Cinta akan Salib, (Renungan Edith Stein pada Pesta Yohanes dari Salib)
Diterjemahkan oleh : Rm. Andreas Dedi Purnawan, O.Carm
.....
Kita selalu
diingatkan bahwa Yohanes dari Salib tidak menghendaki apapun juga bagi dirinya
selain derita dan penghinaan. Apakah sebenarnya alasan dasar dari cinta akan
penderitaan itu ? Apakan sekedar perasaan sayang akan jalan penderitaan
Tuhan pada saat Ia masih di dunia ? Ataukan itu sebenarnya hendak
mengatakan kehendak jiwa yang berkobar demi mendekatkan diri kepadaNya secara
manusiawi dan senantiasa mencari cara hidup untuk semakin mirip dengan
hidupNya ? Namun, sebenarnya semuanya itu tidak sepenuhnya sesuai dengan apa
yang dimaksudkan dan dikehendaki dalam ajaran spiritual sang guru mistik; dan
itu akan mengaburkan makna Tuhan sebagai Raja yang Jaya, Pemenang atas dosa, kematian
dan neraka, dan hanya melihat sisi dari Anak Manusia yang menderita. Bukankan
Kristus tidak membebaskan kita dari tawanan untuk menjadi tawanan baru ? Bukankan Ia membebaskan kita dan membawa
kita ke dalam Kerajaan Terang agar kita menjadi anak-anak yang berbahagia dari
Bapa di Surga ?
Segala
kenyataan yang kita lihat di dunia: kesedihan, penderitaan dan jurang gelap
kejahatan manusia masih saja menyaput kegembiraan akan kemenangan terang yang
lahir di hati kita. Manusia masih saja berebut dan bertarung dalam kubangan
kesengsaraan. Hanya ada sekawanan kecil yang berusaha mendaki dan keluar dari
lumpur derita. Pertempuran antara Kristus dan Antikristus belum berakhir. Dalam
pertempuran mereka yang berjalan mengikuti Kristus memiliki peran yang harus dilakukan.
Senjata utama mereka adalah Salib.
Bagaimana ini
kita pahami ? Beban Salib yang dipikul Kristus sebenarnya tidak lain adalah
jatuhnya (dekadensi) kodrat manusia, dengan dosa yang mengiringi dan
penderitaan yang yang ditanggung oleh umat manusia. Dalam hal ini, makna dari
jalan Salib adalah untuk membebaskan dunia dari belenggu dosa. Kembalinya kodrat
manusia yang dibebaskan kepada Allah dan pengangkantannya sebagai anak-anak
Allah adalah pemberian cuma-cuma dari rahmat dan belas kasihNya. Dengan
demikian, karunia pemulihan itu hanya mungkin terlaksana dari kesucian dan
keadilan ilahi. Denda dari seluruh kesalahan manusia dan dari dosa asal di
Penghakiman Terakhir hanya dapat memperoleh ukuran yang sepadan dati korban
silih Kristus. Jalan Salib adalah kurban silih itu. Peristiwa tiga kali
jatuhnya Kristus di Jalan Salib, menandai tiga pertiwa jatuhnya kemanusiaan:
kejatuhan asali (dosa asal), penolakan Sang Penyelamat oleh umat terpilih, dan
kemurtadan (ketidaksetiaan) dari semua orang yang membawa nama Kristen.
Di Jalan
Salib, Sang Penyelamat tidak sendirian. Ia tidak hanya dikelilingi oleh para
musuh yang menghina dan mencemoohNya. Di sana juga hadir orang-orang yang
mencintaiNya: Sang Bunda Allah, model dari semua orang yang siap sepenuhnya
berjalan di belakang Salib; Simon dari Kirene, figure dari mereka yang menerima
penderitaan orang lain yang ditimpakan kepadanya dan terberkati atas penerimaan
itu; dan Veronika, gambar dari mereka yang memberikan cinta untuk melayani
Tuhan. Setiap orang di segala jaman yang membawa beban berat dalam hidup, ingat
akan penderitaan Sang Penyelamat atau dengan hati yang tulus menjadikan beban
itu sebagai penitensi, maka ia ikut serta juga dalam “menebus” hutang umat
manusia dan meringankan beban yang dipanggul Tuhan kita. Selain itu, Kristus
adalah Kepala dari Tubuh Mistik, ia melaksanakan kurban silihNya dalam
anggota-anggota yang memberikan seluh dirinya tubuh dan jiwanya pada karya
penebusan.
