The communion, Encounter the Cross, day 6
40 Days Lenten Journey
Persatuan, adalah
tujuan akhir dari perjalanan insan yang memadu kasih. Demikian halnya akhir
dari peziarahan manusia adalah persatuan dengan Sang Khalik. Banyak cara untuk
menyebut persatuan ini, pernikahan rohani, tinggal di dalam surga, tinggal
dalam kebahagiaan abadi, ndak tahu apa lagi. Intinya tinggal bersama dengan
Allah.
Pemahaman ini
bisa dipahami demikian, manusia itu ciptaan Allah maka sudah sepantasnya kalau
pada akhirnya kembali kepada Allah. Persatuan yang sempurna memang akan (bisa)
terjadi setelah kita menyelesaikan seluruh peziarahan di dunia ini. Namun
persatuan itu sudah bisa dialami sekarang ini juga. Atau setidaknya mulai
merintis persatuan sedini mungkin, sejak kita berkelana di dunia.
Nah, Matius
memberikan sebuah cerita yang luar biasa dahsyat. Bahwa persatuan itu tidak
bisa dicapai begitu saja. Tidak setiap dari kita akan mengalami persatuan itu. Dan
apa yang kita lakukan selama peziarahan ini akan berpengaruh ke sana. Semua dipertimbangkan.
Terlebih apa yang kita lakukan terhadap pemilik Rumah, yaitu Yesus sendiri.
Baiklah, sedikit
mengulang, dalam peziarahan hidup ini, terlebih peziarahan selama masa pra
paskah ini, Yesus memberi kita 3 metode. Berdoa, berpuasa dan tindakan amal
kasih. Nah, tindakan amal kasih itulah yang kemudian akan menentukan. Setidaknya
itulah yang diceritakan oleh Matius dalam Injilnya. Apa yang kita lakukan
terhadap orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan kita ternyata sama
halnya dengan apa yang kita lakukan terhadap Yesus sendiri. Kuncinya, kita
melakukan itu semua dalam kerahasiaan. Tak ada yang tahu. Hanya Yesus yang
tahu.
Hal ini tidak
menafikan tindakan doa dan puasa. Tetapi, doa dan puasa menjadi berkurang
maknanya kalau kita tidak melengkapinya dengan amal kasih. Ketiganya berjalan
seiring sejalan. Dan tindakan amal kasih yang diungkapkan oleh Yesus kiranya
bisa dilakukan setiap hari. Berbagi dengan mereka yang kelaparan. Kalau tidak
berjumpa dengan mereka mungkin ada baiknya kita menghormatinya dengan
menghabiskan makanan yang kita santap. Tidak menyia-nyiakan makanan. (Kalau soal
ini saya bisa tersenyum bahagia. Karena saya suka makan, hehehehe) Tetapi juga
tidak diperkenankan rakus. Makan yang cukup, maka Yesus meminta juga berpuasa.
Berikutnya berbagi
dengan mereka yang kesusahan, yang sakit, yang di penjara. Berbagi waktu dengan
mereka. Orang barat berkata, sharing is caring. Berbagi itu tindakan
terapeutik, tindakan yang menyehatkan, menyembuhkan.
Mungkin masa pra
paskah ini kita bisa merancang (sendiri saja) dan tidak perlu publikasi,
posting di pesbuk atau media lain kalau kita mengunjungi orang sakit, bezuk
orang di penjara, berbagi makan dengan pemulung, memberi minum gelandangan, dan
banyak tindakan amal kasih yang lain. Kita bisa merancangnya, sendiri, dan
tidak perlu publikasi. Biarlah hanya Tuhan saja yang mengerti. Tidak perlu
mendapat like dan rating share juga tidak menjadi soal, asal memembuat Yesus
tersenyum senang.
salam
Comments