan hatilah
yang meluruhkan rasa malu dan takut untuk mengaku dosa. Mereka menyadari
kodosaan maka tak segan datang mengaku dosa. Di tempat lain, ketika kerendahan
hati ini sulit dijumpai, padahal ini harta yang tak ternilai harganya.
Seperti kisa
hari ini. Ketika setan mencobai “kesaktian” Yesus. Pertama soal makanan, kedua
soal kekuatan dan kuasa, berikutnya soal kepemilikan akan harta dunia. Dalam persoalan roti, yang dicobai oleh setan
bukanlah soal makanan semata, tetapi mengenai identitas Yesus. Apakah Dia hanya
manusia biasa atau sungguh Anak Allah. Maka setan berseru, “KALAU Engkau
SUNGGUH Anak Allah…..”
Identitas Yesuslah
yang “dicolek”. Apakah Yesus tercolek hatinya, atau Dia menyadari
keberadaan-Nya sebagai manusia? Dan Yesus tidak tergoda.
Sahabat, di
sinilah kita belajar tentang cara kerja setan. Pekerjaannya adalah MENCIPTAKAN
KERAGUAN dan MENGABURKAN KENYATAAN.
Itulah yang
terjadi dengan Hawa dan Adam di taman Eden. Setan yang berwujud ular,
mengaburkan pemahamn Hawa akan perintah Tuhan. Ular juga menciptakan
kebingungan serta keraguan akan perintah Tuhan.
Bagaimana melawan
setan yang semacam ini? KERENDAHAN HATI.
Santa Theresia
tidak pernah terpedaya dengan tipu si setan ini, karena dia memiliki kerendahan
hati. Dia menyadari dirinya tidak apa-apanya, semuanya hanya tergantung pada
Allah. Ini kelihatan mudah,, tetapi sesungguhnya adalah bagian tersulit. Menyadari
diri tidak ada apa-apanya, dan semuanya hanya tergantung kepada Allah. Itulah bagian
tersulit. Dan itulah sebenarnya keberadaan diri manusia seutuhnya. Segala yang
ada hanya tergantung dari Allah. That is our dignity!
Nah, saya
melihat kebiasaan umat paroki yang rajin mengaku dosa itu bisa menjadi langkah
awal untuk berlatih kerendahan hati. Menyadari ketiadaan diri dan melihat
kesempurnaan Allah. Hal berikutnya adalah berusaha terus menerus mengerti
kehendak Allah, mendengarkan SabdaNya, karena itu juga bagian dari makanan rohani
yang mesti kita santap, setiap hari.
Salam.
Hong Kong, 5
Maret 2017
Comments