Kita dapat melihat
juga bahwa harapan orang-orang setia yang telah mengikutiNya di jalan
penderitaan sejak dari kebun Jaitun, sedikit banyak ikut memberikan pertolongan
bagi Sang Penyelamat. Peran serta untuk memikul salib, dapat juga menjadi
perlindungan bagi masing-masing dari kejatuhannya. Mereka adalah orang-orang
benar dari Perjanjian Lama, yang telah meringankan beban Salib Kristus dari
kejatuhan yang pertama dan yang kedua. Para murid Yesus, pria dan wanita yang
mendengarkan dan mengikutinya selama hidupNya di dunia adalah mereka yang
menolong di Jalan Salib pada kejatuhan kedua dan ketiga. Para pencinta Salib
yang telah Ia panggil dan yang masih akan Ia panggil sepanjang jaman dari
Gereja yang berjuang adalah para sahabat-sahabatNya sampai akhir jaman. Dan di
sinilah kita semua telah dipanggil.
Dalam konteks
ini, seseorang meminta penderitaan tidak dapat kita pahami hanya sebagai sebuah
permohonan saleh, untuk mengenang penderitaan Tuhan. Penderitaan penitensial
adalah sesuatu yang sungguh-sungguh mendalam dan intim menyatukan kita dengan penderitaan Kristus. Kerinduan itu hanya
menemukan sumbernya dalam sebuah hubungan yang sebelumnya dianugerahkan
Kristus, karena secara kodrati manusia ingin selalu mengjauhkan diri dari
derita. Mencari penderitaan untuk kesenangan menyimpang akan rasa sakit,
bertentangan dari pemahaman yang benar akan kurban silih. Itu sama sekali bukan
suatu gerakan roh, namun hanyalah dorongan nafsu yang tidak lebih baik dari
semua keinginan daging, bahkan lebih buruk lagi karena hasrat tersebut melawan
kodrat.
Permohonan
akan penderitaan penitensial (menderita sebagai silih akan dosa-dosa) hanya
dapat lahir dalam diri mereka yang memiliki mata rohani terbuka akan segala
sesuatu yang terjadi di dunia dan dalam kaitannya dengan kebenaran ilahi. Semua
itu hanya mungkin terjadi dalam jiwa dari mereka yang telah hidup dari roh
Kristus, mereka yang yang menjadi anggota TubuhNya, yang menjadikan selalu
Kristus sebagai kekuatan yang mengendalikan tujuan dan arah hidupnya.
Selain itu,
kurban silih menyatukan kita secara lurus dan langsung kepada Kristus, seperti
sebuah komunitas akan bekerja dengan lebih intim menyatu dengan adanya tujuan
bersama, demikian juga para anggota tubuh akan berinteraksi secara harmonis
membentuk kesatuan yang padu bila seia-sekata dengan kepala.
Adapun,
kesatuan dengan Kristus itu adalah tujuan kebahagiaan kita, berjalan menuju
kesatuan itu menjadi karunia tersendiri untuk kita di dunia. Dan sesungguhnya,
cinta akan Salib tidak bertentangan dengan kegembiraan yang dijanjikan bagi
anak-anak Allah. Menolong Kristus memikul Salib memberikan kepada kita
kegembiraan yang murni dan mendalam. Mereka yang dianugerahi rahmat dan
kekuatan untuk menanggungnya apalah para pembangun Kerajaan Allah dan
anak-anakNya yang otentik.
Pilihan untuk
selalu mengikuti di jalan Salib, bukanlah juga merujuk mereka yang menyesal
mendapati Jumat Agung yang berakhir, dan terlaksanalah karya Penebusan: sebab
hanya mereka saja yang telah diselamatkan dan menjadi anak-anak rahmat yang
dapat membawa Salib Kristus. Dan hanya dalam kesatuan dengan Sang Pemimpin
Ilahi mereka mampu mengubah penderitaan manusia menjadi sarana yang membawa
silih keselamatan.
Menderita dan
menemukan dalam penderitaan: penghiburan dan kebahagiaan sejati, tetap berdiri
dan bergerak maju dalam jalan yang terjal dan licin di atas bumi ini, seraya memandang
Kristus di sebelah kanan Bapa; tertawa dan menangis dengan anak-anak manusia di
segala jaman, mengidungkan madah pujian bagi Tuhan dengan rombongan para
Malaikat, demikianlah hidup seorang Kristen di dunia, sampai terbit sang fajar
keabadian.
***Artikel ini ditulis, pada 24
November 1934 (tanggal, yang pada saat itu Pesta Yohanes dari Salib
diperingati). Edith Stein masih novis. (Ia mengenakan jubah 5 bulan
sebelumnya). Tulisan ini juga diberi judul « Ekspiasi Mistik ».
Diterjemahkan dari bahasa Perancis dari buku « Sumber Tersembunyi : karya-karya rohani, Edith
Stein ».
Comments